Apakah kita sebagai pengguna media digital menyadari bahwa teknologi dan internet secara signifikan membentuk cara kita berinteraksi, berperilaku, berpikir, dan berkomunikasi dalam masyarakat? Tidak dapat dimungkiri bahwa manusia kini berinteraksi dan berkomunikasi lebih dominan dengan media dibandingkan tatap muka secara fisik, terutama sejak terjadi pandemi Covid-19.
Para digital immigrants yang baru mulai beralih ke dunia digital, mereka masih mampu mempertahankan perilaku dan komunikasi berdasarkan budaya yang telah dipelajari sebelumnya. Namun, juga harus dapat beradaptasi dengan transformasi digital yang sedang terjadi agar dapat berinteraksi dan tidak kalah dengan para digital natives.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Pentingnya Menjadi Generasi Melek Digital”. Webinar yang digelar pada Senin, 19 Juli 2021, ini diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Ali Elanshory (Account Executive MNC Group), Dr Dwiyanto Indiahono (Dosen Kebijakan Publik Universitas Jendral Sudirman), Dr Aminah Swarnawati (Dosen Prodi Magister Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta), Ari Ujianto (penggiat advokasi sosial), dan Bella Nabilla (entrepreneur dan produser film) selaku narasumber.
Dwiyanto Indiahono menyampaikan, dalam rangka mendukung terbentuknya masyarakat digital Indonesia yang cakap, perlu menerapkan netiket, yaitu etiket yang dijalankan di jaringan dunia maya. Tentu saja dalam menggunakan internet, baik yang bersifat pribadi maupun umum, harus menerapkan etiket agar membentuk suatu ruang yang aman dan nyaman bagi semua yang ada di dalamnya.
“Adapun tahapan beretiket yang dapat membantu membangun citra diri positif, yaitu berkumpullah dengan komunitas yang baik, saring informasi dan cek konten yang mencurigakan, tenangkan diri dan berpikir jernih dalam membuat konten, hanya posting konten yang sudah terbukti valid dan bermanfaat, lalu sampaikan dan komunikasikan secara santun,” kata Dwiyanto.
Salah satu peserta bernama Andre Febrian berpendapat, saat ini Indonesia sudah memasuki revolusi industri 4.0 yang mewajibkan masyarakat Indonesia melek digital. “Apakah saat ini kita sebagai warganet Indonesia sudah layak memasuki dunia digital yang telah berada di era modernisasi tersebut, sedangkan etika netizen Indonesia masih perlu edukasi lebih? Adakah solusi khusus untuk masalah tersebut?”
Dwiyanto menjawab, kita tidak bisa meghindar dari industri 4.0, maka kita butuh kecakapan digital dan memanfaatkan internet untuk membangun ekonomi dan juga karakter bangsa. Pancasila harus hadir di dunia digital kita.
“Kita harus dikenal sebagai masyarakat yang sesuai dengan Pancasila. Sekarang sudah ada gerakan persatuan dengan hadirnya internet yang bisa menjadi ajang kita mempersatukan bangsa. Salah satu contoh kegiatannya adalah pertukaran pelajaran antar daerah,” jelasnya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]