Saat ini, sedang marak terjadinya penyebaran hoaks tentang topik-topik yang hangat dibicarakan, misal mengenai Covid-19 dan juga tahap pendaftaran CPNS. Penyebarannya sering melalui media sosial seperti Facebook atau aplikasi percakapan seperti WhatsApp yang mudah digunakan untuk menyebarkan informasi.

Selain itu, isu agama menjadi salah satu hoaks terpopuler di negeri ini. Prevalensi masyarakat dengan percaya hoaks juga masih cukup tinggi. Salah satu alasan utamanya adalah karena kurangnya literasi. Juga, bahwa informasi yang disebar termasuk cukup mencenangkan sehingga semakin besar peluang masyarakat untuk bereaksi dan terus menyebarkannya karena merasa banyak pihak yang percaya.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Cek Dulu, Awas Hoax”. Webinar yang digelar pada Rabu (21/7/2021) diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Aina Masrurin (Media Planner ceritasantri.id), Supranoto (Dosen FISIP Universitas Jember & Pengurus DPP IAPA), Dr. Lintang Ratri Rahmiaji S.Sos., M.Si. (Dosen FISIP Universitas Diponegoro & Japelidi), Razi Sabardi (Pengamat Kebijakan Publik Digital), dan Karina Basrewan (Puteri Indonesia DKI Jakarta 2018) selaku narasumber.

Tangkal konten negatif

Dalam pemaparannya, Supranoto menyampaikan, “Kita dapat ikut mengecek fakta atas informasi yang diterima dengan menggunakan search engine dan Internet. Pemerintah sendiri atas Kominfo menggunakan AIS, mesin pengais konten negatif di internet, dari Desember 2018, namun garda terdepan dari penangkalan konten negatif di dunia digital adalah pada diri kita sendiri.”

Pemerintah dan masyarakat, menurut Supranoto, bisa bekerja sama dalam menanggulangi penyebaran konten negatif dengan cara meningkatkan kompetensi literasi digital. Menurut hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), masyarakat yang fanatik terhadap sesuatu lebih mudah terkena hoaks.

“Hal yang bisa kita lakukan untuk menangkis tersebarnya hoaks, seperti melakukan analisis dan membiasakan membedakan antara informasi yang benar dan salah. Lalu, verifikasi dengan biasakan hanya mengakses informasi dari sumber terpercaya, berkolaborasi dalam ikut serta mencegah, menasehati, dan berbagi informasi yang bermanfaat, dan akhirnya stop share untuk tidak menyebarkan informasi sebelum cek kebenarannya,” paparnya.

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan, salah satunya Darsih.  “Kasus yang masih hangat adalah berita tentang oknum Satpol PP yang kelepasan saat bertugas dan videonya tersebar luas di media sosial. CCTV jelas menampakkan bahwa oknumlah yang memulai baku hantam, namun muncul berita di TV yang menyudutkan seakan pemilik warung yang salah. Bagaimana bisa ya TV menayangkan berita hoaks? Bukannya untuk bisa menayangkan suatu tontonan di TV itu justru harus melewati berbagai tahapan, tidak sebebas di media sosial? Meskipun kasus ini sudah clear, tapi bahaya hoaks terbukti bisa melalui media apa saja,” ujarnya.

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Aina Masrurin. “Setiap media swasta bertujuan untuk mendapatkan keuntungan rating dan ekonomi, sehingga bukan tidak mungkin hoaks digunakan sebagai gimmick untuk meraih perhatian penonton dan mendapatkan keuntungan tersebut. Jika memang menemukan hoaks dari tayangan tersebut, kita dapat melapor pada pihak yang berwenang di platform media tersebut, atau speak up di media sosial untuk mendapatkan perhatian orang banyak secara lebih praktis.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.