Angka positif Covid-19 setiap harinya meningkat membuat siapa pun tidak tahu kapan pandemi ini akan berakhir. Pihak sekolah tentu akan mempertimbangkan kapan belajar secara luring akan dijalankan.  Banyak pertimbangan bila pembelajaran tatap muka diadakan kembali sehingga banyak sekolah mengeluarkan keputusan tahun 2021, pembelajaran kembali dilakukan secara daring.

Pembelajaran daring bisa menjadi pro dan kontra. Ada yang setuju karena dianggap menjadi solusi yang baik pada masa pandemi, membuat anak-anak aman dari tertularnya Covid-19, juga orangtua bisa menemani dan memantau perkembangan anaknya dalam proses pembelajaran. Ada juga yang tidak setuju karena dianggap hanya sebagai pemborosan kuota, mereka tidak hanya diwajibkan membayar uang sekolah, tetapi juga harus mengeluarkan biaya untuk membeli kuota internet.

Di balik pro dan kontra, yang harus dipikirkan adalah bagaimana efek dari pembelajaran daring terhadap kesehatan mental. Bisa jadi tiap orang berbeda dalam merespons sesuatu, terutama terhadap pembelajaran daring yang merupakan dampak dari pandemi Covid-19. Banyak ditemukan keluhan mengenai pembelajaran daring.

Berdasarkan survei-survei juga hasil penelitian, biasanya masalah-masalah fisik yang dialami antara lain mata lelah, perih, tegang otot, sulit istirahat, dan nafsu makan terganggu. Masalah psikis yang sering dikeluhkan selama daring, stres, sulit menyesuaikan diri, tidak berdaya, kehilangan mood, mudah tersinggung, insomnia, kelelahan secara emosi, takut, dan cemas, yang jika tidak diatasi dengan baik, dapat menjurus pada gangguan psikologis.

Mengacu pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sehat mental adalah suatu kondisi kesejahteraan seseorang yang disadari, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres, untuk bekerja secara produktif, menghasilkan dan berperan serta di masyarakat dan komunitas. Sementara itu, menurut Pieper dan Uden (2006), kesehatan mental adalah keadaan seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang realistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.

Jika dikaitkan dengan pembelajaran daring, individu tersebut tetap menyadari potensi-potensi dirinya sendiri, tahu apa yang harus dikerjakan sesuai kemampuannya, serta mau belajar hal yang baru dengan kondisi saat ini yang serba baru dan tidak biasa. Mampu mengatasi tekanan hidup yang terkait dengan kondisi daring, dengan tetap bisa berkarya, mampu mengerjakan tugas-tugas sekolahnya atau kuliahnya dengan baik, tanpa merasa bersalah. Individu secara sabar belajar dan terus beradaptasi untuk mengembangkan respons yang tepat dalam menghadapi tuntutan perubahan yang terjadi, dan mengembangkan kebiasaan baru.

Seseorang dapat menjadi tidak sehat mental bila individu tidak mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Umumnya yang paling dasar, jika sudah mengganggu kehidupan sehari-hari, sudah tidak bisa produktif lagi dan tidak bisa menjalankan perannya sendiri. Contohnya menjadi tidak bisa tidur, menjadi prokrastinasi, tidak bersemangat, tidak mandiri dan depresi. Kesehatan mental yang terganggu ada kriterianya dan yang bisa mendeteksi hanyalah orang yang ahli, seperti psikolog, psikiater, dokter, atau ahli lainnya.

Penanganan kesehatan mental yang terganggu terkait pembelajaran daring tidak hanya dilakukan oleh para ahli, seperti psikolog, psikiater, atau dokter, tetapi juga perlu melibatkan peran dari masyarakat. Kesehatan mental bersifat global dan komprehensif sehingga pendekatan untuk kesehatan mental saat ini berbasis komunitas. Ada tiga komponen yang ikut serta, yaitu melibatkan pengguna layanan, penyedia layanan dan pembuat keputusan, dan semua mengacu untuk kegiatan treatment, preventif, rehabilitasi dan juga kegiatan promosi kesehatan mental.

Berikut ini, terdapat tips agar tetap sehat mental selama pembelajaran daring antara lain membuat skala prioritas, tidak menumpuk semua tugas (prokrastinasi), dan belajar secara rutin. Saling memberi dukungan dengan menyebar energi positif dan menguatkan bahwa kita tidak sendiri menghadapi pembelajaran daring ini. Yakinkan pada diri sendiri maupun orang lain bahwa pandemi ini segera berakhir sehingga pembelajaran daring akan segera berganti menjadi pembelajaran tatap muka. Melatih emosi positif dengan mencari sisi baik dari apa yang dihadapi saat ini serta perbanyak berdoa.

Unisba sebagai universitas yang memiliki visi menjadi perguruan tinggi Islam yang mandiri, maju, dan terkemuka di Asia.

Situs web: https://www.unisba.ac.id

(Siti Qodariah, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung/Unisba)