Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Strategi Belajar, Mengelola Motivasi dan Stress Saat Belajar Online”. Webinar yang digelar pada Kamis, 7 Oktober 2021 di Kabupaten Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Adhi Wibowo (Praktisi Pendidikan), Bambang Kusbandrijo (Dosen UNTAG Surabaya dan Pengurus DPP IAPA), Yuni Wahyuning (Praktisi Pendidikan), dan Anang Masduki (Dosen Ilmu Komunikasi UAD).
Adhi Wibowo membuka webinar dengan mengatakan ada beberapa kendala belajar online. “Di antaranya jaringan internet, media yang monoton membuat bosan, materi yang ditampilkan sesuai dengan buku, tidak interaktif, perilaku murid sulit dipantau, kurangnya koordinasi para guru, sehingga pemberian tugas bertumpuk.”
Menurut Adhi, solusinya adalah jika lokasi rumah siswa sulit terjangkau jaringan internet, maka sarankan siswa untuk bergabung dengan temannya yang memiliki jaringan wifi di rumahnya, bagi yang kuotanya minimalis bisa mencari lokasi yang memiliki jaringan free wifi, misalnya kantor kelurahan dan kecamatan.
Lalu gunakan media pembelajaran yang variatif dan interaktif, jika menggunakan media yang live, perilaku siswa dapat dipantau, siswa diberi tugas untuk mencari dan membaca materi yang akan diajarkan esok hari, sehingga materi akan lebih mudah diserap oleh siswa.
Bambang Kusbandrijo menambahkan, sejumlah peneliti di Clemson University South of Carolina, mendapati temuan bahwa sejumlah mahasiswa menghadapi penurunan motivasi belajar, kecemasan, stres, hingga gejala depresi.
“Kiat berprestasi di masa pandemi yakni memanfaatkan piranti pendukung dengan maksimal, meningkatkan soft skill, berdiskusi demi menambah wawasan, mempelajari cara orang berprestasi, jangan takut gagal. Informasi dan sumber belajar sudah ada di tangan mereka, tugas kita membantu mereka mengolah sumber belajar di ruang digital ini menjadi kekuatan dan peluang mereka untuk maju dan mandiri,” katanya.
Yuni Wahyuning turut menjelaskan, budaya digital merupakan kemampuan individu dalam membaca, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
“Dulu pendidikan memfasilitasi murid belajar untuk mengikuti ujian dan mendapat nilai. Sekarang, pendidikan memastikan murid menguasai kompetensi dan melatih keterampilan hidup,” tuturnya.
Guru yang cakap digital adalah guru yang mampu menerapkan budaya digital di dalam proses pembelajaran, sehingga membangun motivasi siswa dalam proses belajar secara online atau offline sehingga ada feedback dalam proses pembelajaran dan kelas menjadi aktif.
Menurutnya, agar terhindar dari stres, bicaralah saat mengalami kesulitan jangan dipaksakan. Tanyakan pada orangtua, guru, atau teman. Minta bantuan kepada siapapun yang kita percaya, karena dukungan akan tersedia selama kita memintanya.
“Ajukan pertanyaan kepada guru tentang pelajaran yang tidak dipahami. Mari kita selalu berpikir positif, membuka diri pada perubahan budaya saat ini dengan memegang teguh Pancasila dan Bhinneka tunggal Ika dalam proses kehidupan sehari-hari,” paparnya.
Sebagai pembicara terakhir, Anang Masduki mengatakan bahwa fungsi digital yaitu untuk komunikasi. “Jejaring sosial bisa tercipta melalui media sosial baik teman lama atau teman baru. Bangun kreativitas banyak ide yang bisa dilihat dikebangkan oleh anak.”
“Sementara dampak negatif internet jika tanpa pengawasan yaitu kesulitan mengenali emosi, perkembangan otak anak tidak berkembang, perkembangan bahasa pada anak dapat tertunda,” jelasnya.
Dalam sesi KOL, Mohwid mengatakan, hal positif yang dirasakan melalui internet tentunya kita mudah mendapatkan informasi apapun. “Informasi bisa kita dapatkan untuk belajar, untuk pendidikan, untuk pekerjaan bahkan untuk hobi tinggal bagaimana untuk mengeksplor hal yang positif.”
Salah satu peserta bernama Laras Maryanti menanyakan, menurut beberapa siswa, belajar online terasa lebih melelahkan daripada belajar di sekolah. Bagaimana cara mengajar mengatasi hal tersebut?
“Menurut saya ketika sedang belajar kita itu harus juga menyadari bahwa internet dan gadget-gadget ini hanya alat. Sebenarnya kita sama ketika belajar di ruang kelas. Kalau di kelas pandangan kita akan lebih bebas, kalau kita belajar dengan gadget itu mata kita akan terfokus pada layar ini yang menyebabkan kita cepat lelah makanya dari itu saya menyarankan untuk mengistirahatkan mata 20 atau 30 menit,” jawab Adhi.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]