Perkembangan teknologi memungkinkan berbagai lini kehidupan menjadi terhubung, mulai dari peradaban, budaya, hingga perekonomian. Ketergantungan terhadap pertumbuhan teknologi yang kian masif tersebut, termasuk di bidang bisnis, harus dapat diantisipasi, di antaranya dengan semangat keterbukaan.

Itulah yang melatarbelakangi Universitas Prasetiya Mulya mengusung tema “Rediscovering Openness in The Age of Connected Intelligent Technologies” pada acara wisuda Universitas Prasetiya Mulya 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (10/12/2019).

“Kita menghadapi perubahan tekno­logi yang luar biasa, jauh lebih luas dari sekadar teknologi digital. Yang kita hadapi kompleksitas teknologi informasi, yaitu masing-masing teknologi dapat saling memperkuat teknologi lainnya. Ibarat pedang bermata dua, di satu sisi teknologi dapat memudahkan dalam banyak hal dan di sisi lain dapat merusak manusia. Teknologi juga memiliki daya untuk membuat kita semakin memiliki rasa ketergantungan pada teknologi tersebut,” ujar Rektor Universitas Prasetiya Mulya Prof Dr Djisman S Simandjuntak.

Hadirnya teknologi di berbagai sektor telah berkembang menjadi suatu sistem yang mampu memengaruhi tatanan kehidupan dan cara kerja manusia pada masa depan. Sebut saja, pengadopsian artificial intelligence dan robotika serta penerapan teknologi virtual reality/augmented reality yang pemanfaatannya diprediksi akan terus meningkat. Dalam hal ini, manusia sebagai subyek sekaligus obyek dari perkembangan teknologi dituntut untuk mampu beradaptasi dengan cepat mengikuti perkembangannya.

Apabila umat manusia mampu memobilisasi segala teknologi yang ada, lanjut Prof Djisman, persoalan-persoalan besar di muka bumi ini dapat diselesaikan dengan baik. Misalnya, perubahan iklim (climate change) dan inklusi ekonomi. Untuk itu, manusia dituntut untuk dapat menggerakkan dan mengendalikan teknologi dengan keterbukaan, bukannya malah menolak dengan sikap apriori.

Jendela kehidupan

Memasuki era globalisasi, keterbukaan (openness) merupakan jendela untuk mengakses teknologi dalam kehidupan. Selain itu, menjadi jendela bagi semua orang untuk dapat bertukar pikiran dengan mereka yang berada di berbagai belahan dunia. Bila jendela ini ditutup, tentu umat manusia akan menghadapi masalah besar.

Menemukan kembali keterbukaan pada zaman sekarang ini merupakan tantangan yang perlu dijawab dengan upaya sungguh-sungguh, terlebih bagi generasi muda. “Kami berharap, lulusan-lulusan Prasetiya Mulya dan perguruan tinggi lainnya mampu menciptakan penemuan-penemuan baru dalam keterbukaan ini,” harap Prof Djisman.

Pendidikan serta pembelajaran-pembelajaran yang didapat di perguruan tinggi merupakan peluang emas untuk menyiapkan diri dalam menghadapi masalah besar yang dialami umat manusia. Untuk itu, Prof Djisman optimistis, lulusan Prasetiya Mulya menjunjung tinggi komitmen untuk memberikan yang terbaik bagi umat manusia melalui kompetensi dan kreativitas.

Pelaku perubahan

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI 2011–2014 Prof Mari Elka Pangestu dalam orasi ilmiahnya pada wisuda tersebut berharap, wisudawan Prasetiya Mulya dapat menjadi pelaku dan pemimpin dari sebuah perubahan. “Banyak orang yang tidak mau menjadi pelaku perubahan karena risikonya begitu besar, belum dapat dipastikan rintangan-rintangan apa yang nantinya akan dihadapi. Namun, saya yakin, lulusan Prasetiya Mulya mampu mengisi ruang kosong tersebut dan menjadi pemimpin perubahan,” ujar Mari.

Prof Mari Elka Pangestu (duduk) menerima token of appreciation dari Universitas dan Yayasan Prasetiya Mulya. (Foto-foto: dok Universitas Prasetiya Mulya)

Pengamat ekonomi sekaligus guru besar ini juga mengatakan, Indonesia harus bersiap untuk beradaptasi dengan cepat, termasuk menunjukkan sikap keterbukaan terhadap inovasi di masa mendatang. “Dinamika perekonomian global harus disikapi dengan semangat keterbukaan guna menjawab semua tantangan dan mengubahnya menjadi peluang.”

Dijelaskan pula, semangat keterbukaan akan menjadi langkah awal yang penting guna membangun terciptanya kerja sama dengan pihak lebih luas, baik regional maupun global. Beragam peluang baru pun akan tercipta melalui kerja sama tersebut, mulai dari mendorong pertumbuhan ekonomi, hingga memperkuat kepercayaan dunia Internasional.

“Saya tegaskan kembali, yang Anda bawa pulang bukan sekadar gelar, tetapi segudang ilmu dan pembelajaran maupun pengetahuan, dan sebuah komunitas dan jejaring di kampus ini. Para wisudawati dan wisudawan Prasetiya Mulya merupakan manusia unggul yang siap mengimplementasikan ilmunya. Untuk itu, jadilah solusi bukan masalah,” pesan Mari.

Tantangan

Menjadi seorang sarjana bukanlah akhir, melainkan awal sebuah perjalanan, yang di depan siap untuk melewati berbagai tantangan yang tidak ringan, terlebih bagi kaum milenial. Tak heran, ada kekhawatiran generasi milenial terhadap perkembangan kehidupan yang dijalaninya.

Prof Mari Elka Pangestu.

“Ada tiga tantangan besar yang akan kita hadapi, terutama generasi milenial yang akan menjadi generasi penerus. Pertama, globalisasi dan persaingan, ketidakpastian perekonomian dunia yang berdampak ke Indonesia. Kita yang memiliki ilmu harus dapat mengantisipasi perubahan sebelum perubahan itu terjadi. Kedua, perubahan teknologi yang demikian pesat dan memengaruhi segala aspek kehidupan. Ketiga, perubahan iklim yang dapat menjadi ancaman besar jika tidak ditangani,” jelas Mari.

Itulah yang menjadi tantangan hidup saat ini, sambung Mari. Tidak hanya bagaimana ekonomi tumbuh, mendapat prestasi pembangunan yang baik, tetapi juga bagaimana yang terjadi apabila manusia tidak melakukan hal-hal positif untuk masa depan. Jurang ekologi akan semakin dalam, kesenjangan sosial semakin lebar, begitu juga jurang spiritual. [BYU]

Universitas Prasetiya Mulya Lepas 851 Lulusan Terbaik

Mengusung tema “Rediscovering Open­ness in The Age of Connected Intelligent Technologies”, Civitas Academica Universitas Prasetiya Mulya melepas 851 lulusan terbaiknya dalam wisuda yang digelar di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (10/12/2019).

Para lulusan terbaik tersebut terdiri atas 690 wisudawan tingkat Sarjana angkatan 2015 (59 S-1 Accounting, 407 S-1 Business Management, 28 S-1 Event, 63 S-1 Finance & Banking, dan 133 S-1 Branding) dan 161 wisudawan tingkat Magister Manajemen angkatan 2017. Khususnya di program S-1 Event, seluruh wisudawan lulus dengan membawa sertifikasi bidang event management yang diakui secara internasional dari Asia Pacific Institute for Events Management (APIEM).

Agatha Pricilla S M salah satu lulusan angkatan pertama S-1 Event Prasetiya Mulya.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 131 wisudawan S-1 dan 10 wisudawan S-2 menerima predikat cumlaude dan berbagai penghargaan seperti The Best Academic in Major dan Best Contribution. Sejalan dengan moto “Collaborative Learning by Enterprising”, Prasetiya Mulya memosisikan mahasiswa dan para lulusannya sebagai pemacu kewirausahaan yang mampu membawa difusi pengetahuan baru kepada masyarakat, terutama di dunia bisnis.

Gwyneth Evelyn SM, lulusan Program Studi Manajemen Konsentrasi Manajemen Bisnis yang lulus dengan predikat Cum Laude, merasa bangga menjadi bagian dari keluarga besar Universitas Prasetiya Mulya. “Saya sangat bersyukur dan merupakan kehormatan bagi saya menjadi bagian dari Prasetiya Mulya 2015. Di mana ada kesempatan, di situ hadir sebuah tanggung jawab. Di kampus tercinta ini, kita telah banyak menerima, baik pengetahuan, kemampuan, maupun pengalaman. Untuk itu, saya mengajak kita semua bertanya kepada diri sendiri, apa yang dapat kita berikan. Saya yakin, kita memiliki sesuatu untuk diberi.”

Kesan dan pesan oleh Gwyneth Evelyn S M Lulusan Kontributor Terbaik Program Studi Manajemen dan dengan predikat Cum Laude.

Kontributor Terbaik Program Studi Manajemen ini juga mengajak lulusan lainnya untuk terus mengembangkan diri. “Saya yakin, kita semua akan menjadi insan yang berguna bagi banyak orang dengan cara masing-masing, kita juga dipanggil untuk hal-hal besar. Mari kita fokus untuk belajar menjadi lebih baik, dimulai dari diri kita sendiri.”

Semangat keterbukaan

“Melalui tema ‘Rediscovering Openness in The Age of Connected Intelligent Technologies’, Prasetiya Mulya ingin menanamkan semangat keterbukaan kepada lulusannya untuk bersama mendorong Indonesia menaklukkan tantangan zaman dengan mengedepankan semangat keter­bukaan melalui kolaborasi teknologi, ilmu pengetahuan, serta kewirausahaan agar dapat terus bersaing dan menghadirkan inovasi di bidangnya,” ujar Rektor Universitas Prasetiya Mulya Prof Dr Djisman S Simandjuntak.

Sementara itu, berbagai prestasi dan penghargaan bidang akademik maupun non-akademik juga diraih oleh para mahasiswa tingkat Sarjana sepanjang 2019, di antaranya The World Orchestra Festival, Asia Youth International Model United Nation, Pemilihan Putera Puteri Kebudayaan Indonesia, Food in Action, National Invention Project Contest, dan AFECA MICE Youth Challenge.

Suasana meriah di Wisuda Prasetiya Mulya 2019.

Adapun keseluruhan prestasi yang berhasil diraih Prasetiya Mulya sepanjang 2019, yaitu sejumlah 83 prestasi, baik tingkat nasional maupun internasional. Prasetiya Mulya juga menorehkan prestasi secara institusi antara lain Juara II Bidang Efisiensi Energi Kategori Bangunan Hemat Energi – Gedung Baru pada 27 September 2019 yang diselenggarakan oleh Kementerian ESDM, dan mendapatkan sertifikat Greenship Gedung Baru peringkat Platinum pada 28 Maret 2019 dari Green Building Council Indonesia (GBCI).

“Seluruh sivitas akademika Prasetiya Mulya turut bangga atas pencapaian para lulusan tahun ini. Mereka tidak hanya mampu menyelesaikan jenjang studi, tetapi juga berhasil menorehkan prestasi di berbagai bidang yang menambah keyakinan dan optimisme kami bahwa 851 lulusan ini bisa bersaing dan menghadapi berbagai tantangan pada masa depan, khususnya dalam menemukan kembali keterbukaan yang akan menjawab kebutuhan Indonesia dalam perkembangan zaman dan teknologi,” pungkas Prof Djisman. [BYU]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 15 Desember 2019.