Kisah kehidupan seseorang, baik suka maupun duka dapat menjadi inspirasi dan sumber motivasi bagi orang lain. Apalagi jika yang menceritakan adalah tokoh panutan atau kebanggaan. Hal itulah yang dilakukan pasangan juara dunia ganda campuran 2017 asal PB Djarum Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Tontowi dan Lilyana hadir membagikan kisah hidupnya di hadapan 139 atlet finalis Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis, atlet muda PB Djarum, serta legenda bulutangkis Indonesia. Buka-bukaan perjalanan karier ini berlangsung di halaman depan GOR PB Djarum di Kudus, Kamis (7/9).
“Saya sempat frustrasi dan berniat untuk meninggalkan bulu tangkis, bersamaan itu datanglah tawaran untuk bergabung dengan PB Djarum, langsung saya terima,“ papar Tontowi Ahmad.
Rahasia sukses pasangan ini pun dibuka oleh Liliyana Natsir sekaligus memberikan motivasi dan pesan kepada para calon atlet PB Djarum. “Rahasia untuk menjadi juara itu, harus tekun berlatih, kuat mental, dan tak kenal lelah,” pesan Butet, sapaan akrab Liliyana Natsir.
Bonus
Selain memberikan semangat dan motivasi kepada calon atlet PB Djarum, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir juga menerima bonus senilai total Rp 1 Miliar atas prestasinya sebagai juara dunia.
“Pemberian bonus ini adalah komitmen kami kepada atlet. Oleh karena itu, pesan saya kepada 139 atlet U-11 dan U-13 teruslah semangat. Kalian sudah sampai pada tahap Final ini dengan menyisihkan 4.058 atlet peserta audisi yang telah berlangsung di 8 kota,” papar Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin.
Perjalanan Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis yang berlangsung di 8 kota ini melibatkan tim pencari bakat yang juga merupakan legenda bulutangkis Indonesia. Christian Hadinata, Ade Chandra, Liem Swie King, Ivana Lie, Haryanto Arbi, Denny Kantono, Sigit Budiarto, Lius Pongoh, Yuni Kartika, dan Maria Kristin adalah beberapa legenda yang terlibat. Setelah final yang akan berakhir 10 September, tahapan audisi umum akan dilanjutkan dengan babak karantina yang berlangsung hingga 16 September 2017. [*]
Foto-foto dokumen Djarum Foundation
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 9 September 2017