Kota Semarang sepertinya selalu mengerti bagaimana memanjakan wisatawan. Berbagai atraksi disajikan sejak awal tahun. Termasuk Festival Cheng Ho 2018. Event keren ini akan dilaksanakan pada 9-19 Agustus 2018.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, Festival Cheng Ho merupakan festival tahunan yang unik. Sayang untuk dilewatkan. Jaminan kemeriahan diembuskan oleh festival ini.
Kemeriahan ini juga yang membuat Festival Cheng Ho masuk dalam 100 Wonderful Events Kementerian Pariwisata tahun 2018. Selain itu, waktu pelaksanaan sangat panjang dengan sajian padat penuh warna.
“Sudah pasti keren, beken, dan paten. Festival Cheng Ho adalah salah satu festival utama di Semarang. Kehadirannya selalu ditunggu wisatawan. Makanya rugi kalau sampai tidak datang. Sajian akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa adalah sajian utama pada festival itu,” ujar Menpar Arief Yahya, Senin (9/7).
Ritual sembahyang
Prosesi festival diawali dengan Ritual Sembahyang pada 9 Agustus 2018. Ritual tersebut dilakukan di Kelenteng Agung Sam Poo Kong Semarang. Setelah itu Cheng Ho Night Fest siap menemani keseruan rangkaian acara. Beragam kesenian dari berbagai suku dan agama siap menjadi santapan yang memanjakan wisatawan pada gelaran ini.
Sajian Arak-arakan Patung Dewa yang akan menyajikan atraksi budaya Tionghoa, tak luput disiapkan. Sajian ini disambung dengan panggung kesenian yang ciamik. Suguhannya penampilan ciamik dari seni budaya Tionghoa serta Jawa.
“Di sinilah letak kekayaan budaya yang kita punya. Akulturasi beragam budaya kuat yang kita punya menjadi sebuah magnet utama bagi wisatawan yang datang. Dimana barongsai dapat bersanding manis dengan jathilan. Atau, gamelan yang mengiringi lagu Mandarin. Ini tentu sangat unik,” kata Menpar.
Rangkaian acara tidak berhenti sampai di situ. Bakti sosial menjadi misi yang tak kalah cantiknya. Bekerja sama dengan berbagai elemen industri farmasi serta unsur TNI dan Polri, program penyuluhan dan pengobatan gratis menjadi sajian bakti sosial itu.
Ada juga program Napak Tilas Sejarah Cheng Ho yang akan menelusuri sejarah budaya Tionghoa yang ada di Semarang. Hal ini dimaksudkan untuk mengedukasi masyarakat tentang kemasyhuran sejarah yang ada di Semarang.
Semangat keakraban tak luput digaungkan. Berbagai lomba yang ikut disuguhkan, menjadi program membangun keakraban. Seperti lomba fotografi, serta lomba mewarnai bagi anak-anak.
“Festival kuliner juga ada. Beragam kuliner Nusantara serta Chinese food akan tersaji lengkap pada festival ini. Ini semakin menambah warna yang ada di Festival Cheng Ho 2018. Tentunya juga semakin memanjakan wisatawan,” ungkap Arief Yahya yang asal Banyuwangi itu.
Secara terpisah, Ketua Pelaksana Top 100 Calender of Event (CoE) Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuti, ikut angkat suara. Menurut Esthy, Festival Cheng Ho merupakan sebuah atraksi pariwisata yang menarik. Festival tersebut juga untuk memperingati datangnya Laksamana Cheng Ho ke Kota Semarang.
“Semarang sebagai salah satu kota yang disinggahi pada jalur pelayaran Laksamana Cheng Ho memiliki akulturasi budaya yang kuat. Ini tentu menambah warna bagi para wisatawan. Bukan saja sajian atraksinya, tetapi juga destinasi yang ada di Semarang. Untuk itulah Kemenpar sangat antusias mendukung festival ini, untuk semakin membangun pariwisata Semarang,” kata lulusan Program Studi China Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia itu.
Pariwisata Semarang memang sangat potensial untuk dikembangkan. Apalagi aksesnya tak perlu diragukan. Semarang merupakan gerbang utama di Jawa Tengah dengan Bandara Internasional Ahmad Yani. Amenitasnya juga paten. Dari mulai homestay, losmen, guest house, sampai hotel bintang 5 bertebaran di Kota Semarang.
“Unsur 3A-nya Semarang sangat oke. Atraksi, amenitas dan aksesibilitas di Semarang sudah tidak diragukan lagi. Atraksinya pun sudah mumpuni,” ungkap Esthy yang juga Staf Ahli Bidang Multikultural Kemenpar. [ADV]
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 6 Agustus 2018.