Tantangan terbesar dalam menghadapi perkembangan zaman ini adalah keamanan dalam mengakses informasi yang ada di internet. Kita sebagai pengguna media digital bebas dalam berpartisipasi secara proaktif menyuarakan isu transformasi digital dan disrupsi dari teknologi informasi, namun tetap perlu mengembangkan dan mempersiapkan diri dari dampak perkembangan digital.

Salah satu caranya adalah dengan menanamkan kesadaran diri pada masyarakat luas untuk adaptif dan menerima bahwa tranformasi digital merupakan sesuatu yang memang sedang terjadi dan keberadaannya sangat penting. Kita harus hadir sebagai generasi digital native yang menjadi agen perubahan mewujudkan pemerataan ekosistem digital positif di Indonesia.

Salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk mendukung ekosistem digital positif adalah dengan menyebarkan informasi baik tentang budaya Indonesia, yang semakin mudah caranya dengan hadirnya internet.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Literasi Digital Sebagai Sarana Meningkatkan Pengetahuan Akan Warisan Budaya”. Webinar yang digelar pada Selasa (6/7/2021) diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Ilham Faris (Kaizen Room), I Putu Putra Jaya Wardana SE MT (MsTR) (Direktur Utama Kawiwara & Konsultan Digital Promotion), Maria Via Dolorosa Pabha Swan SSos NMedKom (dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Nusa Cendana), Adetya Ilham (Kaizen Room), dan Qausar Harta Yudana (aktor dan sutradara) selaku narasumber.

“Digital culture”

Dalam pemaparannya, I Putu Putra Jaya Wardana SE MT (MsTR) menyampaikan, “Digital culture adalah suatu kebiasaan yang penerapannya sudah menggunakan sistem teknologi revolusi industri 4.0.”

Undang-Undang No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya menjelaskan, cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda-benda budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan, paparnya lebih lanjut.

“Kita harus mengerti pentingnya melakukan pelestarian terhadap kebudayaan yang sangat kaya di Indonesia. Manfaatnya adalah dapat meningkatkan harkat dan martabat, memperkuat kepribadian bangsa, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, penting untuk mempromosikan warisan budaya Indonesia di ranah digital untuk menunjukkan bahwa Indonesia sangat mendukung perwujudan ekosistem digital yang baik. Agar pesan dari konten dapat tersampaikan dengan baik, harus memiliki literasi digital terlebih dahulu,” ujarnya.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Sukmawati menyampaikan pertanyaan “Bagaimana cara masyarakat di pedalaman yang masih memakai budaya asli mereka dapat mewariskan ke setiap generasi dalam rangka mempertahankan budaya tersebut sebagai identitas diri dan ikut menunjukkan eksistensi mereka sebagai bangsa indonesia di mata dunia di era digital ini?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Ilham Faris. “Pemerintah harus lebih bijak dan memerhatikan masyarakat di pedalaman. Masyarakat di pedalaman pun harus diberitahukan mengenai informasi terkait literasi digital, agar mereka pun bisa mempertahankan budaya mereka di tengah era transformasi digital.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Pandeglang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.