Semester Genap 2021/2022 sudah dimulai. Unika Soegijapranata menetapkan kebijakan untuk menyelenggarakan kuliah offline atau pertemuan tatap muka (PTM). Banyak yang setuju dan tidak sedikit yang kontra. Telanjur nyaman dengan aktivitas online dan kekhawatiran dengan Covid-19 yang masih merajalela menjadi alasan utama sivitas akademika Unika Soegijapranata ragu dalam penyelenggaraan PTM. Lalu, bagaimana sebenarnya pelaksanaan PTM di Unika Soegijapranata? Untuk menjawab rasa penasaran, inilah jawaban Rektor Unika Soegijapranata Dr Ferdinand Hindiarto.

Mengapa Unika Soegijapranata merasa perlu menyelenggarakan kuliah secara offline?

Alasan formal adalah mengikuti arahan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Dikti) yang tertuang dalam keputusan Dirjen Dikti Nomor 2/E/KPT/2022.

Alasan lain, pendidikan tidak hanya transfer pengetahuan, tetapi juga pendidikan adalah proses yang utuh. Ada interaksi antarmanusia, dari sinilah mahasiswa belajar empati, kerja sama, mendengarkan, serta menyelesaikan konflik dan masalah. Itu semua dapat terjadi dalam PTM, bukan dari belajar secara online.

Tidakkah Unika Soegijapranata merasa takut dengan penyelenggaraan tatap muka ini?

Tidak ada alasan untuk takut. Sudah saatnya untuk PTM karena jumlah masyarakat yang divaksin sudah tinggi. Dalam situasi ini, justru harus bisa menghadirkan harapan baru.

Belajar online dalam dua tahun terakhir bukan waktu yang sebentar. Ada risiko learning loss sangat tinggi yang berdampak pada kualitas kompetensi lulusan. Hal ini yang lebih penting.

Bukan tidak memikirkan risiko keselamatan, tetap yang utama, tetapi bisa dikelola dan diminimalisasi. Salah satunya dengan protokol kesehatan (prokes) yang ketat.

Apa saja yang telah disiapkan Unika Soegijapranata untuk pelaksanaan kuliah offline ini Pak?

Semua sudah disiapkan dalam berbagai bidang. Ada lima aspek yang disiapkan untuk menunjang berlangsungnya PTM.

Bidang Akademik bertugas operasional yang berkaitan dengan administrasi akademik mahasiswa. Bidang Sistem dan TI yang mendata siapa yang masuk kampus dan kuota mahasiswa per kelas. Bekerja sama dengan bidang TI, bidang Sarpras menyiapkan peralatan yang mendukung kegiatan hybrid learning, ruang isolasi mandiri bagi yang membutuhkan, serta memonitor kapasitas ruang yang digunakan selama PTM.

Bidang Kesehatan menyiapkan tata laksana tracing dan tindakan bila terdapat temuan kasus positif. Selain itu, bekerja sama dengan bidang Kemahasiswaan mengadakan tim Jogo Konco, terdiri atas teman-teman mahasiswa yang membantu pelaksanaan prokes dalam PTM termasuk jika ada yang tidak pakai masker dan berkerumun. Selain itu, menerapkan Mas Ngawi, masker, ngadoh, wijik.

Semua dipersiapkan secara maksimal. Minggu pertama perkuliahan sebagai minggu adaptasi. Hari pertama ada kerumunan karena mahasiswa banyak yang belum tahu kelasnya. Keunikan terjadi ketika Dekan Fakultas Arsitektur dan Desain turun langsung membantu mengarahkan mahasiswa, tidak tahunya yang diarahkan mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni karena satu gedung, tetapi belum tahu ruangannya. Menjadi wajar karena dua angkatan belum pernah ke kampus.

kuliah offline
Ketika dosen dan mahasiswa melakukan kuliah offline.

Bagaimana prosedur yang harus dilakukan mahasiswa untuk bisa mengikuti kuliah offline?

Langkah awal adalah upload bukti vaksin 1 dan 2 serta izin orangtua pada sintak. Kemudian untuk dapat masuk kampus mahasiswa mengisi self assessment yang berisi gejala kesehatan terkini, riwayat kontak, dan riwayat mobilitas serta melakukan cek suhu yang terdapat di pintu gedung. Bila suhu tidak normal, melaporkan diri ke klinik kampus.

Kita harus memastikan yang masuk kampus dalam kondisi sehat. Dalam sistem masuk.unika.ac.id, tidak dapat login bila tidak upload bukti vaksin. Dalam PTM ini, mahasiswa juga berlatih menjadi pribadi yang jujur. Jujur bila tidak enak badan maka tidak memaksakan diri untuk masuk. Ya sudah kuliah online saja karena masih difasilitasi dengan hybrid learning, agar tidak menjadi sumber penularan.

Adanya PTM memungkinkan mahasiswa juga beraktivitas lain di luar kuliah (diskusi, berorganisasi, makan). Bagaimana memastikan bahwa mahasiswa aman dari Covid-19?

Tentu kedisiplinan teman-teman mahasiswa menjadi kunci. Ada dua tanggung jawab, yaitu individu dan sosial. Di kampus menjadi tangung jawab institusi, tetapi bila di luar kampus atau perkuliahan tentu menjadi tanggung jawab individu. Sebagai manusia dewasa, tentu mahasiswa tidak perlu dipantau terus-menerus.

Langkah apa yang harus dilalukan apabila mahasiswa terpapar Covid-19?

Yang pertama, pasti akan dites, kemudian dilacak yang kontak erat. Kontak erat di-tracing dan dites.

Penghentian aktivitas bersifat lokal, tidak dihentikan semua, dilokalisasi.  Kemudian sesuai SOP, dikarantina, sesuai hasil tes. Terakhir exit test, apabila sudah negatif, normal kembali.

Terakhir, bagaimana dengan mahasiswa yang bersikukuh untuk tidak mengikuti kuliah offline?

Tidak apa-apa bila tidak mau PTM. Saya tidak akan memaksa bila ada orangtua yang belum mengizinkan. Namun, apabila ada kendala jaringan, tidak bisa bertemu teman-teman untuk mengerjakan tugas, ya itu konsekuensi atas sebuah pilihan. Hanya ini adalah semester terakhir karena semester depan akan mutlak tidak ada tawar-menawar. Kita harus kembali berorientasi pada kualitas pendidikan.

Nah, itulah jawaban Rektor Unika Soegijapranata untuk yang masih ragu dengan penyelenggaraan PTM ini. Siap tidak siap, proses pembelajaran perlu adanya perjumpaan langsung. Tetap jaga kesehatan bersama dan sampai bertemu di Unika Soegijapranata. [AYA]