Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Cerdas Berkomunikasi dengan Media Digital”. Webinar yang digelar pada Rabu, 1 Desember 2021 di Kabupaten Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Ari Ujianto (Penggiat Advokasi Sosial), Dwi Retno Hapsari (Dosen Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) FEMA IPB University), Djuara P Lubis (Dosen Komunikasi Pembangunan, IPB), dan Asri Sulistiawati (Dosen Komunikasi IPB).
Ari Ujianto membuka webinar dengan mengatakan, cerdas di dunia digital, antara lain selalu menggunakan akal budinya dalam merambah dunia digital.Lalu mahir dalam alat/peranti digital, memahami mana yang baik dan yang tidak baik, bermanfaat dan tidak bermanfaat. Memahami dan menghormati perbedaan kebudayaan, memahami mana yang melanggar hukum dan mana yang tidak di ranah digital.
“Enam yang pantang dilakukan di media sosial, yakni memulai konflik, curhat masalah pribadi, bersikap terlalu ekstrim, mengejek dan sebut nama, berbagi foto pesta gila, menjelekkan tanpa sebut nama,” katanya.
Oversharing, diartikan sebagai perilaku terlalu banyak memberikan informasi detail tentang kehidupan pribadi diri sendiri atau orang lain. Bahaya oversharing yakni konten dapat dimanfaatkan oleh orang jahat untuk mengetahui perilaku kita.
Konten yang kita unggah dapat digunakan sebagai alasan melakukan penipuan terhadap orang lain. Jika tidak waspada, data tersebut bisa disalahgunakan untuk hal-hal seperti peretasan, hingga penipuan berbasis online.
Dwi Retno menambahkan, digital ethic merupakan kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari.
“Sementara literasi media dan informasi, yaitu seperangkat keterampilan, kemampuan menganalisis pesan media, kritis terhadap data dan informasi. Selalu ingat bahwa apapun yang kita unggah di medsos akan menjadi rekam jejak digital,” jelasnya.
Djuara P Lubis turut menjelaskan, budaya digital merupakan hasil inovasi teknologi tiada henti yang sangat memengaruhi hubungan manusia dan teknologi. Kebudayaan dan teknologi saling berkaitan, perubahan di satu elemen akan mempengaruhi elemen lain.
“Yang termasuk budaya digital adalah memperkenalkan keindahan dan tradisi, literasi ekonomi digital, etika digital, pengendalian diri dalam menggunakan gadget, dan membangun toleransi serta kecintaan akan keanekaragaman,” tuturnya.
Sebagai pembicara terakhir, Asri Sulistiawati mengatakan, pentingnya untuk menjaga keamanan digital. “Pentingnya menjaga keamanan pribadi yakni untuk melindungi diri dari kejahatan seksual, mencegah pencurian data diri, menghindari penyalahgunaan data pribadi, melindungi diri dari ancaman masa depan, mencegah terjadinya skimming serta phising, dan pahami bahwa tidak semua aktivitas harus dibagikan di media sosial,” ucapnya.
Dalam sesi KOL, Nida Nafila Syasita mengatakan, mengenai dampak positif dan negatif dari adanya akses internet, singkatnya dampak positifnya sudah mudah dirasakan, dengan adanya kemudahan internet bisa gampang untuk keep in touch bersama dengan keluarga.
“Selain itu dampak negatifnya, yaitu adanya anonymouse, aku pernah merasakan dampak negatifnya yaitu aku mendapatkan hate speech di channel Youtube aku, ketika aku mendapatkan hate comment maka aku akan menjadikan motivasi dan kritik buat aku agar terus membangun diri kita menjadi lebih baik lagi,” jelasnya.
Salah satu peserta bernama Keyra Azzahra menanyakan, bagaimana cara agar dapat konsisten mengasah skill untuk mengimbangi percepatan perkembangan dunia digital agar tidak tertinggal?
“Bahwa kita harus mengetahui pengaman digital, hardware, software, serta teknologinya. Banyak teman dosen yang takut kepada mahasiswa baru yang mudah menggunakan teknologi karena banyak sumber dari ruang digital tersebut, serta banyak hal konten-konten menarik juga, media sosial dan media percakapan tidak hanya soal aplikasinya tetapi kita juga harus mengetahui sistem-sistemnya fiturnya, dan penggunaannya,” jawab Ari.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]