Kemajuan teknologi membawa perubahan di semua aspek termasuk media, terutama sejak ditemukannya platform worldwide web dan browser untuk menjelajah media di komputer. Media online kini memiliki cakupan yang tidak terbatas, serta kecepatan dan kapasitas yang sangat besar. Ia juga jauh lebih murah daripada media sebelumnya, seperti media cetak, karena dapat diakses menggunakan aplikasi secara cuma-cuma dan juga bersifat paperless sehingga tidak memerlukan biaya cetak atau distribusi.

Penggunaan media online pun tidak mengharuskan para karyawannya untuk hadir di kantor karena dapat mengirimkan data dan informasi dari mana saja, dalam berbagai format multimedia pun. Hal-hal ini perlu diketahui oleh masyarakat Indonesia yang sedang beralih ke era digitalisasi.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Transformasi Media Massa dan Urgensi Literasi Digital”. Webinar yang digelar pada Selasa (13/7/2021) pukul 09:00-11:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Teguh Setiawan (Wartawan Senior), Mochamad Azis Nasution (Pemimpin Redaksi Channel9.id), A. Zulchaidir Ashari (Kaizen Room), Antonius Andy Permana (Founder-CEO Hahoo.co.id), dan Reni Risty (Influencer) selaku narasumber.

Memilah informasi

Dalam pemaparannya, Mochamad Azis Nasution menyampaikan, “Dengan telah bertransformasinya media melalui media online, ada pun beberapa kelemahan yang harus kita waspadai. Misal, berita sering tidak akurat dan menggunakan judul yang bombastis untuk clickbait saja, dan bahkan seringkali abai terhadap Undang-Undang Pers. Oleh karena itu, kita sebagai pengguna media digital harus lebih teliti dan menguasai keterampilan digital agar dapat bisa memilah informasi di internet.”

Ia menambahkan, “Tidak dapat dipungkiri bahwa media online memiliki kelebihan yang bermanfaat bagi kita, seperti bersifat real time dan update, mampu menyajikan informasi sesuai dengan kebutuhan pembaca, memudahkan interaksi yang cepat antar pembaca, dan menyediakan kanal untuk jurnalisme warga.”

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Luthfi Maryandi menyampaikan, “Dalam penggunaan digital language terkadang yang disampaikan terhadap orang lain mendapatkan arti yang ambigu dikarenakan persepsi masyarakat berbeda-beda, bagaimana cara untuk menghindari hal tersebut? Lalu bagaimana dengan mixing Bahasa, yaitu penggabungan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang secara tidak langsung menghilangkan keberagaman Bahasa Indonesia?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Teguh Setiawan. “Ketika menghadapi media sosial dan ingin berkomentar, pahami bahwa kita menulis di gadget dengan dua jempol kita. Bahasa yang digunakan tidak boleh menimbulkan multitafsir, kalau tidak jelas orang akan bingung dan men-judge dan menyerang, kemudian ditambah dengan huruf besar yang kemungkinan kita tidak tahu cara menggunakannya secara tepat. Lalu, kalau mixing Bahasa berkembang terus, ini menurunkan kecerdasan linguistik. Kalau kita harus menerima pernyataan di media sosial, sikap pertama kali yang harus diambil adalah bersikap positif. Jangan membalas dengan sikap yang lebih kasar, teruslah mengikuti literasi digital agar menjadi lebih terbiasa untuk melakukan yang terbaik pada saat di media sosial.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.