Program perjalanan narasi akal pemikiran, nalar, dan logika Bernalar Berdaya yang diadakan MudaBerdaya pada Februari 2024 di SMAN 50 Jakarta berlangsung meriah.
Diikuti oleh 100 orang peserta yang terdiri atas murid dan guru, acara Bernalar Berdaya dibuka oleh perwakilan guru SMAN 50 Jakarta Arif dan disusul oleh Co-Founder MudaBerdaya Ryan Batchin. Ryan membagikan pengenalan mengenai MudaBerdaya, aktivitas serta dampak dan harapan yang dapat diberikan oleh MudaBerdaya kepada anak muda di Indonesia dalam membangun penalaran yang cerdas, kritis, logis, dan sistematis.
Dalam sesi Literasi, ada 4 sesi yang diisi oleh 4 orang narator yang membagikan pemikiran, gagasan, dan argumentasinya bagi para peserta. Naftalie Tiara dengan judul narasi “Di Balik Layar SMA”, membagikan pengalamannya sebagai siswi SMA mengungkapkan, kehidupan sekolah yang tampak seru dan menyenangkan tetapi terkadang penuh dengan tantangan dan tuntutan yang dapat memicu overthinking. Melalui ceritanya, Naftalie menekankan pentingnya manajemen waktu dan selalu berusaha dengan upaya yang terbaik dalam menghadapi tantangan tersebut.
Pada sesi berikutnya, Daniel Limantara selaku pendiri media Neo Historia, mengangkat narasi dengan judul “Belajar Sejarah, Masa Depan Cerah”. Daniel menyoroti pentingnya mempelajari sejarah tidak hanya sebagai cerita masa lalu, tetapi juga bahan pembelajaran untuk membangun masa depan yang lebih baik. Beliau memberikan contoh bagaimana tokoh-tokoh besar, seperti Napoleon, Julius Caesar, dan Aleksander Agung juga belajar dari sejarah untuk mencapai kesuksesan. Hal ini menunjukkan bahwa sejarah bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja yang ingin mencapai kesuksesan, tak terkecuali untuk anak muda.
Sesi ketiga dengan judul narasi “Berselancar Beretika agar Lebih Berdaya” dibawakan oleh Galih Smarapradipha selaku perwakilan Harian Kompas yang membahas tentang pentingnya etika digital di era sekarang. Galih membagikan empat pilar digital yang perlu diketahui oleh kita sebagai pengguna internet, antara lain kecakapan digital, keamanan digital, budaya digital, dan etika digital. Sayangnya, berdasarkan data, terjadi penurunan indeks terkait etika digital di Indonesia yang menunjukkan kurangnya kemampuan dalam berempati dan bersikap bijak dalam beraktivitas digital di Indonesia terutama dalam menggunakan media sosial. Galih juga mengingatkan tentang berbagai tantangan, seperti hoaks, phishing, dan cyberbullying, serta menekankan pentingnya meninggalkan jejak digital yang positif.
Pada sesi terakhir, Stevie Thomas selaku Founder MudaBerdaya dengan judul narasi “Manusia Palsu” mengangkat isu tentang kepalsuan dalam hidup yang marak terjadi pada era media sosial. Beliau membahas bahwa saat ini kita hidup dikelilingi oleh banyak kepalsuan, bahkan kepalsuan yang terjadi tidak hanya terkait dengan hal yang terlihat, tetapi juga sudah masuk ke dalam cara berpikir kita.
Stevie Thomas juga menjelaskan apa saja akar utama munculnya kepalsuan dalam hidup kita sehari-hari, yang diakibatkan oleh kompetisi sosial, sifat selalu membandingkan diri dengan orang lain, pengaruh media sosial yang negatif, lemahnya kepribadian dan nilai yang dipegang, serta sistem pendidikan yang kurang mendukung pengembangan pemikiran yang kritis dan logis.
Program Bernalar Berdaya diharapkan, selain memberikan wawasan baru, dapat menginspirasi peserta untuk mengembangkan sikap berpikir kritis dan logis serta bernalar sehat dalam menghadapi tantangan dan fenomena yang terjadi di kalangan anak muda saat ini.