Di tengah maraknya hoaks yang semakin menyebar, apakah kita sudah benar-benar mengetahui bahanya bagi masyarakat Indonesia? Selain dapat mencemarkan nama baik seseorang, hoaks bisa digunakan sebagai alat adu domba untuk memecah persatuan, dan bahkan sebagai pemicu terjadinya peperangan.
Penting bagi para pengguna digital untuk mengetahui dan mengenali ciri-ciri berita hoaks; bersifat negatif dan cenderung menciptakan kecemasan, kebencian, serta permusuhan, sumber tidak jelas dan tidak ada pihak yang bisa dimintakan tanggung jawab atau klarifikasi, pesan informasinya bersifat menyerang pihak tertentu atau tidak netral, dapat mencatut nama tokoh berpengaruh atau menggunakan nama yang mirip dengan media terkenal, serta memanfaatkan fanatisme atas nama ideologi atau agama.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Menjadi Netizen Pejuang, Bersama Lawan Hoaks”. Webinar yang digelar pada Rabu (4/8/2021) pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Oka Aditya, S.T., M.M. (Research Analyst), Dr. Lintang Ratri Rahmiaji, S.Sos. M.Si. (Dosen FISIP Universitas Diponegoro & Japelidi), Novi Widyaningrum, S.I.P., M.A. (Peneliti Center for Population and Policy Studies UGM & IAPA), Eko Sugiono (Digital Marketer Expert & G Coach), dan Ronald Silitonga (Musisi) selaku narasumber.
Hoaks
Dalam pemaparannya, Oka Aditya, S.T., M.M. menyampaikan, “Mengapa orang mudah percaya pada hoaks? Kata kuncinya adalah kurangnya literasi. Sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki niat baca yang rendah sehingga mudah termakan hoaks. Cukup mencengangkan bahwa secara alamiah kita lebih mudah tertarik pada berita dengan judul yang mencengangkan pula, sehingga dapat membuat kita bereaksi dengan terus menyebarkannya.”
Sebuah hoaks yang terus disebar akan dianggap sebagai sebuah kebenaran karena merasa banyak pihak yang memercayainya. Otak manusia cenderung menyukai berita yang mendukung pendapatnya, terlepas dari benar atau tidak berita tersebut. Sebagian besar orang menolak informasi yang mengancam keyakinannya meskipun tersebut benar adanya.
Ronald Silitonga selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan, untuk mengetahui apakah sebuah berita hoaks atau tidak, lihat saja judulnya karena banyak sekali clickbait dan berita yang ditampilkan tidak relevan dengan judul. Ia menyarankan untuk mencari sumber lain yang mempunyai berita yang sama sehingga kita bisa lakukan perbandingan.
Adapun kasus-kasus pencurian data pribadi yang menurutnya sangat berbahaya karena sangat mudah didapatkan pada saat ini. Untuk terhindar darinya, ia beri tips seperti tidak menyebutkan alamat jangan terlalu lengkap, misalnya sebutkan wilayah saja. Ia juga ingatkan untuk tidak turut menyebarkan dan memberikan hate speech, karena tidak semua orang bisa menerima dengan baik, dan karena memang hate speech itu perbuatan yang salah.
Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Jovina Ashri Raully Putri menyampaikan pertanyaan, “Bagaimana cara kita mengurangi sikap intoleransi di tengah masa pandemi ini? Terlebih sekarang banyak hoaks yang bertebaran di media sosial, padahal media sosial menjadi salah satu sarana berkomunikasi di masa pandemi Covid-19 ini.”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Dr. Lintang Ratri Rahmiaji, S.Sos. M.Si. “Supaya menjadi orang yang toleran, jangan cepat mengatakan salah atau benar. Setiap orang punya pandangan tertentu, selama itu tidak hoaks tidak masalah. Berbeda itu tidak apa, dengan latar belakang yang berbeda wajar sekali kita memiliki perbedaan. Jangan terlalu cepat merespons sesuatu dan sebaiknya jangan berkomentar terutama pada topik pembicaraan yang bukan keahlian kita.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Pusat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.