Kasus pornografi dan pelecehan seksual di Indonesia meningkat semenjak pandemi. Menurut catatan tahunan Komnas Perempuan 2021, ada 940 kasus yang dilaporkan langsung ke Komnas Perempuan sepanjang tahun lalu, meningkat dari tahun sebelumnya 2019 sebanyak 241 kasus. 

Di satu sisi kita memiliki kebebasan berekspresi dengan boleh mengakses apapun karena dalam dunia digital kita banyak sekali diberikan hak mengakses, hak mencari informasi, dan lain sebagainya. Namun, ternyata ada penyalahgunaan di dalamnya termasuk kasus pornografi dan pelecehan seksual.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Cegah dan Tangkal Bahaya Pornografi dan Pelecehan Seksual di Internet”. Webinar yang digelar pada Kamis, 30 September 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring. 

Dalam forum tersebut hadir Jota Eko Hapsoro (Founder dan CEO Jogjania.com), Dr Indraswari MA (Dosen FISIP Unpar dan IAPA), Anggoro Yudo MSi (Peneliti Rumah Sinergi), Maryam Fithriati MSW (Co-Founder Pitakonan Studio dan Management serta Pegiat Literasi Komunitas), dan Drg Stephanie Cecillia MIKom (Founder Mediccation.id 2nd MGI 2018) selaku narasumber. 

Dalam pemaparannya, Jota Eko Hapsoro menyampaikan bahwa seharusnya dalam menghadapi era digital kita memang harus mempunyai banyak sekali skill. Salah satunya dimulai dari menggunakan berbagai macam gadget seperti laptop dan ponsel. Namun, skill lain yang dibutuhkan di era digital ini antara lain dalam mencari dan memilah informasi, menggunakan media sosial, melakukan transaksi digital, dan produktif dalam membuat konten-konten yang positif. 

“Namun, sayangnya skill-skill tersebut juga sering dipakai untuk tujuan yang negatif, salah satunya untuk penyebaran konten-konten pornografi. Mulai dari memanipulasi mesin pencari dan juga beberapa kasus untuk mengakses sebuah konten pornografi. Maraknya pelecehan seksual di internet karena banyak yang sebelumnya sudah terpapar pornografi. Apalagi kalau sudah kecanduan pasti akan muncul hasrat bagaimana mencoba apa yang ditontonnya tersebut,” jelasnya.

Stephanie Cecillia selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa terkait dampak negatif dari adanya internet menurutnya adalah sebagai mantan pelaku pageant, ia betul-betul mengalami sesuai tema yang dibahas hari ini. Apapun yang dilakukan saat kompetisi di ajang kecantikan betul-betul di-stalking, memberikan komentar-komentar yang negatif, bahkan sampai mengancam untuk membicarakan hal-hal yang bersifat privasi. 

Tema pembahasan hari ini merupakan satu fenomena yang mungkin masih dianggap sepele dan biasa saja. Namun, pada kenyataan di lapangan banyak sekali oknum di luar sana yang ketika mendapat hal seperti pelecehan seksual tersebut langsung masuk ke mental dan bisa menyebabkan depresi.

Salah satu peserta bernama Manda menyampaikan, seandainya kita menjadi korban pelecehan seksual digital dan kita melaporkannya, sejatinya kita akan mendapatkan perlindungan hukum. Namun yang terjadi di masyarakat kita pada umumnya justru korban mendapatkan lebih banyak perundungan. 

“Sebaliknya, jika kita diam saja, pada akhirnya masyarakat tidak tereduksi. Jadi pilihan apakah yang paling baik yang harus kita lakukan?” tanyanya.

Jota Eko Hapsoro menjawab, jika pelecehannya hanya sebatas kata-kata, mungkin kita bisa memblokir orang tersebut dan melaporkannya. Jadi, bagaimanapun caranya akun tersebut agar langsung di-suspend atau di-banned

“Namun jika pelecehannya sudah mengarah ke pemerasan yang paling pertama jika kita ingin speak up, jangan sampai kita mengumbar nama atau alamat pelaku karena bisa dijadikan sebagai alat untuk menyerang balik. Sebaiknya ceritakan terlebih dulu kepada keluarga atau melapor ke lembaga yang concern terkait kasus-kasus tersebut,” jawabnya.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]