Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Digitalisasi Sekolah, Tantangan, Peluang dan Terobosan”. Webinar yang digelar pada Kamis, 14 Oktober 2021 di Kabupaten Lebak, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Muhammad Iqbal (Comic Artist dan Ilustrator), Iva Ariani (Dosen Etika Fakultas Filsafat UGM), Puji F Susanti (Founder Rempah Karsa), dan Maryam Fithriati (Co-Founder Pitakonan Studio and Management/Pegiat Literasi Komunitas).

Iva Ariani membuka webinar dengan mengatakan pandemi membuat hidup berubah. “Menurut Selo Sumardjan perubahan sosial adalah perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai- nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok dalam masyarakat.”

Sedangkan menurut perspektif sosiologi dipahami sebagai suatu proses yang selalu dan terus menerus terjadi pada setiap individu atau kelompok dalam ruang lingkup yang luas di masyarakat.

Menurutnya, dunia pendidikan mengalami goncangan yang sangat keras karena harus beradaptasi, teknologi menjadi kunci utama lancarnya proses pembelajaran. Meski begitu, teknologi tidak akan pernah bisa menggantikan pendekatan kasih sayang dan nilai kemanusiaan serta emosional.

“Peran orangtua dengan memberikan arahan dalam hal penggunaan perangkat dan media digital, mengimbangi waktu penggunaan media digital, wawasan ilmu pengetahuan orangtua, memberikan anak perangkat digital sesuai keperluan, memilihkan suatu program atau aplikasi yang positif,” paparnya.

Puji F Susanti menambahkan, pendidikan yang mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi ke dalam proses belajar mengajar dan juga tata kelola pendidikannya. “Adapun tantangan yang dihadapi di era digital yakni kemudahan akses internet, dan bebas terkoneksi tanpa aturan.”

Selain itu, tantangan lain yakni anak lebih pintar dari orangtuanya, anak ingin bebas dan belum paham resiko. Maka diperlukan etika digital, yang merupakan kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiket) dalam kehidupan sehari-hari.

“Netiket adalah segala aturan tata krama dan etika dalam berinteraksi menggunakan media digital dan internet. Pemahaman netiket haruslah kita terapkan sebagai pengetahuan dan sebagai salah satu soft skill yang melekat pada individu maupun sebagai bagian budaya dari institusi. Ketidakpahaman atas netiket bisa menimbulkan dampak negatif yang sangat merugikan, karena internet memiliki jejak digital yang tidak mudah dihapus,” katanya.

Maryam Fithriati mengatakan, kecanduan internet di Indonesia meningkat 5 kali lipat selama pandemi. Dalam menggunakan internet, diperlukan keamanan dan keselamatan digital.

“Tips keselamatan digital untuk anak dan remaja yakni ingatkan anak untuk tidak memberikan informasi pribadi di media digital. Berhati-hati ketika berbagi kontak, alamat rumah, sekolah dan informasi lain yang membuat orang menyalahgunakannya,” tuturnya.

Selain itu, lakukanlah data detoks di http://datadetoxkit.org, beri batasan waktu yang tegas pada anak-anak saat menggunakan media digital untuk meminimalisasi berbagai ancaman keselamatan bagi anak-anak, tidak membuka pesan atau tautan yang diterima, pastikan dahulu kejelasan pengirim dan cek kebenaran website-nya.

Dalam sesi KOL, Michelle Wanda mengatakan, kita harus tetap bisa berkonsentrasi dan fokus walaupun proses pembelajaran saat ini dilakukan secara online. “Ciptakan lingkungan yang aman dan kondusif sehingga kita dapat fokus dalam menyiapkan diri untuk menambah ilmu baru.”

Salah satu peserta bernama Farabi menanyakan, bagaimana atau apa langkah-langkah yang tepat untuk menerapkan digital ethics di dalam pembelajaran terhadap peserta didik?

“Jalin komunikasi yang baik dan tetap mematuhi segala aturan yang ada, jaga etika dalam belajar, walaupun proses pembelajaran dilakukan secara online tapi tetap harus mematuhi aturan atau etika yang ada,” jawab Puji.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Lebak. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]