Di masa pandemi ini, gaya hidup dan kegiatan sehari-hari ikut terganggu dan berubah, terutama dalam proses belajar dan bekerja yang kini bertransformasi menjadi via ruang digital atau jarak jauh. Sumber belajar yang kini semakin tersedia secara bebas dan berasal dari berbagai macam medium merupakan salah satu kelebihan dari proses belajar daring.
Walaupun begitu, diperlukan kesiapan mental, utamanya siswa, guru, orang tua, dan kepala sekolah untuk memastikan siswa tetap belajar dalam kondisi yang nyaman pada berbagai situasi dan kondisi yang ada. Tantangan belajar di rumah menurut sebuah survei paling utama adalah kurangnya bimbingan dari guru dan akses internet tidak lancar. Selain itu, kurangnya dampingan dari orang tua juga menjadi tantangan belajar daring.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Saatnya Peserta Didik dan Guru Terampil Belajar Daring (Online)”. Webinar yang digelar pada Senin (16/8/2021) pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Aina Masrurin (Media Planner Ceritasantri.id), Dr. Bambang Pujiyono, M.M., M.Si. (Dosen FISIP Universitas Budi Luhur Jakarta), Ridwan Muzir (Peneliti & Pengasuh tarbiyahislamiyah.id), Sri Astuty, S.Sos., M.Si. (Staf Pengajar Universitas Lambung Mangkurat & Japelidi), dan Riska Yuvista (Miss Halal Tourism Indonesia 2018) selaku narasumber.
Strategi pengajaran
Dalam pemaparannya, Dr. Bambang Pujiyono, M.M., M.Si. menyampaikan, “Sebagai seorang pendidik harus bisa mengembangkan strategi pengajaran yang menarik dan mengakomodasi kekurangan yang ditimbulkan untuk proses belajar jarak jauh ini. Di masa perkembangan teknologi ini, pendidikan di abad ke-21 yang dibutuhkan adalah membentuk karakter, kompetensi mengajar, dan bentuk literasi.”
Bambang menjelaskan, karakter yang dibutuhkan adalah mengenai moral dan kinerja akan tanggung jawab dan kredibilitas. Dalam kompetensi, penting untuk mengajari untuk menjadi kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Literasi akan teknologi dan budaya juga diharapkan untuk generasi selanjutnya.
“Membentuk generasi berkarakter, berkompeten, dan berliterasi memerlukan hadirnya pendidik baik di sekolah, rumah, maupun di komunitas. Lalu, juga melalui teknologi sebagai alat dan media, serta pemanfaatan ruang digital secara etis,” ujarnya.
Riska Yuvista selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan, media sosial tentunya membawa dampak positif maupun negatif. Tersedianya media digital saat ini dapat melangsungkan pembelajaran secara jarak jauh dan memperbolehkan siapapun untuk mendapatkan sumber informasi dari manapun dan kapanpun. Walaupun begitu, proses belajar daring saat ini membuat peserta didik menjadi lebih malas dengan meremehkan proses pembelajaran dalam mencari informasi dan tidak ikut bersiap-siap sebelum belajar daring.
Ia juga menyampaikan bahwa di tengah kemudahan mencari informasi ini, kita harus lebih pintar dalam memilah-milih informasi yang kredibel dan bermanfaat. Ia juga tekankan pentingnya bantuan pendidik dan orang tua dalam mengajari, pemantuan, dan sharing akan aktivitas di perangkat digital masing-masing anak sehingga tahu akan batasan dalam menggunakan ruang digital. Literasi digital mengedukasi sekaligus menjadi pengeksekusi dalam jalan untuk menguasai, mengeksplorasi, dan memahami suatu hal dalam rangka menambah pengetahuan.
Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Shierly Caroline Tangkilisan menyampaikan, “Masa remaja adalah masa kita mulai mengenal jati diri, dan pastinya membuat kita terkadang tidak memiliki mood untuk belajar. Bagaimana kira-kira cara yang harus dilakukan oleh guru dan orang tua untuk membangun semangat kita dalam belajar dan membantu kita untuk menemukan jati diri supaya kita tidak kehilangan arah karena teknologi digital saat ini?”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Dr. Bambang Pujiyono, M.M. M.Si. “Dalam kesulitan belajar daring, kita harus sadar generasi kita akan menjadi generasi yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Sekolah berfungsi untuk mengasah kemampuan kita dalam mencapai cita-cita yang diharapkan. Jika tidak mood, harus diteliti apa yang menyebabkan hal itu. Peserta harus memiliki motivasi yang kuat untuk dapat berpikir positif sehingga dapat belajar. Pentingnya untuk orang tua dan pendidik untuk menujukkan perhatian dan mengawal peserta didik. Dengan adanya kedisiplinan dalam menjalankan rutinitas seperti sekolah biasanya, seperti mandi pagi dan sarapan, dapat menciptakan kebiasaan untuk tetap bisa merasa belajar seperti biasa.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.