Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kominfo menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Literasi Digital: Menjaga Kualitas Belajar dari Rumah”. Webinar yang digelar pada Kamis, 12 Agustus 2021 di Kabupaten Pandeglang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Nico Purwanto (Regional Field Account Manager Ruangguru), Ridwan Muzir (Peneliti dan Pengasuh Tarbiyahislamiyah.id), Feby Indirani (penulis dan aktivis literasi/MA Digital Media), dan M Ihsan FA SHum (Guru MA Nur Iman Sleman).

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Nico Purwanto membuka webinar dengan mengatakan, lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak.

“Karena dari keluargalah seorang anak pertama kali mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Pengalaman yang diperoleh anak melalui pendidikan dalam keluarga akan memengaruhi perkembangan anak dalam proses pendidikan selanjutnya,” jelasnya.

Oleh karena itu, orangtua merupakan pendidik yang utama dalam pembentukan kepribadian dan transfer ilmu pengetahuan. Tips menjaga kualitas belajar dari rumah adalah koordinasi orangtua dengan guru, buat jadwal belajar, buat tempat belajar paling nyaman, batasi penggunaan gadget dan TV.

“Selain itu, bisa juga membuat catatan, belajar sambil mendengarkan lagu favorit, siapkan cemilan, luangkan waktu untuk refreshing atau melakukan hobi. Kunci utama dari menjaga kualitas belajar dari rumah adalah mengembalikan khittah keluarga seluruh elemen keluarga menjadi syarat mutlak keberhasilan prosesnya,” paparnya.

Ridwan Muzir menambahkan, belajar adalah proses bertahap yang dilalui anak, dari tidak tahu menjadi tahu. Belajar bukan sekedar menjawab soal dan dapat nilai. Belajar bukan sekedar tahu apa, tapi yang paling penting bagaimana dan mengapa.

“Prinsip mendampingi anak belajar di era pandemi, yakni kesabaran dan keikhlasan untuk membagi waktu, tenaga, dan pikiran untuk mendidik anak. Kesabaran dan keikhlasan akan melahirkan suasana tenang dan menyenangkan,” jelasnya.

Menurut Ridwan, situasi pandemi adalah kesempatan orangtua mengetahui apakah dia kenal anaknya atau tidak, terutama dalam hal pendidikan. Mendampingi belajar bukan berarti menjadi asisten pribadi anak ketika belajar.

“Tips praktis dalam mendampingi anak belajar, yakni bangun suasana harmonis dan dialogis, kenali cara belajar anak, cari tahu cara mengajar yang sesuai, pelajari teknologi lewat Google, bangun rasa ingin tahu dan rasa penasaran anak, musyawarahkan jadwal dengan anak serta sanksi pelanggarannya,” ungkapnya.

Feby Indirani turut menjelaskan, efektivitas pembelajaran daring dipengaruhi sejumlah faktor, seperti sambungan internet yang stabil, kuota internet, gawai yang digunakan, level usia siswa, dan kesiapan pengajar.

Umumnya pada anak-anak yang lebih muda, relatif lebih mudah terganggu konsentrasinya, karena masih butuh lingkungan yang lebih terstruktur. Situasi pembelajaran daring menuntut perubahan perilaku dari sisi pengajar juga dari sisi siswa.

Pengajar harus lebih fleksibel, memperbanyak tugas diskusi, meminta siswa menerangkan kembali materi, lebih banyak menggunakan metode dan media bercerita dalam menyampaikan internet, dan membagi siswa ke dalam kelompok belajar.

“Saran untuk siswa, sebaiknya bersikap proaktif, melatih manajemen waktu, membantu teman, dan minta dukungan orangtua, guru, dan teman. Mari menyiapkan diri kita menghadapi masa depan, ketika banyak pekerjaan manusia digantikan oleh kecerdasan artifisial/komputer,” ujarnya.

Sebagai pembicara terakhir, M Ihsan mengatakan, penyedia platform digital hanya bisa menyediakan fasilitas untuk membantu mengamankan data, tetapi kontrol utama tetap ada pada masing-masing pengguna.

“Dalam belajar daring, juga diperlukan keamanan digital, yakni pengamanan perangkat digital, pengamanan identitas digital, mewaspadai penipuan digital, memahami rekam jejak digital, dan memahami keamanan digital bagi anak,” pesannya.

Adapun tips perlindungan data pribadi, yakni gunakan password yang kuat, pahami dan pastikan pengaturan privasi, hati-hati mengunggah data pribadi, hindari untuk membagikan data pribadi, hindari berbagi data pribadi orang lain, hindari memasukan data pribadi, pahami dan pilih aplikasi yang dipasang.

Dalam sesi KOL, Shella Siregar mengatakan, selama pandemi ia mendapatkan ilmu baru dari sosial media. “Dalam kondisi seperti ini banyak sekali benefitnya, seperti mengikuti webinar literasi digital ini banyak banget ilmu dan skill yang didapat. Kita harus tetap produktif dan mencari berbagai kegiatan positif lainnya.”

Salah satu peserta bernama Nanang menanyakan, “Apa saja yang harus diperhatikan generasi milenial agar bisa berkembang tanpa menggerus nilai-nilai budaya dan agama?”

“Peran orangtua sangat penting dan harus terus menemani, mengedukasi anak akan dampak negatif sosial media dalam nilai budaya dan agama. Seperti pornografi; dan dalam mengedukasi anak pun jangan terlalu keras, karena dapat membuat anak tidak terbuka kepada orangtua,” jawab Feby.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Pandeglang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]