Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Media Digital Sebagai Wahana Aktualisasi Pelajar”. Webinar yang digelar pada Kamis, 23 September 2021 di Kabupaten Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Indah Wenerda SSn MA (Dosen Universitas Ahmad Dahlan), Khuriyatul Husna MPA (Universitas Lancang Kuning), Nanang Fatchurochman (Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Banten), dan Dr Ayuning Budiati SIP MPPM (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa).

Indah Wenerda membuka webinar dengan mengatakan kaum muda sangat lihai dalam memilah jenis informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. “Lebih dari itu, mereka mampu menilai kebenaran suatu informasi. Untuk mendapat informasi digital, mereka dapat melakukan navigasi menggunakan perangkat digital yang mereka miliki. Tidak sekedar itu, mereka juga memiliki kemampuan kritis dalam proses tersebut.”

Menurutnya, di balik kaum muda sebagai konsumen ada relasi aktif, kreatif, dan produktif yang dapat dihasilkan dari pemakaian komoditas secara aktual. Anak muda sebagai agen perubahan bukan generasi yang enggan menyumbangkan gagasan, baik lisan maupun tulisan.

Khuriyatul Husna menambahkan, generasi digital adalah generasi dari orang yang tumbuh di era teknologi. Internet hampir tidak mungkin memisahkan anak-anak dari telepon pintar karena melalui perangkat tersebut mereka terhubung dengan informasi, hiburan, teman, keluarga, dan tidak bisa hidup tanpa hal itu.

Anak-anak bahkan membawa telepon saat ke toilet dan tidur dengan telepon di bawah bantal mereka. Di dunia sebagian besar aktivitas online anak-anak adalah bermain game, menonton film/video, berkomunikasi melalui jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram, serta chatting melalui Whatsapp dan Viber.

“Maka diperlukan etika digital untuk aktualisasi diri. Etika digital adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.

Perlu netiket atau tata krama/aturan dalam menggunakan internet, sebab manusia (baik didunia real dan maya) berasal dan memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya.

Perilaku netiket yang baik yakni mengakses hal -hal yang baik dan bersifat tidak dilarang, menghormati keberadaan dan privasi orang lain, menghargai karya orang lain, memberi saran atau komentar yang baik. Sementara perilaku yang buruk yakni menyebarkan berita hoaks, cyberbullying, plagiarism.

Nanang turut menambahkan, pada era keterbukaan informasi seperti saat ini, masyarakat disuguhkan pada segala jenis informasi tanpa batas. Media Digital mengekspos berbagai informasi serta tayangan hiburan dengan skala yang massif.

“Media digital berdampak pada pembentukan karakter masyarakat yang mengacu pada tayangan-tayangan tersebut. Karakter anak remaja selalu aktif dalam mencari informasi, menyukai hal-hal yang baru, serta senang mendapatkan hiburan,” katanya.

Berdasarkan karakteristik remaja tersebut, dipandang perlu untuk memberikan bekal pengetahuan bagi mereka dalam mengkonsumsi informasi dan memilih media digital sebagai sarana aktualisasi diri.

Sebab, anak remaja merupakan usia potensial yang dapat digerakkan menjadi agent of change sehingga dapat memberikan perubahan tidak hanya bagi diri sendiri, melainkan juga bagi orang-orang yang tinggal di sekelilingnya.

Sebagai pembicara terakhir, Ayuning Budiati mengatakan, aktualisasi adalah bersifat mandiri, realistis, suka memecahkan masalah, memiliki empati, menghargai proses, jujur.

“Aktualisasi diri di ruang digital, perlu dilakukan secara aman. Hal-hal yang harus diperhatikan selalu log out setelah menggunakan medsos atau aplikasi pembelajaran, aktifkan pengaturan privasi di akun pribadi, hapus history penelusuran internet,” jelasnya.

Dalam sesi KOL, Decky Tri mengatakan, kita sebagai generasi milenial sebenarnya beruntung banget ada di masa sudah terekspos internet. “Sebenarnya banyak potensi yang digunakan dalam internet ini misalnya untuk pengembangan media kita atau pengembangan diri, membuat diri kita menjadi agent digital.”

Salah satu peserta bernama Baharudin Zulfikar menanyakan, bagaimana cara kita khususnya generasi milenial dalam memaksimalkan peran internet agar dapat mengembangkan softskill dan juga hardskill?

“Internet teknologi memang ibarat pisau bermata dua positifnya ada negatifnya. Tantangannya ketika berinternet itu harus diantisipasi. Untuk softskill ini kaitannya dengan kepribadian bagaimana bisa memanajemen waktu dengan baik. Hardskill, keterampilan yang bisa diwujudkan dengan belajar,” jawab Indah.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]