Berdasarkan data International Diabetes Federation 2013, Indonesia merupakan negara ke-7 dengan populasi penyandang diabetes terbesar di dunia. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, lebih dari 50 persen penduduk Indonesia yang berusia di atas 10 tahun mempunyai kebiasaan mengonsumsi gula berlebih yang berisiko menimbulkan penyakit. Apakah hal ini menjadi pertanda Indonesia sudah darurat overdosis gula?
Yang jelas, hal itu cukup mengkhawatirkan mengingat kesadaran masyarakat Indonesia terhadap bahaya konsumsi gula berlebih masih rendah. Hal ini tentu bisa memperbanyak kasus serangan diabetes. Menurut dr Dewi Ema Anindia, pakar kesehatan, diabetes tidak hanya disebabkan faktor keturunan, tapi juga pola hidup konsumsi gula berlebih.
“Diabetes merupakan penyakit yang ditandai dengan kadar gula dalam darah yang melebihi batas normal. Diabetes sangat jahat, hingga kerap dinamakan sebagai penyakit silent killer karena datangnya sering tidak ketahuan dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada organ tubuh, kebutaan, sakit ginjal, bahkan sampai mengakibatkan amputasi dan kematian,” terang dr Ema.
Selain diabetes, konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit lain. Salah satunya, obesitas. Selain mengganggu penampilan, obesitas berpotensi menyebabkan berbagai penyakit seperti jantung dan hipertensi. Beberapa data penelitian memang telah menunjukkan korelasi langsung bahaya gula dengan risiko penyakit.
Berdasarkan studi jurnal JAMA Internal Medicine 2014, konsumsi gula yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Sebuah studi dalam Journal of American Heart Association 2013 juga menunjukkan bagaimana gula dapat menyebabkan perubahan otot jantung yang berujung pada gagal jantung.
Sebuah penelitian oleh National Institute of Dental and Craniofacial Research (NICDR) juga menunjukkan korelasi konsumsi gula berlebihan dengan kerusakan gigi. Ketika kita mengonsumsi gula, bakteri bakteri jahat di dalam mulut kita dapat mengubah gula menjadi asam yang dapat mengikis lapisan pelindung gigi. Hal inilah yang dapat memicu permasalahan gigi berlubang hingga bisa menyebabkan gigi ompong.
Atur konsumsi gula
Dr Ema melanjutkan, dalam sehari, kita hanya boleh mengonsumsi gula tidak lebih dari empat sendok makan. Hanya saja, sering kali kita sulit sekali untuk membatasi konsumsi gula karena indera perasa kita sudah terbiasa dengan makanan dan minuman manis.
“Salah satunya ketika kita membuat kopi, biasanya kopinya hanya 1 sendok, tetapi gulanya 2 sampai 3 sendok,” paparnya.
Hidup sehat dapat dimulai dengan langkah mudah. Kita tidak perlu melakukan langkah ekstrem dan menyiksa diri dengan tidak mengonsumsi makanan manis sama sekali. Hal ini dapat dimulai dengan hal sederhana. Salah satunya dengan selalu memperhatikan label pada makanan. Dengan memperhatikan label pada makanan, kita dapat mengukur jumlah gula yang masuk ke tubuh sehingga kita tahu apakah kelebihan mengonsumsi gula atau tidak.
Hal sederhana lain yang dapat dilakukan adalah makan secara cerdas. “Bila tidak mengetahui kandungan gula dalam makanan, biasakan untuk mengonsumsi makanan dengan gula sedikit, misalnya ketika membuat kopi atau teh. Gulanya jangan lebih dari satu sendok makan. Dengan demikian, kita tidak perlu mengorbankan indera perasa,“ ujar dr Ema.
Selain mengurangi konsumsi gula, hal yang perlu dilakukan adalah menjalankan olahraga secara teratur dan mengurangi tingkat stres. “Dalam seminggu, diusahakan berolahraga 3 kali seminggu dengan rentang waktu 45 menit–1 jam,“ terangnya. [IKLAN/*/ACH]
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 24 September 2017