Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Cakap Ber-Media Digital”. Webinar yang digelar pada Selasa, 26 Oktober 2021 di Jakarta Utara, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Samuel Berrit Olam (Founder dan CEO PT Malline Teknologi Internasional), Uji Baskoro (Direktur PT INTRANS), Eva Yayu Rahayu (Konsultan SDM dan Praktisi Keuangan, IAPA), dan A Zulchaidir Ashary (Kaizen Room).
Samuel Berrit membuka webinar dengan mengatakan, di era digital ini memang internet sangat membantu kehidupan manusia, apapun bisa kita lakukan dengan menggunakan internet. “Selain memberikan dampak yang positif, internet juga ada dampak negatif. Dampak negatif ini sangat cepat terjadi karena pengaruhnya media sosial yang bisa diakses kapan saja dan dimana saja.”
Di dalam media sosial ada istilah oversharing yang dimaksud adalah kita terlalu sering update tentang kehidupan kita, yang sebenarnya orang lain di dunia nyata itu tidak bisa tahu atau tidak sering tahu.
Sebagai contoh di Instagram saat upload sebuah story, kita suka menampilkan lokasinya di mana, dan ini merupakan salah satu aktivitas media sosial yang agak berbahaya, bisa di dunia nyata juga di dunia digital.
“Untuk itu kita harus lebih hati-hati, jangan sampai oversharing dan jangan sharing tentang hal-hal yang pribadi karena kejahatan di ruang digital itu memang ada, oleh sebab itu kita harus cakap dalam bermedia sosial,” jelasnya.
Uji Baskoro menambahkan, literasi digital merupakan pengetahuan serta kecakapan digital, penggunaan dalam memanfaatkan media digital. “Jadi orang dengan literasi digital yang baik mampu membedakan informasi yang benar dengan misinformasi, disinformasi, dan malinformasi.”
Maka dari itu kita juga harus saring sebelum sharing maksudnya adalah kita harus cari tahu terlebih dulu tentang informasi atau berita yang kita dapatkan sebelum akhirnya di-posting atau repost, lebih baik kita men-share atau memposting konten-konten yang positif jangan malah konten negatif yang kita buat.
“Gunakan media sosial itu dengan tepat, dengan ingat batasan usia, gunakan media sosial yang sesuai dengan karakter Anda, gunakan untuk hal-hal yang produktif, sebarkan cinta dan kebahagiaan, bukan kebencian. Ikuti atau berteman dengan akun-akun yang positif dan terpercaya,” terangnya.
Eva Yayu Rahayu turut menjelaskan, di dalam dunia digital, perilaku netizen Indonesia yang dianggap paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Hal itu dikarenakan netizen Indonesia suka menyebarkan konten negatif seperti hoaks, disinformasi, ujaran kebencian, bullying, dan pelecehan online.
“Hal-hal tersebut menyebabkan alasan mengapa jejak digital netizen Indonesia itu buruk, apalagi diskriminasi juga masih dilakukan di Indonesia. Adab berinteraksi masyarakat indonesia di media sosial masih terbilang buruk, kasus penipuan masih banyak menjamur,” jelasnya.
Menurutnya, masyarakat perlu bijak dalam menggunakan internet untuk meningkatkan kualitas diri. Kita juga harus hati-hati terhadap jejak digital, karena jejak digital bisa mencerminkan diri kita itu seperti apa.
Sebagai pembicara terakhir, A Zulchaidir Ashary mengatakan, keamanan digital adalah kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan tingkat keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari untuk kegiatan positif dan tidak merugikan diri sendiri atau orang lain.
“Bahaya dari oversharing salah satunya adalah konten dapat dimanfaatkan oleh orang jahat untuk mengetahui perilaku kita dan jika tidak waspada, data yang kita sebar bisa disalahgunakan untuk hal-hal seperti peretasan, hingga penipuan berbasis online,” jelasnya.
Ia menambahkan, selain membantu memudahkan pekerjaan di dunia kerja, mencari hiburan, transaksi secara daring mulai menjadi kebiasaan baru. Karena kebiasaan baru tersebut menimbulkan banyaknya kejahatan di dunia digital, teknologi menjadi incaran upaya peretasan.
Dalam sesi KOL, Rafli Albera mengatakan, bahwa media sosial itu membawa rezeki dan bisa bekerja juga melalui sosial media. “Literasi digital ini adalah ilmu untuk teman-teman agar bisa menguasai ruang digital, jadi ini akan bisa kita pakai sesuai dengan potensi diri yang kita miliki.”
Salah satu peserta bernama Miftahul Jannah menanyakan, bagaimana caranya agar kita bisa tetap memproduksi konten positif dan menarik meski skill/peralatan masih terbatas?
“Pada kenyataannya yang namanya konten dimulai dari yang kecil. Mulai dari hal simpel yang kita bisa dan kelamaan pasti akan jadi bagus yang penting rutin dan dan konsisten agar semakin terpacu adrenalin kita untuk mengembangkan skill kita, dengan belajar dari internet, Youtube, Google, dsb. Jadi jika sudah ada rencana untuk membuat konten yang positif dan bermanfaat untuk orang lain itu sudah bagus sekali, dimulai saja dulu,” jawab Samuel.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]