Kecakapan digital selain memahami cara dan fungsi penggunaan perangkat digital dan platform di ruang digital adalah juga mengenai bagaimana dapat menjadikan diri kita pengguna media digital yang produktif dan kreatif dengan memanfaatkan ruang digital seoptimal mungkin. Di kondisi pandemi seharusnya kita menghabiskan waktu untuk mencari peluang untuk mengembangkan diri atas hal-hal produktif.
Tren digital saat ini secara tidak sadar karena pandemi membuat semua kegiatan menjadi digital, seperti pengajian online, semakin populernya teknologi VR/AR, dan akan semakin tumbuh pesatnya TikTok atas konten-konten visual yang mengandung berbagai macam hal. Terkait itu, agar kita terus dapat adaptasi dan produktif dalam penggunaan media digital, penting untuk memiliki kompetensi dalam mengetahui tren-tren yang dibutuhkan masyarakat.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Hidup Produktif di Era Digital”. Webinar yang digelar pada Kamis (4/11/2021), pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Diana Balienda (Founder DND Culinary), Divdeni Syafri (Founder PT Let’s SMART Consulting & Professional Speaker), Akhmad Nasir, S.Sos. (Direktur DOT Studio), Murniandhany Ayusari (Content Writer Jaring Pasar Nusantara), dan Michelle Wanda (Aktris) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Divdeni Syafri menyampaikan, “Etika digital dibutuhkan karena pengguna media digital berasal dari berbagai latar belakang yang beragam; adanya orang yang bertindak tidak etis, dan adanya anonimitas di internet sehingga tidak mengharuskan menyatakan identitas asli dalam berinteraksi. Etika yang diperlukan adalah yang mengacu pada kesopanan, bernilai positif, dan membawa manfaat.”
“Ingatlah keberadaan orang lain, berpikir dulu sebelum komentar, hormati privasi orang lain, bagilah ilmu dan keahlian, selalu taat pada standar peraturan yang ada di medsos, dan lakukan seperlunya. Untuk menjadi produktif di era digital dapat dimulai untuk mencari tahu apa yang dibutuhkan masyarakat, sehingga bisa membangun bisnis melalui situs atau media sosial, dan menciptakan strategi pemasaran yang menarik berdasarkan minat masyarakat.”
Michelle Wanda selaku narasumber Key Opinion Leader menyampaikan, kini tidak sedikit anak yang menginginkan untuk menjadi content creator di masa depannya. Ruang digital harus menjadi peluang untuk mengasah keahlian karena tersedianya banyak contoh di berbagai platform digital, seperti Youtube. Ia pun bercerita bahwa ia sendiri belajar untuk merajut dan membuat sweater untuk dirinya sendiri. Untuk menjadi content creator kini bukan lagi terbatas usia saja; untuk memulai tidak perlu terlalu terpaku untuk menjadi terkenal dan viral, namun dapat dimulai dengan berdasarkan minat dan keahlian diri sendiri.
Dengan tidak memaksakan tujuan tersebut, maka kita akan membagikan hal-hal yang kita suka secara senang. Kita dapat menunjukan hal-hal menarik dan baru yang belum diketahui banyak orang. Dunia digital saat ini membuka peluang banyak orang untuk mendapatkan pendapatan lebih, tentunya dengan berdasarkan literasi digital. Jangan pernah malu dan malas untuk belajar untuk memanfaatkan peluang yang ada di ruang digital, karena hanya mereka yang mau beradaptasi untuk bisa bertahan, terutama ketika digitalisasi sudah terjadi di hampir semua sektor.
Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Imam Mustaqim menyampaikan pertanyaan, “Adakah hal yang membuat kita menjadi smart netizen dan beretika dalam bermedia sosial? Hal yang saya tahu adalah banyak di kalangan remaja justru menjadi malas dan enggan produktif di dunia nyata dan lebih sering ikut ikutan membuat konten kurang beretika dan yang penting viral. Adakah trik dan tips mengatasi hal tersebut?”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Divdeni Syafri, “Memang salah satu hal yang perlu kita tingkatkan lagi adalah untuk selalu berhati-hati untuk berkomentar terhadap hal-hal yang tidak dimengerti, terutama terhadap hal-hal yang menyangkut SARA atau hoaks. Ingat bahwa di Indonesia terdapat UU ITE juga. Selain itu, ingat juga bahwa Anda apalah yang apa Anda lakukan, ciptakan, dan ujarkan di ruang digital; jangan sampai orang memiliki pandangan yang negatif terhadap diri kita hanya karena salah satu hal yang kita lakukan di dunia maya.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.