Di masa pandemi ini, muncul tantangan dunia pendidikan dalam literasi digital, khususnya terkait sistem pembelajaran, satuan pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan, serta terkait peserta didik. Selain murid, guru dan orangtua harus selalu berusaha mengikuti perkembangan teknologi.
Mengikuti teknologi bukanlah dengan membeli perangkat terbaru, tetapi dengan mengetahui apa saja yang bisa dilakukan perangkat tersebut. Menari tahu apa saja manfaatnya dan apa saja bahayanya sehingga orangtua bisa menentukan penggunaan perangkat teknologi tersebut oleh anaknya. Tentu saja kita harus mengarahkan penggunaan teknologi ke arah yang bermanfaat.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Literasi Digital Bagi Tenaga Didik dan Anak Didik di Era Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat, 5 November 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Trisno Sakti Herwanto (IAPA), Alviko Ibnugroho (Financologist, Motivator Keuangan dan Kejiwaan Keluarga, dan IAPA), Arfian (Dosen Universitas Azzahra Jakarta dan Konsultan SDM), Adetya Ilham (Kaizen Room), dan Komo Ricky (Aktor, Host, dan Presenter) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Arfian menyampaikan bahwa literasi digital merupakan kemampuan memproses informasi, memahami pesan, dan berkomunikasi efektif. Dengan memahaminya, setiap orang atau kelompok masyarakat akan menemukan, mengevaluasi, mengelola, dan membuat informasi secara bijak dan kreatif.
Kemampuan literasi digital sangat dipengaruhi kemampuan literasi, yakni kemampuan membaca, menulis, mencari, menganalisis, mengolah, dan membagikan teks tertulis. Manfaat dari literasi digital adalah mampu meningkatkan kemampuan individu untuk lebih kritis dalam berpikir serta memahami informasi, menambah penguasaan kosa kata individu, dari berbagai informasi yang dibaca.
Literasi digital juga dapat meningkatkan daya fokus serta konsentrasi individu sehingga menjadi hal yang penting bagi siswa-siswi di sekolah. Sebagian besar proses pembelajaran seperti materi pelajaran, bahan bacaan, informasi tugas, dan pengumpulan tugas kini dilakukan melalui internet. Perlu ada penekanan pada keterampilan berpikir kritis sejak usia dini. Artinya, literasi digital perlu diasah sejak dari pendidikan dasar.
“Literasi digital yang dapat dipahami dan diterapkan di sekolah adalah berkomunikasi dengan guru atau teman menggunakan media sosial, mengirim tugas sekolah lewat e-mail, pembelajaran dengan cara online, yakni lewat aplikasi ataupun web, serta mencari bahan ajar dari sumber yang tepercaya di internet,” jelasnya.
Komo Ricky selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa kita harus lebih cepat dalam memahami literasi digital. Selain itu, kita semua sama-sama punya tanggung jawab untuk membagikan informasi untuk bersikap dan bijak dalam berinternet, dan untuk saling mengingatkan.
Di dunia digital ini semuanya ada, bisa menjadi content creator karena semua ilmu bisa dicari di internet. Kalau mau jadi content creator harus melihat passion-nya terlebih dulu karena passion itu sangat penting. Semua kesempatan itu pasti ada karena dunia digital bisa membuka semua pintu. Maka, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya segi positif dari dunia digital ini.
Bisa dimulai dari hobi yang dapat menjadi potensi untuk membuka peluang. Lakukanlah dengan niat yang baik, maka hasilnya juga akan baik dan bisa berguna untuk banyak orang di masa yang akan datang.
Salah satu peserta bernama Suci Ayu menyampaikan, dunia pendidikan menjadi sektor yang sangat berdampak di masa pandemi ini. Orangtua, siswa, dan guru merupakan segitiga emas yang harus beradaptasi dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh, baik luring maupun daring. Kondisi tersebut mau tidak mau mendorong segitiga emas ini beradaptasi dengan teknologi.
“Bagaimana cara agar segitiga emas ini bisa menggunakan fasilitas digital untuk mentransformasi data dan informasi yang perlu di akses?” tanyanya.
Pertanyaan tersebut dijawab Alviko Ibnugroho. Belajar terus. Anak, guru, dan orangtua semuanya harus belajar. Dengan belajar, kita menjadi kreatif. Guru kini dituntut kreatif, maka muridnya juga dituntut kreatif, tidak perlu menunggu siapa yang duluan. Pahami bahwa kini tidak ada salahnya murid memberi saran kepada gurunya.
“Mengenai cara bicara kepada pihak orangtua, kata kuncinya masuk akal karena orang tua tidak mau digurui tapi maunya masuk akal dengan bukti dan data. Gunakan pilihan kata-kata yang baik dan tidak menyinggung. Di era sekarang memang dibutuhkan kolaborasi antara guru, orangtua, dan anak-anak,” jawabnya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]