Pada April 2018, bersamaan dengan pembukaan Indonesia Industrial Summit 2018 di Jakarta Convention Centre, Presiden Joko Widodo meresmikan peta jalan (road map) mengenai strategi Indonesia memasuki Revolusi Industri 4.0. Diberi nama Making Indonesia 4.0, strategi ini dipercaya bisa membawa dampak positif, khususnya bagi dunia bisnis dan industri yang butuh konektivitas serta interaksi teknologi informasi yang terintegrasi untuk mencapai efisiensi dan keunggulan.

Hal tersebut beberapa kali mengemuka dalam Metrodata Solution Day (MSD) 2018 bertema “Industry 4.0: Digital Revolution” yang diadakan di Hotel Shangri-La, Jakarta, Kamis (6/9/2018). Digelar secara rutin sejak 2004, MSD bertujuan untuk mengedukasi pasar, khususnya masyarakat teknologi informasi Indonesia, sekaligus sebagai ajang informasi tentang solusi terkini yang ditujukan bagi pelanggan PT Metrodata Electronics Tbk (Metrodata).

MSD 2018 menjadi semakin relevan dengan kondisi masa kini, yaitu teknologi digital kini menjadi penggerak utama (driving force) perkembangan. Kekuatan teknologi ini juga sudah membuat dislokasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, mengubah bisnis secara mendasar. Ini membawa kita pada revolusi industri gelombang keempat atau industri 4.0

Sekadar catatan, sebelumnya industri di dunia telah mengalami tiga gelombang besar revolusi. Pertama, pada tahun 1750–1830 dengan ditemukannya mesin uap dan kereta api. Kedua, penemuan listrik, alat komunikasi, kimia dan minyak pada tahun 1870–1900. Ketiga, penemuan komputer, internet, dan telepon genggam (1960 hingga sekarang).

Seperti tiga revolusi industri sebelumnya, kehadiran industri 4.0 yang pertama kali diperkenalkan pada Hannover Fair 2011 juga diyakini bakal menaikkan produktivitas. Masa ini ditandai dengan sistem fisik-siber yang dimungkinkan dengan bersinerginya tiga kekuatan: internet of things (IoT), cloud computing, dan cognitive computing.

Industri 4.0 juga dikenal sebagai era manufaktur cerdas, lantaran seluruh rantai proses otomatisasi produksi dikontrol lewat artificial intelligence (AI) yang tersusun atas algoritma rumit yang (berusaha) meniru kecerdasan manusia.

Dalam siaran pers, Presiden Direktur PT Metrodata Electronics  Tbk Susanto Djaja mengatakan bahwa perkembangan teknologi informasi (TI) saat ini terlihat luar biasa cepat. Berbagai aplikasi dapat dengan mudah ditemukan dan diunduh melalui teknologi cloud services dan digital business platform. Ia menegaskan, saat memasuki industri 4.0, kita harus secepat mungkin memulai memetakan dan melaksanakan revolusi digital. Jika tidak, kita akan tertinggal jauh.

“Sekarang atau tidak sama sekali. Revolusi digital ini adalah keniscayaan, sudah banyak yang memulai, dan infrastruktur Indonesia sudah jauh lebih siap. Tantangannya adalah kompetisi makin terbuka, bagaimana membuka pasar dan beradaptasi dengan generasi milenial,” kata Susanto.

Adaptasi teknologi

MSD 2018 menampilkan tujuh sesi utama, yaitu “Delivering Integrated Cyber Defense in the Cloud Generation” oleh Indonesia Country Manager Symantec Andris Masengi; Microsoft Keynote Presentation oleh OCP & SMC Director Microsoft Indonesia Mulia Dewi Karnadi; “Paving the Path to Autonomous Data Center in Hybrid IT World” oleh Regional Director Hybrid IT, Growth and Emerging Markets HPE Chew Eng Lai; “Accelerating the IoT Ecosystem and the Time-to-Value for Customers oleh Director of Channel Scale & Partners Intel Asia Pacific Kamil Hasan; “Transforming Your Business to Benefit from Collaborative Supply Chain” oleh Regional Vice President DSI Southeast Asia William Chaylis; “Accelerating Innovaton Delivery in Digital age with Open Source” oleh Country Manager Red Hat Indonesia Rully Moulany; dan “Make IT Real to Accelerate Your Business” oleh Country MDC Lead Dell EMC Indonesia Rekiardi Soenario.

Selain itu, MSD 2018 menampilkan 35 track sessions dengan pembahasan luas tentang solusi cloud revolutions, cognitive resolutions, business application resolutions, modern workplace resolutions, data center resolutions, dan security resolutions. MSD 2018 juga menyediakan stan ekshibisi yang menampilkan berbagai solusi teknologi terkini dari mitra bisnis Metrodata sekaligus tempat berkonsultasi secara langsung dengan para ahli teknologi.

Foto-foto: dokumen Metrodata.

Hal yang sangat mengemuka dalam MSD kali ini adalah adaptasi teknologi yang harus segera dilakukan oleh pebisnis serta pelaku usaha.

Seperti diungkapkan Managing Director Dell EMC Indonesia Catherine Lian, transformasi digital kini bukan lagi opsional. Hal ini seiring meningkatnya penggunaan analitis data, semakin banyaknya produk yang lebih cerdas yang menggunakan software dan sensor, serta analitis yang diperlukan untuk mempertahankan siklus yang diterapkan para pemimpin pasar.

Hal senada dikatakan Dewi Karnadi, organisasi di seluruh dunia tengah mengalami transformasi yang didorong oleh komputasi awan, kecerdasan buatan (AI), mixed reality, dan IoT. Berbicara dalam jumpa pers, Dewi menerangkan berbagai teknologi tersebut membantu bisnis-bisnis dan masyarakat untuk mencapai hal baru.

“Industri ritel menjadi lebih personal, industri perbankan menjadi lebih terhubung, dan industri kesehatan menjadi lebih preventif dan prediktif,” kata Dewi.

Tantangan

Adaptasi teknologi memang bukan hal mudah dan punya tantangan. Namun, bagi Metrodata, ini adalah peluang untuk bisa menghadirkan teknologi yang mampu menghadirkan informasi secara real time. Misalnya, terkait fluktuasi nilai mata uang rupiah terhadap dollar AS, yang oleh para pebisnis informasi seputar hal tersebut amat penting dalam mengambil keputusan kebijakan. Ini jadi contoh pentingnya investasi dalam teknologi informasi.

“Banyak yang tidak sadar akan investasi ini karena dianggap mahal, padahal ini berguna untuk pelaku bisnis. Dengan data real time, kita tidak akan kehilangan konsumen,” pungkas Susanto. [ASP]