Media digital adalah ruang umum, di mana terdapat juga aplikasi media digital seperti website, media sosial, gambar dan video digital, dan podcast. Media atau aplikasi penghasil uang juga ada. 

Tidak salah menghasilkan uang di ranah digital, asalkan menjaga etika seperti tidak spamming chat dan grup, melakukan pemaksaan, random tag dan mention, mengutip karya orang tanpa izin atau tanpa kredit, serta meggunakan clickbait pada judul. Di ranah digital haruslah bertanggung jawab, memiliki empati, mengutamakan keaslian pada konten, serta menerapkan kearifan dan integritas.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Kenali Jenis Aplikasi Tepat dan Menguntungkan di Ruang Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat, 5 November 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring. 

Dalam forum tersebut hadir Andri Putra Kesmawan (Ketua Pengurus Pusat Perkumpulan Relawan Jurnal Indonesia), Jeffry Yohanes Fransisco (CEO JFAutowear), Widiasmorojati (Entrepreneur), Maryam Fithriati (Co-Founder Pitakonan Studio and Management dan Pegiat Literasi Komunitas), dan Gusto Lumbanbatu (Grand Finalis The New L-Men of The Year 2020) selaku narasumber. 

Dalam pemaparannya, Widiasmorojati menyampaikan bahwa tantangan yang dihadapi di era digital ini adalah personalitas yang berwujud pada kepuasan, egoisme tinggi, idealisme berlebihan, kurang analisa, kurang pengalaman, dan tidak focus. Pencarian jati diri inilah yang menjadikan kebanyakan pengguna media digital menjadi overreacting, overconfident, dan kehilangan identitas. 

Moralitas berwujud pada kurangnya kesadaran akan hal baik dan buruk, yang boleh dilakukan dan dilarang, serta yang harus dilakukan dan tidak pantas dilakukan. Profesionalitas berwujud pada suatu sikap yang bertujuan untuk dapat memberikan suatu bentuk tanggung jawab, komitmen, dan integritas. Maka solusi yang harus dilakukan adalah remediasi, perbaikan pola pikir, sikap, dan perilaku mengikuti perkembangan teknologi. 

“Hal yang kedua adalah toleransi, yaitu menghargai perbedaan dan perubahan kultur, serta berpartisipasi dan berkontribusi untuk tujuan Indonesia makin cakap digital. Terakhir adalah scale up, yang berarti meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam membaca, menulis, berbicara, berhitung, juga memecahkan masalah. Kita harus selalu kreatif dan produktif dengan tetap menjunjung tinggi nilai budaya dan moral bangsa berlandaskan Pancasila,” jelasnya.

Gusto Lumbanbatu selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa dari digital marketing bahkan absen kantor kini menggunakan aplikasi. Oleh karena itu, kita harus bisa mengecek aplikasi mana yang bagus buat kita. Jangan sampai kita latah ibaratnya aplikasi yang tidak verified lalu kita menggunakan data pribadi kita di aplikasi tersebut karena akan sangat berbahaya kalau data kita tersebar. 

Kita juga jangan latah menginstal aplikasi. Lihat ulasan dan rating agar lebih preventif untuk tidak menjadi korban kejahatan siber, dan jangan lupa periksa izin aplikasi. Jadi, kita sebagai generasi zaman ini bukan berarti kita merasa paling pintar harus tetap rendah hati dan haus pengetahuan agar bisa mengantarkan kita ke profesi dan hobi yang sesuai dengan minat kita.

Salah satu peserta bernama Daniel Geofarih menyampaikan, “Saat ini banyak aplikasi aplikasi penghasil uang yang bermunculan. Rata-rata dari para pengguna tidak memikirkan dampak dari apa yang akan terjadi di aplikasi tersebut, karena posisi ekonomi yang mendesak. Kalau sudah seperti ini apa yang dapat dilakukan agar para pengguna lain tidak terjebak di hal yang sama?”

Pertanyaan tersebut dijawab Jeffry Yohanes Fransisco. Mereka karena terdesak ekonomi. Mungkin zaman dulu secara konvensional sudah ada cara mencari uang dengan cara tidak benar, tapi sekarang bentuknya digital seperti link. Hal yang jadi masalah adalah kita mudah terkecoh, seperti yang terjadi dalam kasus-kasus pinjaman online

“Semua ini kembali ke manusia secara pribadi. Kalau mau beli atau tidak kembali ke diri kita. Kita saat ini banyak mau atau inginnya saja. Jangan sampai terkecoh dan harus menerapkan cara pikir yang lebih berpikir mengenai jangka panjangnya,” jawabnya.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]