KBGO (kekerasan berbasis gender online) merupakan tindak kekerasan dengan niat untuk melecehkan korban berdasarkan gender atau seksual yang terjadi secara online atau difasilitasi teknologi. Kasus KBGO selama pandemi ini mengalami kenaikan karena terjadi seiring dengan perkembangan teknologi. Bahkan, kini pelecehan seksual lebih banyak terjadi di ranah daring daripada luring.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Stop di Kamu! Lawan Pelecehan Seksual di Media Digital”. Webinar yang digelar pada Senin, 15 November 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Diana Balienda (Founder DND Culinery), Moh Syukron Aby (Alumni Lemhannas RI dan Trainer Capacity Building), Bevaola Kusumasari (Pengajar Fisipol UGM dan IAPA), Djaka Dwiandi Purwaningtijasa (Digital Designer dan Photographer), dan Suci Patia (Author) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Moh Syukron Aby menyampaikan bahwa kondisi masyarakat kita saat ini sudah banyak berubah. Masyarakat kini bukan lagi sekedar masyarakat informasi, tetapi juga masyarakat yang berbasis jejaring. Pelecehan seksual merupakan perilaku yang dianggap melanggar norma kesusilaan dan kesopanan.
Penyebab terjadinya pelecehan seksual adalah korban mudah ditaklukkan, pelaku memiliki hasrat seks yang tidak bisa disalurkan dengan pasangannya, mempunyai riwayat kekerasan seksual saat masih kecil, pernah menyaksikan kekerasan seksual terhadap anggota keluarga lain saat masih kecil, memiliki otoritas atas korban, ataupun berada dalam keluarga atau lingkungan dengan ideologi patriarki yang kuat.
Oleh karena itu, kita harus ketahui cara mencegah terjadinya pelecehan seksual di dunia maya. Untuk para pengguna media digital harus pandai dan bijak menggunakan media sosial, menghindari hal pribadi dilakukan di media sosial, tidak menyimpan foto atau video pribadi di gadget, serta tidak terbujuk untuk membuat konten pornografi.
“Hindari pula mengakses platform media sosial yang mempertemukan orang asing, lakukanlah sosialisasi pendidikan seksual sejak dini, dan jangan pernah mengumbar kehidupan pribadi atau cerita masalah di media sosial,” jelasnya.
Suci Patia selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa konten semakin beragam yang tersebar di media sosial, maka masyarakat harus mempunyai kemampuan memilah dan memilih informasi dan konten apa yang mau kita konsumsi. Saring dulu sebelum sharing. Ia sampaikan kepada kita agar jangan sampai menjadi manusia yang mempunyai mindset dengan bersembunyi di balik akun anonim.
Sekarang dunia internet ini sudah luas sekali dan kita tidak mungkin mampu mengontrol konten-konten yang ada di luaran sana. Yang bisa kita kontrol hanya diri kita sendiri. Kita mampu mengatasinya dengan skill dan kemampuan untuk berpikir kritis dan mengetahui konsekuensi ketika kita mengomentari dan mengakses informasi tertentu. Banyaklah berdiskusi dan melatih baca jadi memiliki wawasan yang banyak dan perspektif yang lebih luas.
Salah satu peserta bernama Putri Ramadani menyampaikan, “Mengapa banyak korban yang mengekspresikan pengalamannya (misal pernah mendapatkan pelecehan seksual) melalui media sosial dibandingkan ranah hukum? Apakah hal tersebut menjadi bukti bahwa payung hukum Indonesia lemah? Bagaimanakah solusi yang tepat?”
Pertanyaan tersebut dijawab Diana Balienda. Bukan sebagai bukti bahwa hukum kita masih lemah, tapi bisa saja orang tersebut curhat di sosial media dan berefek besar, jadi dia tidak tahu melaporkan lewat jalur hukum.
“Kalau kenal dengan orang yang melakukan hal tersebut, maka bisa diberitahu dengan baik-baik, mengingat saat ini banyak kejadian yang curhat di media sosial dan itu sebenarnya tidak dianjurkan. Jika ada masalah, bisa langsung dilaporkan ke pihak berwajib,” jawabnya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]