Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi. 

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Kemajuan Teknologi, Musibah atau Anugrah?”. Webinar yang digelar pada Kamis, 11 November 2021 di Kabupaten Serang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring. 

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Mohammad Adnan (CEO Viewture Creative Solution), Erwan Widyarto (Mekar Pribadi, Penulis, dan Jurnalis), Muhammad Mustafied (Sekretaris Nur Iman Foundation Mlangi Yogyakarta), dan Ahmad Muam (Dosen D4 Bahasa Inggris SV UGM).

Mohammad Adnan membuka webinar dengan mengatakan, dunia digital membutuhkan digital skill. Digital skill adalah kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital. Pada 2018, pengguna smartphone di Indonesia meningkat menjadi 56,2 persen setara dengan 150,4 juta jiwa yang artinya sudah melebihi setengah dari populasi penduduk di Indonesia. 

“Yang perlu kita ketahui, terlepas dari manfaatnya, pada dasarnya semua aplikasi mencari keuntungan. Piranti smartphone menyediakan fitur-fitur yang kita inginkan bukan apa yang kita butuhkan,” katanya.

Selain itu, yang harus kita waspadai agar terhindar dari efek negatifnya adalah hoaks. Ini adalah rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, tapi “dijual” sebagai kebenaran. 

Manfaat perangkat dan ruang digital, yakni memaksimalkan dunia digital sebagai sarana komunikasi, menggunakan perangkat dan ruang digital sebagai sarana untuk belajar, memanfaatkan perangkat dan ruang digital untuk penambahan nilai atau migrasi efektivitas ekonomi, membuat dan menyebarkan informasi atau konten positif.

Erwan Widyarto menambahkan, kemajuan teknologi itu anugerah. Saat berinteraksi dengan pengguna internet lainnya atau pengguna media digital lainnya, kita harus memperhatikan bagaimana kita berinteraksi serta dampak dari interaksi.

“Rambu itu bernama etika digital. Etika digital sebagai prinsip-prinsip moral yang mengatur perilaku seseorang dalam melakukan aktivitas dengan media digital, membantu kita dalam membuat pilihan-pilihan tindakan yang benar dan sadar,” tuturnya.

Memilih menjadi teknologi menjadi anugerah, bukan musibah. Etika digital berorientasi pada penciptaan “daya tahan digital” artinya masyarakat memiliki kemampuan untuk mendapat anugerah, manfaat positif dari kehadiran media digital. 

Daya tahan ini merupakan hasil kesatuan berbagai kompetensi literasi digital yang dimiliki. Kita sebagai penggunanya ingin teknologi digital tidak merugikan kita dan tidak menjadi musibah. Untuk itu, harus ada pedoman etis agar kita sadar bahwa ada tanggung jawab dalam menggunakannya.

Muhammad Mustafied turut menjelaskan ada dua wajah teknologi, yakni positif dan negatif. Positifnya, mempermudah pekerjaan manusia, mempercepat, mengefisienkan, mengefektifkan, menyelamatkan manusia, dan memuliakan manusia.

“Sisi negatifnya, menciptakan ketergantungan, merusak lingkungan, memproduksi teknologi yang membahayakan kelangsungan hidup manusia,” jelasnya. Agar teknologi menjadi berkah, perkuatlah literasi digital.

Sebagai pembicara terakhir, Ahmad Muam mengatakan, digital safety adalah proses untuk memastikan penggunaan layanan digital, baik secara daring maupun luring dapat dilakukan secara aman. “Cyber safety melindungi pengguna dari konten digital yang berbahaya,” katanya.

Dalam sesi KOL, Brigita Ferlina mengatakan, kalau kita ingin melihat untuk sisi negatifnya itu pasti selalu ada saja, segala sesuatu perubahan yang terjadi dalam hidup kita itu kalau misalkan bukan dari sudut pandang yang positif pasti akan selalu merasa tidak nyaman.

“Begitu juga dengan kemajuan teknologi yang aku rasakan di media sosial sejak pandemic banyak sekali hoaks yang disebarkan, tetapi disisi lain untuk aku lebih banyak harapan dan anugerah dengan kemajuan teknologi ini,” ujarnya.

Salah satu peserta bernama Humaira menanyakan, apa saja yg harus dipersiapkan dalam menghadapi era industri 5.0 agar kita tetap bisa positif dalam menghadapi perkembangan digital?

“Tentunya kita harus meningkatkan kecakapan digital kita dalam menghadapi era digital ini, karena jika kita tidak memiliki pilar-pilar dalam kompetensi digital kita akan ketinggalan perkembangan yang memang terus mengalami perubahan,” jawab Mustafied.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Serang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]