Dunia digital sebagai media berekspresi di internet semakin banyak digunakan masyarakat. Walau begitu, perlu disadari juga bahwa etika digital masih belum dipahami secara menyeluruh. Ini dapat dilihat dari maraknya konten negatif berupa hoaks, terorisme, ujaran kebencian, cyberbullying, dan sebagainya.
Para penyedia jasa platform digital masih kerap kali kecolongan konten negatif yang di-upload oleh pengguna media digital. Walau begitu, bukan menjadi tanggung jawab mereka semata. Kita sebagai pengguna media digital yang berinteraksi di internet pun memiliki peran untuk menghentikan konten-konten negatif.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Say No to Cyberbullying!”. Webinar yang digelar pada Rabu, 1 Desember 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Amni Zarkasyi Rahman (Dosen Pengajar Universitas Diponegoro), Septa Dinata AS (Peneliti Paramadina Public Policy Institute), Bevaola Kusumasari (Pengajar Fisipol UGM dan IAPA), Annisa Choiriyah Muftada (Kaizen Room), dan Stephanie Cecillia (Dokter Gigi dan Puteri Indonesia DKI Jakarta I 2020) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Amni Zarkasyi Rahman menyampaikan bahwa cyberbullying merupakan ancaman risiko terhadap penggunaan internet yang dapat terjadi di tiap platform digital, seperti media sosial, personal chatting, platform bermain game, dan ponsel. Aksi tersebut dapat berujung kepada flaming, harassment, impersonation, revenge porn, live streaming child sexual abuse, dan child grooming.
“Komnas Perempuan melaporkan bahwa ancaman penyebaran foto atau video pribadi (malicious distribution) merupakan bentuk kekerasan berbasis gender siber (KGBS) yang paling banyak terjadi pada 2020. Tercatat terdapat 370 kasus yang dilaporkan terkait hal tersebut. Selain itu, menurut Komnas Perempuan dari berbagai laporan tersebut, satu korban bisa mengalami lebih dari satu jenis kekerasan,” terangnya.
Stephanie Cecillia selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa banyak sekali perundungan siber yang dilakukan oleh akun-akun anonim tanpa foto profil atau username yang random, baik melalui komentar maupun pesan privat. Salah satu hal untuk menghindari dan menangani hal tersebut menurutnya adalah melalui detoks media sosial dengan deaktifikasi akun-akun pribadi dalam beberapa jangka waktu.
Ia mengatakan demikian karena apa yang kita konsumsi di media sosial dan internet dapat memengaruhi kondisi mental kita. Etika terhadap diri kita juga harus diterapkan kepada orang lain, dengan mengetahui batasan masing-masing di media sosial. Dengan menghormati dan menghargai orang lain kita dapat menciptakan ekosistem digital pribadi yang positif dan bermanfaat. Sebagai pengguna ruang digital, semua orang harus mengetahui dan mengenali mana yang baik dan tidak untuk diri kita sendiri, dengan tidak perlu mengikuti tren yang sedang populer atau ikut-ikutan saja.
Salah satu peserta bernama Silvia Agustiani menyampaikan, “Skill digital apa yang harus dimiliki orang tua dan guru untuk mendeteksi adanya cyberbullying di media sosial? Sering kita merasa khawatir dan takut anak serta adik-adik kita terkena cyberbullying, tetapi tidak mau bercerita. Kemudian bagaimana cara efektif menghindari atau menghadapi bullying di media sosial?”
Amni Zarkasyi Rahman menjawab, keahlian yang perlu dimiliki adalah untuk mencari tahu terus-menerus apa saja yang dilakukan anaknya di ruang digital. Misal, jika anak memiliki media sosial, kita dapat mengintai di media sosial melalui akun pribadi tanpa perlu berinteraksi langsung.
“Hal tersebut dilakukan untuk dapat melihat apakah yang di-posting anak pantas atau tidak untuk dipertunjukkan di ruang publik. Kita juga dapat mengecek apakah adanya filter bubble yang terbentuk merupakan hal-hal yang positif saja,” jawabnya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]