Ada beberapa kelebihan dan manfaat dengan diterapkannya kegiatan belajar-mengajar secara daring atau online, seperti membuat waktu dan tempat menjadi lebih efektif, siswa tidak hanya bergantung kepada guru, mendorong semua pihak yang terlibat untuk dapat menguasai teknologi informasi, dan juga secara tidak langsung menumbuhkan kesadaran pada siswa.

Agar pembelajaran daring menjadi menyenangkan bagi seluruh pihak, perlu adanya niat yang cukup kuat mengingat kondisi baru ini membutuhkan perangkat dan keterampilan baru, suasana tempat belajar yang nyaman dan kondusif, waktu belajar efektif, dan pastinya koneksi internet yang lancar.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Saatnya Peserta Didik dan Guru Terampil Belajar Daring (Online)”. Webinar yang digelar pada Senin (16/8/2021) pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Rizki Ayu Febriana (Kaizen Room), Vitri Tundjungsari (Mekar Pribadi, Praktisi Pendidikan & Dosen), Haswan Boris Muda Harahap, S.I.P., M.Si. (Dosen Vokasi Institut STIAMI Jakarta), Samuel Berrit Olam (Founder & CEO PT Malline Teknologi Internasional), dan Sherrin Tharia (Musisi) selaku narasumber.

Etika daring

Dalam pemaparannya, Vitri Tundjungsari menyampaikan, “Etika dalam lingkungan daring menurut Gearhart (2001) menyimpulkan bahwa dalam interaksi tatap muka, perilaku tidak pantas dan tidak etis dapat langsung terbaca. Namun, dalam lingkungan daring, perilaku tidak langsung terasa secara personal, karena perubahan perilaku tidak dapat langsung terlihat dan terdengar.”

Terkait etika, Vitri menambahkan, pengajar harus mempunyai prinsip seperti komitmen terhadap siswa, komitmen terhadap pembelajaran jarak jauh, komitmen terhadap profesi dan pendidik profesional, serta komitmen terhadap etika yang dirancang dan diterapkan dalam sistem pembelajaran jarak jauh.

“Peserta didik pun harus mengikuti beberapa etika seperti memiliki sikap jujur, menghargai perasaan orang lain, menghargai karya orang lain, dan menghargai privasi,” ujarnya.

Sherrin Tharia selaku narasumber Key Opinion Leader menyampaikan, dengan adanya pembelajaran online, selama ini ia mengalami dampak yang cukup baik, seperti anak jadi dapat beradaptasi dengan sesuatu yang tidak bisa mereka hindari. Ia juga merasa bersyukur karena menurutnya jadi lebih mampu mengatur waktu secara lebih baik lagi walau di rumah saja. Ia juga ingatkan kepada kita bahwa sebagai orang tua kita harus terus menyemangati anak yang saat ini tidak bisa bertemu teman sekolahnya di dunia nyata, sekaligus mengajarkan mereka untuk mengasihi diri sendiri.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Anggita Tjahya Intani menyampaikan pertanyaan “Bagaimana cara menghadapi orang yang suka menyebarkan privasi kita di media sosial tanpa izin dari kita dan dia bersikeras kalau itu hal yang lumrah?”

Pertanyaan tersebut dijawab dengan lugas oleh Vitri Tundjungsari. “Pertama tentukan dulu bentuk privasi apa yang disebarkan, tetapi memang biasanya berupa data diri yang sensitif. Tentu perbuatan seperti itu harus diberi pemahaman; mungkin temannya bisa diajak ikut webinar ini jadi ia bisa ikut teredukasi. Kemudian dari pihak sekolah juga bisa berperan, misalnya dengan para guru menekankan bahwa dalam berinteraksi secara online itu ada etikanya.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.