Tantangan utama pendidikan adalah relevansi keilmuan dengan masanya. Respons terhadap perubahan zaman. Oleh karena itu, pembaruan adalah hal yang mutlak dilakukan.
Universitas Prasetiya Mulya memberi jawaban pembaruan pendidikan tinggi dengan keyakinan bahwa kolaborasi sains dan teknologi dengan bisnis akan membawa banyak kontribusi bagi masyarakat dan menciptakan peluang-peluang karier yang lebih luas. Hal itu mendasari universitas ini mendirikan School of Applied STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) pada Maret 2016.
“Lulusan School of Applied STEM diharapkan menjadi profesional di bidang yang ditekuni sekaligus mampu menjadi pelaku bisnis yang memunculkan inovasi-inovasi baru,” tutur Dekan School of Applied STEM Prof Dr Janson Naiborhu.
Pada September 2017, perkuliahan di School of Applied STEM akan dimulai dengan lima program studi, yaitu Business Mathematics, Food Business Technology, Computer System Engineering, Enterprise Software Engineering, dan Energy Engineering. Kelima program studi ini melatih mahasiswa untuk jeli membaca masalah dan peluang dalam masyarakat, khususnya dalam perkembangan ke depan, untuk kemudian menyediakan solusinya.
Sikapi kebutuhan aktuaris
Dalam dunia industri saat ini, khususnya industri asuransi, salah satu permasalahan yang tampak jelas adalah langkanya tenaga aktuaris di tengah berkembangnya industri asuransi di Indonesia. Seorang aktuaris—dengan menggunakan pengetahuan yang luas di bidang matematika, statistika, keuangan, dan bisnis—sangat berperan dalam membuat kebijakan polis asuransi, program pensiun, dan strategi keuangan lain dengan memastikan bahwa kebijakan-kebijakan yang dibuat memiliki dasar keuangan yang sehat.
Beberapa tahun belakangan Indonesia mengalami pertumbuhan industri asuransi yang tinggi. FitchRatings 2012 Outlook menyebutkan, pertumbuhan industri asuransi Indonesia pada 2011 adalah 23,2 persen, salah satu yang tercepat di dunia. Saat ini, dengan populasi 240 juta orang yang setengahnya di bawah usia 29 tahun—dan dengan didukung pertumbuhan ekonomi yang sehat serta keikutsertaan asuransi yang masih rendah—prospek industri asuransi diperkirakan akan terus bertumbuh di tahun-tahun mendatang.
Persoalannya, pertumbuhan industri asuransi itu tidak dibarengi pertumbuhan tenaga aktuaris yang sebanding. Menurut laporan Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI), jumlah aktuaris yang dibutuhkan untuk tingkat nasional saat ini adalah 1.805 orang yang mencakup 722 orang setara fellow dan 1.083 orang associate. Namun, saat ini baru terdapat 178 orang setara fellow dan 158 associate. Kebutuhan ini akan terus meningkat dengan telah diberlakukannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53 Tahun 2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan, yang mengatur aktuaris tak hanya diwajibkan ada di perusahaan asuransi jiwa, tetapi juga di perusahaan asuransi umum.
Program studi Business Mathematics School of Applied STEM Prasetiya Mulya ada salah satunya untuk menjawab kebutuhan aktuaris ini. Matematika aktuaria menjadi salah satu kompetensi utama yang dipelajari di program studi ini. Di kompetensi aktuaria, mahasiswa belajar mengaplikasikan metode matematika, statistika, komputasi, dan ekonomi untuk mempelajari asuransi, dana pensiun, serta mengukur risiko keuangan khususnya di industri keuangan nonbank.
“Untuk menjadi seorang aktuaris, seseorang juga harus mengambil sertifikasi dan menjalani beberapa tahap ujian. Di Indonesia, sertifikasi ini dijalankan PAI. Namun, jika ingin sertifikasi itu berlaku secara internasional, mahasiswa bisa mengambilnya misalnya dari Society of Actuaries (SOA). Pihak universitas akan membantu memfasilitasi mahasiswa untuk mendapatkan sertifikasi, baik nasional maupun internasional,” ujar Kepala Prodi Business Mathematics Maydison Ginting PhD, Kamis (16/2).
Universitas Prasetiya Mulya, bersama dengan beberapa perguruan tinggi lain, saat ini juga bekerja sama dengan University of Waterloo Canada terlibat dalam Project Risk Management, Economic Sustainability, and Actuarial Science Development in Indonesia (Readi) dalam pengembangan program aktuaria. Program ini didukung oleh pemerintah Kanada melalui Global Affairs Canada dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Selain matematika aktuaria, program studi Business Mathematic juga memiliki kompetensi utama matematika keuangan dan matematika industri. Kompetensi matematika keuangan akan membahas masalah-masalah pasar modal seperti model-model keuangan, pricing, teori hedging, pengukuran risiko, dan manajemen sekuritas. Sementara itu, matematika industri mengaplikasikan metode matematika dan statistika yang berkaitan erat dengan engineering, sains, dan industri.
Tantangan bidang pangan
Sementara itu, di bidang pangan, Indonesia juga mengalami tantangan, terutama terkait dengan perubahan struktur populasi dalam dua dekade ke depan. United Nations Population Fund (UNFPA) memprediksi jumlah penduduk Indonesia pada 2030 berkisar 300 juta.
Struktur populasi berdasarkan usia akan berubah dari yang saat ini didominasi generasi muda (<30 tahun) menjadi berimbang karena ada kenaikan signifikan pada persentasi masyarakat dewasa produktif (30–64 tahun). Kelompok usia lainnya yang perlu diperhatikan adalah golongan usia lanjut. Persentase masyarakat berusia lanjut (> 65 tahun) diperkirakan naik dari 5 persen ke 11 persen. Dengan kata lain, pada 2030 diperkirakan akan ada lebih dari 30 juta orang usia lanjut.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan besarnya risiko kekurangan nutrisi pada golongan dewasa produktif dan usia lanjut karena diet yang kurang baik atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi tersebut. Dampak yang bisa terjadi adalah pelemahan tubuh dan terserang penyakit, terutama penyakit yang erat dengan penuaan seperti gangguan sendi, pikun, gangguan jantung, diabetes tipe 2, kanker, dan lainnya.
Fakta yang tidak kalah penting, data konsumsi protein per kapita per hari di Indonesia. Data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS tahun 2016 menunjukkan konsumsi protein rata-rata masyarakat Indonesia masih berkisar 56 gram per orang per hari. Jumlah ini di bawah rata-rata dunia yaitu 80 gram per orang per hari dan jauh di bawah negara maju yang sudah di atas 100 gram per hari. Hal ini menunjukkan masyarakat Indonesia secara umum dari usia anak-anak sampai usia lanjut kemungkinan besar mengalami masalah kekurangan protein.
“Salah satu solusi mengatasi tantangan ini adalah menyediakan makanan sehat yang berkualitas nutrisi tinggi dengan harga terjangkau. Cara lainnya, mencari sumber-sumber pangan baru yang bisa memberi tambahan ke sumber pangan yang sudah ada,” ujar Kepala Program Studi Food Business Technology Yalun Arifin PhD, Kamis (16/2).
Program Studi Food Business Technology di Fakultas STEM Prasetiya Mulya merespons hal tersebut dengan fokus pada inovasi proses dan produk makanan sehat. Mahasiswa akan belajar konsep-konsep dasar sains dan teknologi pangan agar bisa menjadi pakar teknologi pangan yang andal. Kemampuan ini diperkuat dengan pengetahuan dan kemampuan bisnis agar bisa memasarkan produk pangan unggulannya.
Proses belajar akan didukung fasilitas-fasilitas yang meliputi laboratorium-laboratorium sains dasar (kimia, fisika, biologi), mikrobiologi dan bioteknologi, serta food analysis, food sensory, and food processing mini plant. “Salah satu riset kami saat ini adalah mengembangkan bidang aplikasi algae Spirulina yang memiliki kandungan protein amat tinggi untuk menghasilkan makanan bernutrisi tinggi. Ekstraksi pigmen dari Spirulina juga bisa digunakan sebagai pewarna alami makanan,” tambah Yalun.
Ke depan, tentu saja Indonesia menghadapi makin banyak tantangan. School of Applied STEM berupaya berkontribusi dengan jeli membaca masalah di bidang-bidang yang beragam, untuk kemudian menciptakan sinergi untuk mengatasinya. [IKLAN/NOV]