Konsep merdeka belajar yang digaungkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dinilai relevan untuk dijalankan di Indonesia. Dalam pelaksanaan konsep ini, kepemimpinan di bidang pendidikan menjadi krusial. Untuk tercapainya kemerdekaan belajar dan kepemimpinan yang baik itu, Kemendikbud menggagas Merdeka Belajar Episode 5 : Guru Penggerak.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim telah menetapkan kebijakan pendidikan “Merdeka Belajar” untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kebijakan ini berpijak pada semangat kemerdekaan dan inklusivitas bagi guru dan murid untuk berinovasi serta belajar secara mandiri dan kreatif.
Nadiem menjelaskan tujuan utama merdeka belajar, yaitu membentuk karakteristik siswa atau manusia Indonesia yang berkualitas. Karakteristik ini dirangkum dalam 6 profil pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia; kreatif; gotong royong; berkebinekaan global; bernalar kritis; dan mandiri.
Untuk itu, diperlukan guru-guru atau tenaga pendidik yang punya motivasi tinggi serta sadar bahwa proses pembelajaran harus selalu berorientasi pada anak. Merekalah yang disebut Nadiem sebagai guru-guru penggerak.
“Guru penggerak adalah ujung tombak, karena dialah penggerak perubahan yang nyata. Reformasi pendidikan di Indonesia harus berujung dan berakhir pada guru, pada manusia dewasa yang memimpin unit-unit pendidikan dan kelas-kelas kita,” ujar Nadiem.
Kemendikbud meyakini, bibit-bibit guru penggerak ini sebenarnya sudah ada di sekolah-sekolah. Dalam Peluncuran Merdeka Belajar Episode 5: “Guru Penggerak” yang digelar melalui zoom webinar dan disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube Kemendikbud RI, Jumat (3/7/2020), hadir pula Kepala Sekolah SD Negeri 9 Masohi, Maluku Tengah, Mariance Wilda Dida; dan Kepala Sekolah SMAN Bali Mandara, Bali, Nyoman Darta. Mereka adalah contoh dari begitu banyak guru atau kepala sekolah yang telah menerapkan sistem pembelajaran yang ramah dan berorientasi pada anak di sekolah masing-masing.
Nyoman Darta bercerita, sekolahnya kebanyakan anak-anak dari keluarga kurang mampu. Sekolah ini lantas membangun terlebih dulu kepercayaan diri, mimpi, dan kondisi psikologis sebelum masuk ke materi akademik. Anak pun kemudian berdaya dan punya semangat tinggi untuk belajar.
Mariance yang bertahun-tahun mengupayakan sekolah ramah anak mengatakan, dampak proses ini begitu besar. Dengan memahami perbedaan kompetensi anak, guru-guru menjadi lebih sabar dan cair dalam proses belajar. Anak pun dapat belajar dengan lebih nyaman. Selain itu, orangtua pun bisa menerima keunikan masing-masing anak.
Terbuka untuk seluruh guru
Kemendikbud telah menyusun program untuk memberikan pelatihan dan pembekalan kepada guru-guru penggerak ini. Nadiem menambahkan, Kemendikbud berkomitmen untuk bekerja sama semua pemerintah daerah dan kepala dinas demi memastikan guru-guru penggerak ini bisa berdampak besar di lingkungan sekolahnya. Ini bisa dilakukan dengan jalan menempatkan guru-guru penggerak pada posisi kepemimpinan, yaitu kepala sekolah, pengawas sekolah, dan pelatih guru-guru lain.
Tahun ini, Kemendikbud akan mulai melaksanakan program pelatihan guru penggerak angkatan pertama. “Untuk melakukan pengembangan kepemimpinan ini, kami berkaca dari berbagai macam studi dan pendekatan andragogi, kita harus fokus pada pembelajaran yang kontekstual,” ujar Direktur Jenderal Guru dan Kependidikan Tinggi (GTK) Kemendikbud Iwan Syahril.
Iwan menjelaskan, 70 persen komponen pelatihan ini adalah belajar di tempat kerja dan melakukan refleksi, 20 persen belajar dari guru lain, 10 persen pelatihan bersama fasilitator dan narasumber. Angkatan pertama program pendidikan guru penggerak ini, pendaftarannya dibuka 13–22 Juli 2020. Selanjutnya dilaksanakan dengan seleksi tahap I (23–30 Juli 2020), seleksi tahap 2 (31 Agustus–16 September 2020), pengumuman calon guru penggerak (19 September 2020), dan pelaksanaan pendidikan guru penggerak (5 Oktober 2020–31 Agustus 2021).
Nadiem mengundang semua guru yang punya semangat dan keberanian melakukan transformasi pendidikan untuk mendaftar program ini. “Ini adalah kesempatan untuk Anda dan jadilah bagian dari roda perubahan di sistem pendidikan kita,” kata Nadiem kepada seluruh calon guru penggerak.