Tak dapat dipungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Etika Dunia Internet: Jarimu, Harimaumu”. Webinar yang digelar pada Rabu, 3 November 2021 di Kota Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Endika Wijaya – Deputi Direktur PT.Intrans, Khuriyatul Husna, MPA – Universitas Lancang Kuning, IAPA, Wulan Furrie, MIKom – Praktisi & Dosen Manajemen Komunikasi Institut STIAMI dan Erfan Ariyaputra, SPsi – Training & Development.
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Endika Wijaya membuka webinar dengan mengatakan, masyarakat harus dijak dalam bermedia sosial.
“Gunakan untuk hal-hal yang produktif, berhati-hati dalam membagikan informasi, gunakan media sosial yang sesuai dengan karakter Anda, hindari konten-konten berbau hate speech, SARA, dan bentuk pelecehan lainnya, ikuti atau berteman dengan akun-akun yang positif dan terpercaya,” tuturnya.
Jangan lakukan hal ini di media sosial, seperti menyebarkan informasi pribadi yang terlalu detail, memberikan data pribadi pada orang yang belum benar-benar Anda kenal, melakukan cyberbully dan hal yang sifatnya melecehkan lainnya, menyebarkan konten SARA, serta over posting.
Khuriyatul Husna menambahkan, jenis postingan yang dapat membuat orang kehilangan kesempatan kerja diantaranya agresif/memakai bahasa kasar, referensi ke penggunaan narkotik, pola berbahasa yang buruk, mengunggah foto diri saat mabuk, pandangan/aktivis politik.
“Ada tata krama/aturan dalam menggunakan internet, yakni kita itu manusia (baik didunia real dan maya). Kita memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya,” tuturnya.
Menurutnya etika di internet yakni mengakses hal -hal yang baik dan bersifat tidak dilarang, menghormati keberadaan dan privasi orang lain, serta emberi saran atau komentar yang baik.
Wulan Furrie turut menjelaskan, budaya merupakan bagian dari budi dan akal manusia. Budaya adalah pola atau cara hidup yang terus berkembang oleh sekelompok orang dan diturunkan pada generasi berikutnya.
“Manusia di balik budaya digital. Pertama, dunia digital sulit untuk dipisahkan dari kehidupan manusia. Hampir semua sendi kehidupan manusia dan bisnis memanfaatkan keunggulan digital,” ujarnya.
Kedua, transformasi digital adalah pintu masuk terjadinya perubahan. Ketiga, manusia sebagai agen perubahan dalam budaya digital. Budaya digital merupakan prasyarat dalam melakukan transformasi digital karena penerapan budaya digital lebih kepada mengubah pola pikir (mindset) agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital. – Praktisi & lembaga pendidikan dituntut mampu menyelaraskan antara perubahan
Sebagai pembicara terakhir, Erfan Ariyaputra mengatakan, ada dua sisi wajah internet yakni positif dan negatif. Positifnya yakni dapat menimbulkan hubungan dan kerja sama, memangkas durasi waktu & jarak, menyebarkan pengetahuan pendidikan, berbagi motivasi dan pengalaman antar wilayah dari berbagai belahan dunia.
“Sementara sisi negatifnya yakni internet dijadikan alat untuk melakukan tindak kejahatan (kriminal), contohnya penipuan, transaksi narkoba, terorisme, eksploitasi, anak online, misalnya perdagangan anak, menyebar konten pornografi anak dan prostitusi anak,” katanya.
Dalam sesi KOL, Fajar Gomez mengatakan pentingnya saring dulu sebelum sharing, jadi kita jangan asal posting karena jarimu adalah harimaumu. “Tipsnya yang jelas kita harus mengetahui dulu literasi digital itu seperti apa kalau sudah dipahami pasti kita akan lebih aware dan lebih berpikir lagi,” pesannya.
Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Yunika Gia menanyakan, apa prinsip dasar yang harus diketahui oleh masyarakat dalam menggunakan internet yang sehat dan aman?
“Keep flying on stop, jadi tau mana boleh yang dimainkan mana yang boleh lanjut, think before posting, saring before sharing, click or close in 4 prinsip dasar. Tidak hanya bisa tetapi harus hati- hati, termasuk apa yang kita konsumsi bisa baik atau buruk. Salah satu hal yang menjadi fakta, ketika kena bullying mereka orang tua gak tau, jadi kebijaksanaan ini kita beritahu sejak dini,” jawab Erfan.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.