Tak dapat dipungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Tantangan Pendidikan Anak Usia Dini di Era Pandemi”. Webinar yang digelar pada Rabu, 3 November 2021 di Kabupaten Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Annisa Choiriya Muftada – Kaizen Room, Nurul Dwi Purwanti, SIP, MPA – Department Manajemen dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada, Bonny Prasetia Ajisakti – Program Director Swaragama Group dan Sekjen Forum Diskusi Radio Indonesia dan Gilang Jiwana Adikara, SIKom MA – Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Yogyakarta, Japelidi.

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Annisa Choiriya membuka webinar dengan mengatakan, dalam menggunakan media digital, diperlukan kecakapan digital (digital skills).

Digital skills merupakan kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta sistem operasi digital. Mulai dari website hingga beragam aplikasi di smartphone,” tuturnya.

Menurutnya, sejumlah pakar sepakat masa anak-anak terentang pada usia 0- 18 tahun. Pada rentang usia ini seorang anak tengah berada pada masa pertumbuhan baik secara fisik, kognitif, atau moral.

Maka, jadilah orang tua paket lengkap, antara lain dengan tidak gaptek, kita tidak boleh gaptek dan harus tahu segala aspeknya. Tahu Aplikasi yang tepat, jangan bilang jangan, awasi tapi jaga privasi.

Orang tua juga harus bisa dicontoh, dengan cara beraktivitas di dunia digital dengan baik (tidak membuat postingan atau menonton konten negatif). Waktu bermedia digital tidak mengganggu waktu penting (makan, ibadah, family time).

Bentuk pengawasan penggunaan perangkat digital pada anak, antara lain orangtua harus mengerti media sosial dan situs apa saja yang digunakan anak, dampingi anak saat bermain media digital, gunakan perangkat digital bersama saat dipinjamkan kepada anak.

Nurul Dwi Purwanti menambahkan, etika digital (digital ethics) adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.

“Dunia saat ini sudah berubah dari manual ke digital. Keuntungannya mendekatkan yang jauh, hemat biaya dan energi, kemudahan dalam mengakses informasi, jadi tambah pintar, dan dapat berbisnis dari rumah,” tuturnya.

Adapun tantangan orang tua di era digital, yakni anak bisa lebih pintar dari orang tua, anak bebas terkoneksi tanpa aturan, kemudahan akses internet, anak inginkan kebebasan.

“Bagaimana orang tua menyikapi tantanganm yakni dengan memberikan akses internet + melek digital, sampaikan dengan cara yang baik, sering-sering menambah wawasan, bimbing anak bersikap kritis, bagaimanapun berinternet perlu aturan,” jelasnya.

Bonny Prasetia Ajisakti turut menjelaskan, anak jaman sekarang mempunyai medsos (Instagram, Tiktok, Youtube, Twitter, Whatsapp) untuk membuktikan mereka eksis, cenderung lebih terbuka, berpikir lebih agresif, ingin bebas, tidak suka diatur.

“Mereka ingin memegang peranan dan di internet menawarkan itu semua. Generasi google, apapun cari tau lewat google. Sehingga kemampuan belajar mereka lebih cepat,” ungkapnya. Maka, sebagai orang tua juga harus pahami yang mereka gunakan.

Sisi buruk kesehatan pada anak di era digital, antara lain anak-anak yang terlalu banyak menggunakan telepon pintar misalnya mungkin akan mempunyai masalah kesehatan mata. Anak-anak yang menatap layar digital terlalu lama dan konten media digital juga bisa menyebabkan masalah tidur pada anak.

Fokus anak bisa terganggu karena menggunakan media digital. Akibatnya, anak bisa saja menjadi terlalu aktif. Anak mungkin akan mengalami kesulitan untuk konsentrasi pada hal tertentu. Anak usia dini yang menggunakan media digital berlebihan juga bisa mengalami penurunan prestasi belajar, gangguan perkembangan fisik dan sosial.

Sebagai pembicara terakhir, Gilang Jiwana mengatakan, gawai kita adalah pintu ke dunia digital. Seperti di dunia nyata, kita tidak akan keluar pintu tanpa persiapan. Aspek keselamatan anak di media digital, yaitu perundungan (bullying), biasanya dimulai dari unggahan konten pribadi yang kemudian dibagikan berkali-kali.

“Lalu penipuan, biasanya modus yang dilakukan adalah dengan menawarkan sesuatu dengan iming-iming hadiah. Pelecehan seksual dan pornografi, biasa dijumpai dalam beragam bentuk, baik tulisan, pesan suara, gambar maupun video. Pencurian data pribadi, terjadi ketika unggahan data pribadi dicuri, lalu digunakan dalam berbagai aksi kejahatan,” paparnya.

Dalam sesi KOL, Puty Nurul mengatakan, mengenai tantangan pendidikan anak usia dini di era pandemi, kalau tidak ada digital maka kita akan sulit dalam pembelajaran kalau hanya mengandalkan orang tua susah juga karena sibuk kerja , maka terciptanya sekolah online.

“Tetapi guru-guru juga harus kreatif dalam pembelajaran dan mencari cara bagaimana anak bisa dilatih motoriknya serta tidak hanya memegang gadget saja. Pembelajaran secara digital ini tetap ada tantangannya bagi kita semua terutama kepada guru dan orang tua yang memerlukan usaha lebih agar anak tetap semangat,” pesannya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Nia Pratama menanyakan, metode seperti apa yang dapat dilakukan oleh orang tua agar pelajar dapat memahami setiap materi?

“Sebenarnya hal ini menjadi kekhawatiran bersama, cara mengatasinya yaitu pertama kita butuh untuk dilibatkan dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), serta membantu anak dalam pemecahan soal pembelajaran dengan cara yang lebih gampang untuk dimengerti, kita sebagai orang tua juga bisa menjadi partner diskusi agar memastikan materi tersebut terserap oleh anak kita,” jawab Annisa.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.