Berita bohong atau hoaks adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Berbeda dengan rumor, ilmu semu, atau berita palsu, maupun April Mop.

Hoaks ini bertujuan membuat masyarakat merasa tidak aman, tidak nyaman, dan kebingungan. Dalam kebingungan tersebut, masyarakat akan mengambil keputusan yang lemah, tidak meyakinkan, dan bahkan salah.

Agar kita tidak jatuh korban pada hoaks, penting untuk dapat mengenali, memolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan tingkat keamanan digital; tidak hanya dari penggunaan perangkat tetapi juga dari segala konten dan informasi yang kita terima dan bagikan di ranah digital.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Menjadi Pejuang Anti Kabar Bohong (Hoaks)”. Webinar yang digelar pada Rabu (4/8/2021) pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Samuel Berrit Olam (Founder & CEO PT Malline Teknologi Internasional), Agus Hiplunudin (Dosen Sistem Politik Indonesia STIA Banten), Supranoto (Dosen FISIP Universitas Jember & Pengurus DPP IAPA), Meidine Primalia (Kaizen Room), dan Ones (Seniman) selaku narasumber.

Kebocoran

Dalam pemaparannya, Meidine Primalia menyampaikan, “Digital Forensic Indonesia (DFI) mencatat bahwa erdapat 7,5 miliar kasus kebocoran data digital secara global selama 15 tahun terakhir. Adapun belasan juta data di antaranya diidentifikasi berasal dari Indonesia. Agar menjaga diri dari kebocoran data tersebut, adapun langkah-langkah yang dapat kita lakukan, seperti tidak posting beberapa hal berikut di media sosial; screenshoot percakapan pribadi, alamat dan nomor telepon pribadi, status atau informasi keuangan pribadi, geolokasi terkini, dan berita yang belum jelas kebenarannya.”

Ones selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan, saat ini penting bagi kita sebagai orang tua untuk dapat mengedukasi anak dan orang terdekat tentang pentingnya literasi digital. Baginya hal itu penting untuk mengurangi terjadinya kasus tersebarnya berita hoaks atau palsu, ujaran kebencian dan lainnya. Menurutnya, perlu ditingkatkan juga skill kita dalam dunia digital agar kita dapat memanfaatkan media digital dengan baik, dan juga untuk lebih berhati-hati terhadap rekam jejak digital dan berita hoaks yang tersebar. Sebisa mungkin, ia menganjurkan untuk manfaatkan media digital dengan cara banjiri internet dengan konten positif yang bermanfaat bagi banyak orang.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Gregorius menyampaikan bahwa “Hingga detik ini, masih banyak orang yang sering termakan hoaks, terutama anak-anak kecil dan orang tua. Apalagi sejak munculnya pandemi Covid-19, banyak bermunculan hoaks yang membuat masyarakat enggan melakukan vaksin, misalnya. Bagaimana tanggapanmua mengenai peristiwa tersebut dan apakah berita-berita hoaks semacam ini akan terus bermunculan sebagai sisi buruk dari dunia digital?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Samuel Berrit Olam. “Usia yang paling banyak termakan berita hoaks adalah yang berusia di atas 45 tahun dibandingkan dengan anak muda usia 20 tahunan. Kita memang tidak bisa lari dari yang namanya berita hoaks, tetapi kita dapat meminimalisirnya dengan cara memperbanyak share konten positif dan selalu crosscheck terhadap informasi yang kita dapatkan sebelum di-share.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Lebak. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.