Literasi digital adalah kemampuan seseorang memanfaatkan teknologi untuk hal-hal yang seperti mencari, menggunakan, serta menyebarkan informasi yang bisa akurat tepercaya dan harus bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Istilah generasi Alpha dicetuskan oleh sosiolog Australia, Mark McCrindle, untuk menjelaskan mereka yang lahir antara 2010/2011 hingga 2015. 

Generasi Alpha yang lahir dalam perkembangan teknologi yang cenderung suka membuat konten video. Generasi Alpha juga lahir di tengah keprihatinan global warming, dampaknya banyak yang lebih senang bermain di luar daripada bermain teknologi. Selain itu, generasi Alpha akan jadi generasi yang akan sangat bergantung pada teknologi, melebihi Millennial dan Gen Z.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Literasi Digital untuk Generasi Alpha”. Webinar yang digelar pada Rabu, 24 November 2021, pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring. 

Dalam forum tersebut hadir A. Zulchaidir Ashary (Pena Enterprise), Wahyu Firmansyah (Praktisi Pendidikan), Anang Masduki, M.A., Ph.D. (cand) (Dosen Ilmu Komunikasi UAD), Novi Widyaningrum, S.I.P., M.A. (Peneliti Center for Population and Policy Studies UGM & IAPA), dan drg. Stephani Cecilia, M.I.Kom. (Founder Mediccation.id & Putri Indonesia DKI Jakarta I 2020) selaku narasumber. 

Literasi digital

Dalam pemaparannya, Anang Masduki, M.A., Ph.D. (cand) menyampaikan, “Tujuan dalam literasi digital ada tiga, yaitu ada kognitif yang membangun pengetahuan untuk memproteksi diri dan perangkat digital, lalu ada afektif yang membentuk kesadaran untuk saling melindungi antar warga digital, dan yang terkahir ada behavior yang meningkatkan kesadaran dan kebiasaan untuk selalu waspada di dunia digital.”

“Kerangka literasi digital Indonesia ada proteksi, hak-hak, dan pemberdayaan. Dalam menyikapi karakter generasi Alpha yang akrab dengan sesuatu yang instan, berarti orang tua harus menekankan pentingnya proses dalam mencapai tujuan. Pahami bahwa mereka adalah generasi yang suka bersosialisasi namun kurang suka berbagi. Orang tua wajib mengajarkan konsep syukur dan memberi contoh keterlibatan dalam bersosialisasi.”

drg. Stephani Cecilia, M.I.Kom. selaku narasumber Key Opinion Leader menyampaikan, anak-anak di zaman sekarang seakan tidak bisa lepas dari gadget; bangun tidur langsung buka handphone. Terkait dengan itu, kita harus mampu memberikan influence yang baik dengan cara sharing content yang positif di internet. Misalnya, banyak yang bisa menjadi ambassador untuk mempromosikan sekolah atau fakultasnya. Kita sebagai pengguna media digital memiliki tanggung jawab yang besar terhadap generasi muda yang terekspos pada konten kita.

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Amanda Anjani menyampaikan pertanyaan, “Sistem online learning memudahkan bagi pembelajar bisa mengakses sumber belajar dari mana pun, lalu pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta orang. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya pengguna internet di Indonesia belum sebanding dengan peningkatan jumlah orang yang mau memanfaatkan gawainya untuk pembelajaran/teknologi informasi. Apakah ada keterkaitan antara digital skill dan online learning dengan literasi digital? Lalu bagaimana meningkatkan literasi digital agar bisa memanfaatkan internet untuk media pembelajaran dalam online learning?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh A. Zulchaidir Ashary, “Bagaimana pengaruh prestasi digital terhadap peningkatan pendidikan sebenarnya ini adalah salah satu ikhtiar kita bersama. Bagaimana berbagai permasalahan yang sudah ada terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi ke dunia terkait dengan digital bisa meningkatkan pendidikan yang sangat berpengaruh sekali atau sangat berkaitan perubahan zaman sekarang. Bahkan sistem pendidikan bisa direvisi dan kita tidak akan tertinggal jauh dari sistem pendidikan yang menggunakan teknologi informasi komunikasi yang saat ini juga sangat booming. Referensi tidak hanya tersedia di dalam negeri saja tetapi juga lebih banyak referensi yang bisa kita cari dengan teknologi komunikasi tersebut.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.