Sebagai pengguna media digital, perlu diketahui bahwa terdapat berbagai tantangan konten media digital, seperti adanya konten yang tidak sesuai usia, ilegal, tidak valid atau kredibel, mempromosikan perilaku berbahaya, ujaran kebencian, berisi pemasaran yang tidak pantas, bersifat tidak adanya privasi, melakukan pelanggaran hak cipta, berisi nasihat yang membahayakan, pencurian identitas, penipuan uang/komersial, pedofilia, bullying, dan bahkan pencurian data profil.

Terkait dengan itu, untuk melawan segala konten negatif di internet, diperlukan semakin banyaknya konten positif yang dibuat oleh para pengguna media digital guna membanjiri ruang digital dengan hal yang baik dan bermanfaat.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Konten Positif yang Siap Viral”. Webinar yang digelar pada Jumat (22/10/2021), pukul 14:00-16:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Yolanda Presiana Desi, S.I.P., M.A. (Dosen Sekolah Tinggi Multi Media MMTC Yogyakarta & Japelidi), Bonny Prasetia Ajisakti (Program Director Swaragama Group & Sekjen Forum Diskusi Radio Indonesia), Mathori Brilyan (Art Enthusiast & Aktor), Athif Thitah Amithuhu (Media Sastra Online Ceritasantri.id), dan Ade Wahyu (Jurnalis & Content Creator) selaku narasumber.

Etika digital

Dalam pemaparannya, Mathori Brilyan menyampaikan, “Penting untuk membangun etika digital untuk kehidupan masyarakat, agar bangsa Indonesia menjadi lebih baik khususnya dalam berinteraksi di dunia digital. Perlu diketahui bahwa ada beberapa macam etika, seperti etika berbahasa produktif; percakapan di ruang digital berpeluang untuk saling memberikan semangat positif. Berbahasa adalah bagian dari menjadi insan digital yang berbudaya. Kemudian ada etika mengapresiasi sebuah karya, di mana memberikan apresiasi untuk sebuah konten digital sangat diperlukan.”

“Tentu dengan mengedepankan etika berkomunikasi, jika mengkritik akan memiliki landasan dan tujuan yang jelas. Setelah itu, ada pula etika berkolaborasi yang merupakan salah satu kunci untuk lebih produktif dan menjadikan media digital sebagai media belajar untuk memanusiakan manusia sebagai sesama insan digital. Jangan lupa bahwa ada etika menghormati hak cipta, di mana kita sebagai insan digital harus menyadari bahwa setap karya memiliki legitimasi dari pencipta dan pendukungnya. Kita mesti bercakap untuk menghargai setiap ciptaan atau konten digital. Terakhir adalah etika berbudaya produktif; berbudaya adalah kunci untuk menciptakan konten positif hingga menjadi produktif. Oleh karena itu, kita harus mengedepankan etika, kreativitas, dan kemanusiaan, yang merupakan pijakan penting untuk mencapai kehidupan berdigital yang lebih baik.”

Ade Wahyu selaku narasumber Key Opinion Leader menyampaikan, sebaiknya sebagai pengguna digital yang bijak dan baik, jika menemukan konten yang dari judulnya sudah provokasi maka jangan dilihat. Kalau semakin dilihat maka semakin banyak penghasilannya, janganlah dilihat atau dicaci maki, tapi diabaikan saja. Buatlah konten dengan standar yang lebih baik, banjiri internet dengan konten-konten yang positif agar bermanfaat. Ruang digital harusnya memudahkan kita, menjadikan aktivitas sehari-hari kita lebih efektif dan efisien. Ketika kita mulai berani dulu untuk memproduksi konten sesuai dengan minat dan skill masing-masing, manfaatkan sesuai dengan keahlian. Ketika membuat konten maka harus berhati-hati, jangan sampai menjiplak karya orang lain; boleh menjadikan konten orang lain sebagai referensi, tetapi harus dikembangkan lagi supaya ada perbedaannya.

Konten negatif

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Pradana menyampaikan pertanyaan, “Saat ini banyak sekali kita jumpai konten yang tidak mendidik. Banyak juga pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa memahami dan mengolah informasi dengan baik dan hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh dengan digitalisasi. Bagaimana mengedukasi generasi milenial dan masyarakat pada umumnya untuk dapat membuat konten yang tidak hanya kreatif dan inovatif, tetapi juga memiliki nilai positif?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Yolanda Presiana Desi, S.I.P., M.A. “Bisa kita mulai dari diri sendiri, karena bagaimana kita bisa mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu kalau kita sendiri tidak bisa melakukan. Konten-konten negatif tetap ada dan diibaratkan dengan virus, maka perbanyaklah konten positif, buatlah konten positif dengan berkolaborasi dengan komunitas-komunitas. Hal ini bisa menjadikan motivasi untuk orang lain.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.