Semarang (19/8/2021). Pandemi Covid-19 telah memengaruhi berbagai sektor, termasuk di dunia pendidikan. Inovasi, kreasi, serta penerapan teknologi merupakan kunci sukses pembelajaran di tengah pandemi agar mampu menciptakan generasi unggul dan memiliki jiwa Pancasila.
Hal tersebut menjadi perbincangan hangat pada diskusi daring bertajuk “Merdeka Belajar pada Masa Pandemi” di Semarang, Jawa Tengah, Senin (16/8/2021).
Ketua Komisi E DPRD Jateng Abdul Hamid mengingatkan, di tengah pandemi Covid-19 ini, semua pihak tanpa kecuali bidang pendidikan, harus terus berinovasi serta memanfaatkan teknologi yang ada. “Kita harus selalu berkreasi dan berinovasi menemukan formula yang tepat dalam pembelajaran, tanpa mengurangi substansi.”
Abdul Hamid berharap, program kebijakan Merdeka Belajar dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat diterapkan secara masif di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Jawa Tengah. Pendidikan juga harus siap dengan digitalisasi. Tak hanya anak didik, para tenaga didik juga harus dapat terus berkreasi dan berinovasi sehingga mampu mencetak generasi-generasi muda yang siap membangun negeri.
Terkait perkembangan dunia pendidikan di Jawa Tengah, Abdul Hamid tak menampik, sarana dan prasarana yang ada masih menjadi kendala, terutama dalam meningkatkan fasilitas-fasilitas pendukung seperti laboratorium dan sarana teknologi informasi. “Updating mengenai sarana dan prasarana ini wajib kita lakukan sehingga jangan sampai ada komputernya tetapi sinyalnya lemah. Selain menyempurnakan sarana dan prasarana, keterampilan tenaga pendidik tentu kita tingkatkan. Sekarang, sudah zamannya TI dan ini sudah menjadi standar bagi para guru. Guru harus melek teknologi,” tegasnya.
Menyoroti sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang diterapkan pada masa pandemi ini, Abdul Hamid meyakini, hal ini merupakan langkah tepat dalam upaya menekan penyebaran Covid-19. Namun ia menyadari, hasil pembelajaran dengan konsep PJJ tentu tidak dapat disamakan dengan pola pembelajaran normal sebelum pandemi ini terjadi.
Pihaknya juga akan terus meyakinkan masyarakat bahwa pendidikan merupakan sektor esensial sehingga butuh perhatian serius agar keberhasilan dalam belajar mengajar dapat dicapai secara maksimal. Digitalisasi sebagai salah satu implementasi dari program Merdeka Belajar juga menjadi tantangan tersendiri bagi anak didik. Perangkat komputer, ponsel, kuota internet, serta ketersediaan jaringan internet merupakan pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.
“Hal-hal tersebut merupakan problematika yang ada saat ini. Kami secara arif akan memilah-milah persoalan tersebut untuk kemudian mencari solusi yang tepat, khususnya di Jawa Tengah. Saya berharap kualitas pendidikan terus meningkat, baik dari sisi keterampilan maupun karakter. Semoga 5–10 tahun ke depan kita bisa go international dari skill pendidikan, baik guru berprestasi dan siswa berprestasi,” harap Abdul Hamid.
Tantangan
Kabid Pendidikan Menengah Atas Disdikbud Jateng Samsudin Isnaeni yang hadir secara daring juga memaparkan, pendidikan pada masa pandemi ini memiliki tantangan yang tidak mudah, tetapi harus dihadapi dengan bijaksana sehingga layanan pendidikan dapat tetap berjalan dengan baik.
“Ini menjadi hal krusial dan penting yang harus kita kawal karena jangan sampai anak-anak peserta didik, khususnya di Jawa Tengah, itu loss learning, yang kemudian menuju loss character. Ini yang kami khawatirkan. Untuk itu, sampai saat ini kami terus berjuang bersama teman-teman untuk tetap menjaga agar layanan pendidikan ini terus berjalan. Memaksimalkan PJJ merupakan satu-satunya cara untuk tetap bertahan dan memberikan layanan pendidikan,” ujar Samsudin.
Selain memanfaatkan platform digital yang banyak digunakan, pihaknya telah mengembangkan platform pendidikan secara mandiri sebagai upaya melaksanakan kebijakan Merdeka Belajar dengan tetap tidak membebani peserta didik.
Dijelaskan pula bahwa kebijakan Merdeka Belajar yang digagas oleh pemerintah pusat dilakukan sebagai upaya transformasi pendidikan guna mewujudkan sumber daya manusia unggul yang berjiwa Pancasila. “Profil Pancasila itu memang dipersiapkan untuk anak-anak agar siap dengan perkembangan global, tetapi tidak lupa dengan ideologinya. Perilaku Pancasila di antaranya dia harus beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berkebinekaan, berwawasan global, gotong royong, mandiri, dan sebagainya,” papar Samsudin.
Merdeka Belajar juga diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan membahagiakan. Dengan psikologis yang bahagia dan tidak ada tekanan, peserta didik dapat semakin berinovasi dan kreatif. Siswa juga memiliki kemerdekaan dalam berpikir dan berprestasi sehingga dapat mendalami bakat dan minatnya. Tentu, ini juga menjadi tugas yang tidak mudah bagi para pendidik, khususnya dalam hal pendampingan.
Terus belajar
Sementara itu, Kepala SMAN 4 Semarang Wiji Eni Ngudi Rahayu yang juga hadir secara daring menjelaskan bahwa perangkat teknologi, kuota, dan jaringan internet masih menjadi kendala. Namun di sisi lain, pandemi ini juga telah mendorong para tenaga pendidik untuk terus belajar mengiringi pertumbuhan teknologi.
“Komunikasi menjadi hal penting bagi kami, siswa, dan orangtua. Ada semacam kolaborasi antara guru, siswa, dan orangtua, meskipun dilakukan secara daring. Ini juga menjadi bukti nyata penggunaan teknologi. Kami juga tetap mengajarkan pendidikan karakter, yang merupakan hal pokok bagi sekolah dan siswa karena diharapkan lulusan kami menjadi lulusan bermutu dan memiliki daya saing global,” kata Wiji.
Dalam melaksanakan kebijakan Merdeka Belajar, lanjut Wiji, pihaknya memberikan kebebasan kepada guru dan siswa dalam menjalankan pembelajaran tersebut, termasuk dalam menggunakan platform dan sumber yang digali sehingga dapat terbentuk peserta didik yang kritis, kolaboratif, dan terampil.
Kepala SMAN 5 Semarang Wiharto juga mengamini pentingnya penggunaan teknologi informasi di dalam dunia pendidikan. Bersama murid-murid berbakat, pihaknya mendirikan studio mini sebagai sarana pembelajaran yang dapat dijadikan tempat untuk mengasah minat dan kemampuan siswa.
“Guru-guru harus menyadari betapa pentingnya meningkatkan kreativitas serta kemampuan dalam menerapkan pembelajaran secara daring. Tantangan lainnya, kami juga tidak boleh bosan dengan anak didik yang memiliki karakter berbeda satu sama lain. Semua harus kita bimbing menjadi anak-anak yang terbuka. Untuk itu harus ada komunikasi antara guru, siswa, dan orangtua,” tegas Wiharto. [ADV]