Saat ini, memata-matai (cyberstalking) seseorang sangatlah mudah karena adanya media sosial. Jika hal tersebut terus-menerus terjadi, privasi seseorang tentunya akan semakin terancam dan ekosistem digital akan menjadi tidak nyaman bagi sesama pengguna media digital.

Untuk mengantisipasi hal-hal itu, kita harus mengetahui prinsip bahwa dengan penggunaan ruang digital akan meninggalkan jejak digital sehingga pastikan selalu gunakan untuk hal positif. Aplikasi media sosial saat ini sudah menginginkan data sepenuh-penuhnya dan sedetail-detailnya terhadap penggunanya. Agar tidak terjebak dan menjadi korban pencurian data, kita sebagai pengguna media digital perlu berbekali literasi digital.

Menyikapi hal itu, lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Mata–Mata Dunia Maya, Pahami Dampaknya!” Webinar yang digelar pada Jumat (17/9/2021), pukul 14.00-16.30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut, hadir Samuel Berrit Olam (Founder dan CEO PT Malline Teknologi Internasional), Andrea Abdul Rahman Azzqy SKom MSi MSi(Han) (dosen Universitas Budi Luhur Jakarta), Eva Yayu Rahayu (konsultan SDM dan praktisi keuangan IAPA), Bondan Wicaksono (akademisi dan pegiat masyarakat digital), dan Ronald Silitonga (musisi) selaku narasumber.

Faktor penyebab

Dalam pemaparannya, Bondan Wicaksono menyampaikan, “Faktor mata-mata di dunia maya disebabkan beberapa hal. Pertama, faktor politik untuk mencari informasi tentang lawan. Kedua, faktor ekonomi, mengingat latar belakang ekonomi orang bisa melakukan apa saja dengan kecanggihan dunia siber. Kejahatan semakin mudah dilakukan hanya dengan modal keahlian di bidang komputer.”

“Lalu faktor ketiga adalah kemajuan teknologi informasi yang semakin canggih dan mendorong rasa ingin tahu para pencinta teknologi untuk melakukan eksperimen. Sumber daya manusia banyak memiliki potensi dalam bidang teknologi informasi (TI) yang tidak dioptimalkan sehingga mereka terdorong melakukan kejahatan siber,” ujarnya.

Ronald Silitonga selaku narasumber key opinion leader menyampaikan, banyak hal baru yang bisa didapatkan dari program webinar literasi digital saat ini. Semakin banyak waktu yang digunakan di media sosial akan semakin banyak pengaruhnya dalam kehidupan nyata pula. Oleh karena itu, kembali ke diri masing-masing untuk membatasi diri sendiri. Gunakan semaksimal mungkin informasi yang diterima untuk hal-hal yang berguna dan positif.

Sebelum belajar perlindungan digital dari program ini, ia bercerita bahwa ia pernah menerima e-mail notifikasi untuk reset password Instagram dan mengaktifkan two factor authorization, dan sejak itu ia selalu mengubah password/sandi secara berkala.

Kadang untuk membuat orang sadar harus mengalami langsung ancaman kejahatan digital tersebut, sehingga lebih baik mencegah daripada menanggulangi. Untuk berkontribusi di ruang digital yang aman dan nyaman, harus didasari oleh pemahaman literasi digital yang kuat.

Edukasi

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Shelly Indah Pratiwi menyampaikan pertanyaan, “Di masyarakat desa saat ini, ruang digital apalagi terkait etika digital masih menjadi hal awam atau asing yang belum tersebar dengan baik. Adanya program literasi ini pun masih belum memadai bagi warga perdesaan karena belum terpenuhinya teknologi, belum optimalnya jangkauan jaringan, atau mungkin keuangan yang pas-pasan. Dengan fenomena itu, bagaimana langkah saya sebagai pengguna internet agar mampu membangkitkan serta menyebarkan ilmu literasi digital di lingkungan desa saya yang mungkin dari saya sendiri masih terbatas dalam hal biaya?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Andrea Abdul Rahman Azzqy SKom MSi MSi(Han). “Telepon genggam sudah dimiliki oleh hampir seluruh orang, tetapi smartphone jika di luar daerah urban masih banyak yang belum dimiliki. Cara penyebarannya dengan melalui apa yang kita bisa, apa yang kita ketahui, baik secara oral maupun tulis. Dasar dari penyebaran informasi bisa melalui berbagai hal, kembali pada niatan seberapa besar kita ingin membantu orang-orang terpencil tersebut. Dengan adanya edukasi dari awal, ketika memiliki atau menggunakan perangkat digital, mereka langsung mengetahui bagaimana perangkat itu berkerja dan digunakan secara baik dan benar.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.