Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Literasi Digital untuk Negeri”. Webinar yang digelar pada Kamis, 1 Juli 2021, di Kota Serang itu diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Pradipta Nugrahanto (Co-Founder Paberik Soeara Rakjat dan podcast producer), Luqman Hakim (penulis konten), Denisa N Salsabila (Kaizen Room), dan Septa Dinata AS MSi (peneliti Paramadina Public Policy Institute).

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Pradipta Nugrahanto membuka webinar dengan mengangkat subtema “Membangun Rasa Lewat Suara”.

Menurut Pradipta, media sosial perlahan masuk ke konten audio. “Indonesia di ranah siniar dunia, yang menjadi salah satu negara dengan jumlah pendengar dan podcaster terbanyak di asia Pasifik,” ujarnya.

Pradipta menambahkan, mengapa masyarakat masih menyukai konten audio dikarenakan konten audio membuat pendengarnya penasaran. “Muka seperti apa dan ingin mendengarkan episode selanjutnya. Selain elemen religi, teman-teman yang membuat orang ketawa dan deg-degan menjadi favorit,” tambahnya.

Luqman Hakim menambahkan, dunia digital menjadi medan penting dalam pertukaran informasi dan pergaulan. Olehnya, dunia menjadi saling terhubung dan umat manusia menyatu dalam desa adibesar yang sering disebut global village.

“Tantangan di ruang digital yakni perkembangan teknologi digital yang sangat pesat memengaruhi tatanan perilaku masyarakat. Pola lama dalam interaksi sosial kini turut terdistrupsi, mengaburkan beragam batasan dan norma-norma sosial,” ujarnya.

Ia melanjutkan, ke depannya, budaya komunikasi akan semakin beragam. Kita dituntut untuk selalu siap dengan perubahan. Oleh karena itu, adaptif terhadap perubahan adalah skill yang wajib dimiliki.

“Prinsip literasi digital pembentuk karakter anak bangsa. Berbudaya di ruang digital harus menjunjung sikap terbuka dan positif terhadap lisan, perteguh integritas diri, perteguh komitmen kedaulatan bangsa dan negara, serta kendalikan ruang digital untuk hal-hal positif,” jelasnya.

Denisa N Salsabila kemudian menerangkan tentang etika digital, yakni kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari.

“Adapun ruang lingkup etika, yakni kesadaran, kebajikan, integritas dan tanggung jawab. Sebarkan informasi bermanfaat dan inspiratif. See, lihat dan kenali hoaks. Talk, diskusikan. Observe, amati dan cermati, lalu prevent atau cegah,” paparnya.

Septa Dinata mengakhiri sesi pembicara dengan mengatakan, digitalisasi memungkinkan manusia menerima dan berinteraksi dengan informasi layaknya seperti manusia. “Kehadiran media digital memungkinkan manusia berkomunikasi secara langsung tanpa batasan waktu dan tempat.”

Ia menambahkan, salah satu kejahatan yang sering terjadi di dunia digital adalah phising scam, yang bertujuan memancing pengguna membeberkan rahasia mereka terkait work account, bank account, credit card, atau informasi lainnya.

Data dari Kaspersky mengungkapkan, Facebook mendapatkan 4,5 juta phising. “Selalu berhati-hati saat mengklik suatu link, berhati-hati apa yang Anda post dan bagikan jangan sampai orang-orang tahu wajah suami kita, anak kita, atau keluarga,” ujarnya.

Salah satu peserta bernama Tri Sumardiati menanyakan, bagaimana cara untuk menumbuhkan minat anak-anak agar menyukai atau tertarik budaya literasi digital yang sehat?

“Mulai dari diri kita sendiri apakah kita sudah mengetahui literasi digital tadi. Kita mulai dari keteladanan, anak-anak suka meniru maka kita berikan teladan yang baik ke mereka. Kita pahami dahulu mental anak-anak kita, agar kita bisa masuk ke dunia anak-anak itu, kita mulai dengan kebaikan-kebaikan universal tadi,” jawab Luqman.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Serang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.