Ada beberapa masalah yang muncul di era digital ini. Salah satunya mengenai digital ethics. Hal ini meliputi kekayaan intelektual, privasi, keamanan, diskriminasi gender, kesenjangan digital, kejahatan komputer, kecanduan internet, keandalan perangkat lunak, kelebihan informasi, dan pengawasan.
Agar mampu mengatasi masalah terkait digital ethics sangat tergantung pada kapasitas kita sebagai pengguna media digital. Secara umum, kita perlu mengetahui cara mengatasi hal-hal negatif secara preventif, khususnya dengan peningkatan literasi digital pribadi yang baik, dan didukung dengan adanya regulasi yang melindungi warga negara.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Literasi Digital: Bangun Masyarakat Digital Berbudaya Indonesia”. Webinar yang digelar pada Senin, 13 September 2021, ini diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Zahid Asmara (art enthusiast), Dr Rachmawati MM CPS (Trainer Making Indonesia 4.0 Lemhanas RI), Dr Rusdiyanta SIP SE MSi (Dekan FISIP Universitas Budi Luhur), Zulfan Arif (penerjemah dan content writer), dan Maria Harfanti (Miss Indonesia 2015, presenter, dan aktivis) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Rusdiyanta menyampaikan bahwa saat ini sedang terjadi perubahan dari old media menjadi new media. Hal ini ditandai dengan penyebaran informasi yang beralih dari sistem konvensional menjadi model paertisipatoris. Artinya, kini lebih sering terjadi komunikasi dua arah sehingga peran masyarakat tidak hanya sebagai konsumen yang pasif, tapi sebagai aktor yang aktif dalam membentuk, menyebarkan, bahkan mentransformasi berbagai informasi.
Masyarakat digital merupakan komunitas online yang berbagi pengalaman, pemikiran, ide, dan solusi antara satu sama lain. Perlu diketahui bahwa masyarakat punya hak untuk melakukan akses, hak menyampaikan, hak mengakses informasi yang benar, menyampaikan ekspresi, dan hak merasa aman di ruang digital.
“Agar dapat memanfaatkan ruang digital dengan baik, sebaiknya kita join ke grup komunitas dengan tentukan komunitasnya terlebih dulu, tetapkan kebijakan untuk grup, pilih pimpinan grup, dan jadilah proaktif dalam grup tersebut untuk berbuat kebaikan demi bersama di ranah online,” katanya.
Maria Harfanti selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa kita harus benar-benar memahami literasi digital, mampu menganalisa informasi dengan baik, dan jangan share konten-konten yang mengandung SARA. Beberapa program meningkatkan literasi digital termasuk pelatihan agar melek digital, memberikan perangkat teknologi untuk mendukung aktivitas, dan memberi edukasi tentang internet.
Bahkan, akses internetnya saja cukup sulit, misal harus mengisi modem dan paket internet. Jadi, harus memberikan effort besar di daerah-daerah terpencil. Ia sampaikan juga bahwa ketika ingin share sesuatu, harus dilihat dulu apakah kontennya layak atau tidak, apakah kontennya bermanfaat, datanya sudah valid atau belum.
“Kita harus menjaga data pribadi kita di media sosial, karena banyak berdampak pada mental health dan interaksi sosial kita. Jangan sampai media sosial yang mengontrol diri kita dan sehingga menjadikan pikiran kita diisi dengan hal-hal yang negatif,” ujarnya.
Salah satu peserta bernama Tiara Suci Oktaviani menyampaikan, seperti yang kita tahu, minat baca pelajar di masa pandemi ini mengalami penurunan. Banyak pelajar yang lebih memilih bermain media sosial ketimbang membaca buku. Mereka cenderung lebih lebih nurut ketika dipaksa membaca oleh gurunya walau tidak semua seperti itu.
“Lalu, apa metode yang cocok untuk menarik minat pelajar di masa pandemi ini agar mempunyai rasa ketertarikan untuk membaca buku?” tanyanya.
Pertanyaan tersebut dijawab Zahid Asmara. Banyak situs web yang tidak ditujukan untuk mencari referensi, tetapi bisa juga mendapat pengetahuan dari media-media lain seperti podcast. Untuk bisa mempelajari lebih dalam maka harus membaca. Menumbuhkan minat baca dapat dilakukan dengan diajak membaca oleh orangtua dan juga bisa membuat kompetisi dalam hal membaca.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]