Deteksi dini kesehatan mental diperlukan untuk menghindari beberapa potensi gangguan serius pada mental manusia. Salah satunya adalah gangguan bipolar, suatu gangguan mental yang ditandai oleh perubahan suasana perasaan yang episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi atau campuran. Gangguan bipolar biasanya rekuren dan dapat berlangsung seumur hidup.
Berangkat dari data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, gangguan bipolar menempati posisi kelima sebagai gangguan kejiwaan yang paling banyak menyebabkan disabilitas atau beban penyakit terbesar bagi penyandangnya. Gangguan bipolar yang merupakan gangguan jiwa berat ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi, berkisar 1–2 persen dan menjadi penyebab disabilitas ke-6 di dunia. Data Bipolar Care Indonesia (BCI) mencatatkan, sebanyak 72.860 masyarakat Indonesia mengidap gangguan bipolar. Sebanyak 25–50 persen penderita gangguan bipolar pernah melakukan percobaan bunuh diri paling sedikit 1 kali selama hidupnya.
Hingga saat ini, penyebab pasti terjadinya gangguan bipolar belum diketahui. Namun, beberapa faktor yang diduga dapat memicu risiko terkena gangguan bipolar antara lain mengalami stres tingkat tinggi, pengalaman traumatik, dan kecanduan alkohol atau narkotika. “Beberapa ahli berpendapat, kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan neurotransmitter atau pembawa pesan kimiawi dalam otak. Tidak hanya itu, ada juga yang berpendapat bahwa gangguan bipolar berkaitan dengan faktor genetik atau keturunan,” ujar Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Santosa Hospital Bandung Kopo dr Francisca Nungki Triandari SpKJ.
Dokter Francisca menjelaskan, gangguan bipolar dapat dideteksi melalui perubahan suasana perasaan. Hal ini memang lumrah dialami semua orang sehingga banyak yang melakukan self-diagnose. Orang tanpa gangguan bipolar juga mengalami perubahan suasana hati dan perubahan ini biasanya hanya berlangsung beberapa jam serta tidak disertai perubahan perilaku ekstrem yang tidak mengganggu kegiatan sehari-hari. Berbeda dengan penyandang gangguan bipolar, perubahan suasana perasaan hati berlangsung secara episodik atau bertahan dalam rentang waktu tertentu.
Episode manik berlangsung setidaknya selama seminggu, yaitu penyandang gangguan bipolar mengalami suasana perasaan yang meningkat yaitu merasa sangat senang atau sangat bahagia, sulit konsentrasi, mudah tersinggung, agresif dan libido meningkat, serta energi yang meningkat sehingga terjadi aktivitas yang berlebihan. Episode hipomanik yakni penyandang gangguan bipolar mengalami gejala-gejala mania, tetapi derajatnya lebih ringan dan episodenya lebih pendek daripada episode manik, berlangsung paling sedikit empat hari, hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari. Episode depresi adalah mengalami suasana perasaan yang sangat menurun yaitu mengalami perasaan sedih yang mendalam dan berkepanjangan, tidak bersemangat, mudah lelah, konsentrasi berkurang, merasa bersalah, nafsu makan berkurang, tidur terganggu, dan ada gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri. Hal ini berlangsung setidaknya selama dua minggu, terjadi hampir sepanjang hari, dan hampir setiap hari. Lalu, episode campuran, yaitu gejala mania atau hipomania dan depresi dialami bersamaan oleh penyandang gangguan bipolar. Bahkan, gangguan bipolar dapat disertai gejala psikotik yang ditandai adanya halusinasi dengar maupun lihat.
Santosa Hospital Bandung Kopo menyediakan layanan terapi bagi penderita gangguan bipolar. Bahkan, pengguna asuransi maupun BPJS juga bisa mengakses terapi gangguan bipolar. Tahapan pengobatan ini diawali dengan wawancara psikiatri untuk mengetahui kondisi umum pasien. Tahap kedua dilanjutkan dengan psikoedukasi dengan mengenalkan diagnosis, mendiskusikan spektrum gangguan suasana hati, manajemen stres, pola hidup sehat, mendiskusikan pilihan pengobatan atau terapi yang tersedia, dan pentingnya pemulihan berbasis komunitas. Tahap ketiga adalah dengan obat untuk menstabilkan suasana hati dan mengurangi gejala yang dialami. Selain itu, ada pula psikoterapi untuk membantu penderita gangguan bipolar mempelajari keterampilan koping baru untuk mengelola peristiwa yang penuh tekanan dengan lebih baik.
“Hal ini memungkinkan penyandang gangguan bipolar untuk dapat hidup dengan normal. Penyandang gangguan bipolar umumnya juga memiliki periode ketika suasana hati mereka netral. Dengan penanganan medis dan terapi yang tepat, penyandang bipolar dapat menjalani kehidupan yang baik dan produktif. Dukungan keluarga dan orang-orang terdekat memiliki peran yang penting terhadap kondisi penyandang gangguan bipolar,” pungkas dr Francisca. [AYA]
Untuk informasi hubungi Nova Anggreany 087822773207, Sonya Thamrin 082121486363. Website www.santosa-hospital.com