Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Perangi Konten Negatif di Media Sosial”. Webinar yang digelar pada Jumat, 19 November 2021 di Jakarta Barat, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Novi Widyaningrum,SIP.MA – Researcher & Policy Studies UGM-IAPA, Uji Baskoro – Direktur PT INTRANS, Alviko Ibnugroho, SE,MM- Financologist Motivator Keuangan & Kejiwaan Keluarga, IAPA dan Mikhail Gorbachev Dom – Peneliti di Institut Humor Indonesia Kini.

Hak digital

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Novi Widyaningrum membuka webinar dengan mengatakan, sekarang bagaimana kita menjaga dunia digital agar tetap aman dan menghasilkan hal-hal yang produktif dan positif.

“Berbagai konten yang bisa memberi image yang baik. Di dalam ruang digital ini kita punya hak digital. Hak digital adalah hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara untuk mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital,” ujarnya.

Alviko Ibnugroho menambahkan, saat ini Indonesia merupakan pasar smartphone terbesar di Asia Pasifik nomor 3, jumlah smartphonenya lebih banyak daripada jumlah penduduknya itu sendiri.

Penggunaan smartphone erat kaitannya dengan media digital. Maka, perlu sekali pemahaman literasi digital oleh masyarakat. Literasi digital adalah kecakapan menggunakan media digital dengan beretika dan bertanggung jawa untuk memperoleh informrasi dan berkomunikasi.

Etika dapat diartikan menjadi 3 arti, yaitu ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Etika juga diartikan sebagai kumpulan nilai yang berkenaan dengan akhlak, atau nilai mengenai benar dan salah yang dianut masyarakat.

“Alasan diperlukannya etika berinternet yakni pengguna internet berasal dari berbagai negara, bahasa, budaya dan adat istiadat yang berbeda-beda. Pengguna internet merupakan orang-orang yang hidup dalam dunia anonymouse, yang tidak mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi,” ungkapnya.

Hoaks

Uji Baskoro turut menjelaskan, hoaks adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Tujuan dari berita bohong adalah membuat masyarakat merasa tidak aman, tidak nyaman dan kebingungan.

Hoaks dibagi menjadi 3, yaitu Misinformasi, yang merupakan infomasi salah, tidak akurat dan disebar luas ke orang lain dengan niat untuk mengelabui. Lalu disinformasi, yang berarti adalah informasi salah yang sengaja dibuat untuk menipu, dan merugikan orang.

Terakhir ada mal Informasi, sebagai informasi yang memang tidak sesuai dengan kontek, dan saat informasi disebarkan penyajiannya dikemas sedemikian rupa untuk melakukan hal tertentu.

Ciri-ciri informasi yang tidak benar seperti, terlalu bagus atau jelek untuk menjadi kenyataan, mempermainkan bias anda, tidak punya sumber yang jelas atau data yang ditampilkan bukan data baru.

Kita harus ingat bahwa dunia daring itu bukan dunia lain, internet bukan dunia yang sama sekali terpisah dengan dunia offline, hukum yang berlaku di dunia daring juga berlaku di dunia daring, apa yang kita tulis di internet akan dibaca oleh orang lain.

Dalam sesi KOL, Jonathan Jorenzo mengatakan, dalam setiap hal pasti ada positif dan negatifnya. Tetapi di dunia digital ini harusnya lebih banyak positifnya, tergantung bagaimana kita menggunakan teknologi.

“Dengan mudahnya menggunakan internet kita bisa mendapatkan informasi yang kita cari. Balik Lagi ke kita, bagaimana kita jangan sampai menggunakan dunia digital untuk hal yang negatif, jangan menyebarkan sara, hoaks, hate speech, dan bagaimana cara kita menerkam hal-hal negatif tersebut agar tidak tersebar,” pesannya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Patih Aryata menanyakan, bagaimana tips supaya ruang digital kita sekarang dipenuhi oleh konten-konten yang positif atau berkualitas?

“Memang kita tidak bisa menghalau konten-konten yang negatif ini karena jumlahnya sudah banyak sekali. Tetapi kita bisa menghindarinya. Kalau kita mau ruang digital kita diisi dengan konten-konten berkualitas, maka yang kita follow pun harus sesuatu yang berkualitas juga. Semua itu tergantung pilihan kita, bagaimana kita bisa memilih milih mana yang baik untuk kita,” jawab Novi.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.