Salah satu konten negatif yang sering ditemukan di internet adalah cyberbullying, yaitu perundungan di dunia maya yang diartikan sebagai tindakan agresif dari seseorang atau kelompok orang lain yang lebih lemah menggunakan media digital. Tindakan ini bisa dilakukan terus menerus oleh pelaku yang bersangkutan. Kita harus membuat dunia digital menjadi ruang bersama yang kondusif untuk kita semua, khususnya bagi anak–anak kita. Harus disadari bahwa cara kita menggunakan teknologi bisa mempengaruhi nasib kita atau orang lain. Harus menjadi pengguna yang lebih bijak dalam rangka memperkuat teknologi dalam hal membantu kesejahteraan manusia. Jangan lupa, penting bagi orang tua untuk mendiskusikan penggunaan teknologi ke anak agar mereka juga paham atas hal tersebut.
Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Identifikasi dan Antisipasi Perundungan Digital (Cyberbullying)”. Webinar yang digelar pada Senin, 11 Oktober 2021, pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Diana Balienda (Kaizen Room), Mario Antonius Birowo, PhD (Staf Pengajar Universitas Atma Jaya Yogyakarta & Japdelidi), Dr Arfian, MSi (Dosen & Konsultan SDM), Djaka Dwiandi Purwaningtijasa, ST (Digital Designer & Photographer), dan Ayu Rachmah (Automotive Enthusiast) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya Diana Balienda menyampaikan informasi penting bahwa “Teknologi hadir untuk memudahkan kehidupan kita. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi yang ada menciptakan tantangan baru bagi masyarakat digital, dan terkait itu, butuh digital skills sebagai kemampuan individu dalam mengetahui, memahami dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital. Langkah apa saja yang harus dilakukan jika mengalami cyberbullying? Pertama adalah jangan balas dendam karena seringkali itu yang mereka inginkan dari kita sebagai korban. Setelah itu, simpan bukti screenshot, pesan, teks, atau gambarnya dan beritahu orang lain. Jangan lupa untuk lakukan report, block, mute, dan hapus kontak. Ingat, mereka sebagai pelakunya adalah pihak yang bermasalah, bukan kamu sebagai korban.”
Ayu Rachmah selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa kita harus hati–hati dan selalu memikirkan apa yang ditulis dan komentar. Selain itu, sebaiknya kita jangan “baper”; harus jadi orang yang “bodo amat” agar tidak menjadi korban. Ia pun bercerita bahwa ia pun pernah ada di posisi mem-bully dan juga di-bully tapi akhirnya sadar bahwa hal tersebut hanya akan memberikan pengaruh negatif. Saran darinya adalah kalau memang bersikap seperti itu, sebisa mungkin langsung dihentikan saja karena dampaknya akan sampai trauma, bahkan ada yang sampai mengakhiri hidupnya karena menjadi korban cyberbullying. Jadi kita harus lebih aware lagi; jika melihat ada orang yang di-bully harus kita bantu pastinya, dan jangan sampai kita yang menjadi pelaku bullying.
Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Rahayu Ajeng menyampaikan pertanyaan “Apa cyberbullying berbeda dari intimidasi langsung? Dari artikel yang pernah saya baca, ada istilah traditional bullying.”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Diana Balienda, bahwa “Jangan peduli mau secara online atau offline; kalau sudah online satu dunia jadi saling mengetahui informasi mengenai orang yang tidak kenal. Ini harus kita sadari sebagai hal yang tidak bisa hilang sampai sekarang. Misalnya, postingan masa lalu di Facebook suka ada memori kita pada tahun tertentu, dan hal itu bisa menjadi celah bagi orang untuk melakuakn cyberbullying kepada kita.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.