Perusahaan atau asosiasi peduli serta ramah lingkungan memang belum banyak dan terhitung masih wacana. Namun, wacana yang sedari dulu didengungkan oleh banyak pihak mulai akan direalisasikan setidaknya lewat pelarangan kantong plastik sekali pakai di pusat-pusat perbelanjaan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mulai tengah tahun ini.

Hal tersebut tentu saja sejalan dengan visi perusahaan atau badan yang sudah mulai peduli lingkungan sedari dulu. Salah satunya, jaringan hotel dan resor Wyndham, yang sudah menerapkan bisnis pariwisata peduli lingkungan sedari dulu.

“Kami menyebutnya konsep sustainability atau berkelanjutan. Ada tiga aspek, yaitu bisnis, lingkungan, dan sosial. Bisnis karena kita harus menghasilkan profit. Tapi, di satu sisi, bagaimana menghasilkan profit dengan ikut menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar. Impact yang dihasilkan untuk sosial, kepentingan bersama. Itu konsep bisnis berkelanjutan, tidak hanya profit, tetapi juga memberdayakan lingkungan,” ujar General Manager of Wyndham Casablanka Jakarta Paolo Randone.

Paolo menyatakan komitmennya di acara Jakarta Chief Marketing Officer (CMO) Club di Wyndham Casablanka Jakarta pada Rabu (15/1/2020). Komunitas yang salah salah satunya diinisiasi oleh pakar marketing sekaligus Founder & Chairman MarkPlus Inc Hermawan Kartajaya tersebut berisikan petinggi perusahaan mulai dari direktur marketing sampai CEO dari berbagai industri dan sektor.

Foto-foto: dok. Wyndham Casablanka Jakarta.

Lebih lanjut lagi, konsep berkelanjutan tersebut bukan hanya inisiasi sepihak. Hal ini karena Paolo melihat mulai ada tren turis yang menginap di hotel karena kepeduliannya kepada lingkungan.

“Kalau ia menganggap hotelnya tidak peduli lingkungan, pasti langsung ditinggalkan. Jadi, ada aspek bisnis yang mendorong kami melakukannya. Dan, ini harus juga mulai dilakukan oleh hotel lain. Bahkan, perusahaan di luar industri hotel,” sambungnya.

Salah satu yang bisa dilakukan adalah melakukan konsep reuse, repair, renew lewat penggunaan properti hotel dengan peralatan daur ulang. Hal ini karena tidak dapat dimungkiri hotel terbilang industri boros sampah, termasuk sampah tidak daur ulang, mulai dari plastik sampai makanan sisa.

Yang dilakukan Wyndham, kini, mereka melarang penggunaan balon untuk keperluan apa pun karena proses penguraiannya di alam yang sangat lama. Selain itu, sudah tidak ada lagi pemberian minuman dalam botol plastik kepada tamu hotel sejak pertengahan tahun lalu.

“Untuk makanan sisa, kami akan ternakkan lele. Jadi, makanan sisa kami jadikan pakan ikan lele sehingga tidak terbuang sia-sia. Tidak ada food waste,” papar Paolo.

Ia menambahkan, meski terasa remeh, itulah konsep sustainability atau berkelanjutan. “Kita mengambil dari alam untuk bisnis, tetapi kami kembalikan lagi menjadi sesuatu bernilai, tidak ada yang terbuang. Lingkaran itulah yang ingin kami edukasi juga ke pihak lain, baik masyarakat maupun perusahaan,” ungkap Paolo.

Edukasi berkelanjutan tersebut diamini oleh Ketua Umum Gabungan Industri Perhotelan Indonesia (GIPI) Didin Junaedi. Walau sulit dipraktikkan dan kesadarannya belum massal, Didin menilai sudah saatnya perhotelan memulai konsep sustainability.

“Di Indonesia, seharusnya sudah harus mulai dilakukan. Kami berharap jika industri hotel yang memulai, sektor lainnya juga bisa mengikuti. Konsep green hotel bahkan sudah dilakukan sebagian pemain-pemain hotel di Indonesia walau belum maksimal,” komentarnya.

Setidaknya, menurut Paolo, konsep pariwisata berkelanjutan tetap tidak akan meninggalkan aspek bisnis dan profit perhotelan. Justru itu adalah salah satu langkah industri pariwisata, khususnya perhotelan, untuk membangun bisnis jangka panjang. [*]