Kini kegiatan sehari-hari seperti belajar, belanja, bekerja, bersekolah, beribadah, bermain, dan bahkan berobat bisa melalui dunia digital. Internet, teknologi, dan media sosial telah memudahkan kita dalam segala hal. Kehadiran internet dan segala aplikasi online bisa menimbulkan rasa bebas berekspresi karena hampir semua hal bisa dilakukan di platform-platform digital.
Walau begitu, kita sebagai pengguna media sosial harus tetap memiliki etika, baik saat di ranah offline maupun online, sebagai konsekuensi dari hak digital. Kita harus menyadari bahwa etika dibuat untuk mengingatkan kita bahwa ada batasan dalam berkomentar dan posting saat di dunia maya.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Tren Aplikasi Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Rabu, 13 Oktober 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Diana Balienda (Kaizen Room), Rahmawati (Trainer Making Indonesia 4.0 Lemhanas RI dan Dosen Universitas Mulawarman), Vitri Tundjungsari (Mekar Pribadi, Praktisi Pendidikan dan Dosen), Dewi Rahmawati (Product Manager Localin), dan Jonathan Jorenzo (Content Creator dan Entrepreneur) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Diana Balienda menyampaikan bahwa teknologi hadir untuk mempermudah kehidupan kita, tetapi tidak dapat dimungkiri bahwa kemajuan-kemajuan teknologi menciptakan tantangan baru bagi masyarakat digital. Di Indonesia perkembangan internet pada Januari 2021 tercatat sudah mencapai 57 persen pengguna sudah terkoneksi internet. Dengan banyaknya orang yang terkoneksi internet, berarti ada satu orang yang memiliki lebih dari satu gawai yang terkoneksi internet. Saat ini ponsel lebih banyak dari pada penggunanya.
“Kini, semakin banyak pihak yang bertransaksi menggunakan gadget. Membuka bisnis kini lebih mudah dan tidak banyak perlu mengeluarkan modal dan bahkan bisa mengakses sampai ke pasar internasional. Hal ini sebenarnya merupakan hal positif, karena dengan adanya UMKM go digital, tentunya omset bisa naik. Kita jangan lupa kalau belanja di marketplace untuk saling membantu tokonya dengan memberikan review ataupun kritik yang membangun,” jelasnya.
Jonathan Jorenzo selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa pandemi ini membawa berkah untuknya. Berawal dari TikTok bisa membawa perubahan dengan iseng-iseng upload dan menjadi viral. Juga kalau di Instagram, ia membahas traveling dan fashion. Ia juga mempunyai kegiatan dan peduli dengan kebudayaan, sehingga dapat mengembangkan bakat-bakat melalui online.
Ia menjadi content creator dan menemukan bahwa banyak aplikasi yang dapat digunakan untuk menunjang kegiatan yang ia jalani. Ia ingatkan untuk selalu menggunakan aplikasi semaksimal mungkin agar mendapatkan positifnya dan berguna untuk orang lain.
Baginya menjadi content creator adalah suatu hal yang menyenangkan dan simple. Bisa share hal-hal yang disukai diri sendiri dan membagikannya dengan sesama secara positif. Tips darinya, buatlah konten dalam jangka waktu yang panjang, jangan menjiplak karya orang lain karena ada hak dalam membuat konten, dan penting untuk mengutamakan riset.
Salah satu peserta bernama Putri Meilani menyampaikan, hampir semuanya sudah tersedia di dunia digital. Semua barang sudah bisa dibeli melalui e-commerce baik sembako, make up, onderdil motor, maupun ponsel. Hal tersebut memudahkan kehidupan manusia, tapi secara bersamaan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan yang negatif seperti lebih konsumtif dan semakin malas keluar rumah.
“Apa pendapatnya mengenai kasus tersebut, dan solusi apa yang bisa membantu agar kebiasaan buruk itu tidak muncul di dalam diri kita?” tanyanya.
Vitri Tundjungsari menjawab, “Seperti mata uang bisa untuk hal positif dan negatif; ada sisi baik dan sisi buruknya. Hal yang bisa mengontrol kembali lagi kepada diri masing-masing. Baiknya tetapkan dalam sehari kita batasi pengeluaran kita berapa, tetapkan aturan dalam beraktivitas, dan bila tahu kalau ini sudah terlalu lama menggunakannya, baiknya kita terapkan puasa gadget dulu. Intinya kita harus menyadari dan mengetahui batasan diri.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]