Apa rasanya menjadi agen asuransi? Sering ditolak, dihindari, bahkan tidak jarang dijauhi oleh teman. Padahal, misi mereka tidaklah jahat, malah ingin membantu agar Anda bisa menikmati hidup pada masa depan tanpa kekhawatiran.

Seftyan Fachrizki (23) sudah tiga tahun menjalani profesi sebagai agen asuransi. Pekerjaan ini dijalankan sembari dia meniti karier menjadi wirausaha di bidang kuliner. Seftyan mengaku senang menjadi agen asuransi sampai hari ini. Tingginya intensitas bertemu dengan banyak orang baru menjadi satu hal yang membuatnya tetap bertahan menggeluti dunia ini.

“Bertemu dengan nasabah dan calon nasabah bagi saya itu menyenangkan. Selain itu, buat saya, menjadi agen asuransi itu seperti berbuat baik kepada orang lain karena mengajak orang untuk bisa melindungi dirinya. Walaupun tentu saja menjelaskan kepada orang tentang arti pentingnya asuransi bukanlah perkara gampang,” ujarnya.

Seftyan pun sudah pernah merasakan suka dukanya menjadi agen asuransi. Sukanya, dia bisa memberikan manfaat dan pandangan yang positif ke depannya. Sementara, dukanya ya sering ditolak oleh calon nasabah. Menurutnya, penolakan itu justru karena banyak calon nasabah yang belum memahami pentingnya asuransi.

“Saya pernah bertemu dengan orang yang awalnya tidak tertarik ditawarkan asuransi oleh agen lain. Tapi, setelah saya yang menjelaskan, orang tersebut malah tertarik, bahkan mengikutsertakan seluruh keluarganya dalam asuransi yang saya tawarkan,” ungkapnya.

Selama ini, dia hanya menjelaskankan kepada calon nasabah dengan berbagai pandangan dan contoh. Layaknya seorang anak muda, dia berusaha memberikan pandangan dari pengalamannya sebelum dan sesudah menggunakan asuransi. Seftyan juga selalu menghindari kata-kata yang terkesan menggurui.

Dirinya tidak menampik penghasilan yang didapat dari penjualan produk asuransi pun cukup lumayan. Oleh karena itu, Seftyan yakin profesi menjadi agen asuransi tetap bisa dijadikan pegangan hidup sepanjang orang masih membutuhkan proteksi diri.

Meningkatkan kompetensi

Distribusi produk asuransi melalui keagenan menempati urutan kedua setelah bancassurance. Walaupun demikian, bukan berarti kanal distribusi melalui agen tidak penting. Agen asuransi tetap memainkan peranan penting untuk melengkapi jalur yang tidak bisa ditembus oleh perbankan, misalnya terkait personalisasi. Nasabah terkadang ingin bertemu dengan agen asuransi untuk mencari dan mendapatkan produk sesuai dengan kebutuhan.

Perkembangan teknologi dengan berbagai aplikasi yang memudahkan juga belum tentu bisa menggantikan peran agen. Sebab, menjual asuransi tidak seperti menjual produk kendaraan yang sudah jelas fisiknya dan manfaatnya langsung bisa dirasakan oleh pembeli.

Oleh karena itu, AAJI terus memupuk program untuk meningkatkan kompetensi agen asuransi dan membuka ruang edukasi bagi masyarakat tentang asuransi. Program TAA misalnya. Program ini menjadi satu bentuk apresiasi kepada para tenaga pemasar yang telah berada di garda terdepan untuk mengedukasi dan menjaring nasabah.

“AAJI juga mengadakan seminar berkala dengan mengundang pembicara kompeten. Kami juga terus mengembangkan sistem pembelajaran agen asuransi agar ke depannya industri ini memiliki agen yang kian profesional,” ujar Ketua Umum AAJi Hendrisman Rahim.

Agen milenial

Agar sejalan dengan perkembangan zaman, industri asuransi jiwa juga membutuhkan agen-agen milenial. Untuk merekrut mereka dikatakan tidak susah saat ini. Generali Indonesia menjelaskan, tidak sulit merekrut agen milenial. Sebab, anak muda saat ini tidak melulu bekerja karena fokus terhadap pendapatan saja.

Para generasi milenial ini tidak hanya ingin terlihat cool (keren), tetapi juga memiliki tujuan (purpose) sehingga profesi seperti agen atau digital entrepreneur bisa gampang menarik perhatian mereka. Mereka senang diapresiasi dan diberikan tantangan. Oleh karena itu, Generali Indonesia juga harus terlihat keren dengan meningkatkan presence-nya di dunia digital.

Selain menciptakan brand image yang lebih muda, Generali Indonesia juga menggunakan pendekatan yang mengangkat kisah sukses seseorang. Generali Indonesia kerap menghadirkan agen yang berhasil sukses di usia muda. Hal ini menjadi contoh nyata bagi para agen muda lainnya sehingga bisa mudah diduplikasi dengan cepat dan sempurna.

Agen milenial itu bisa mendukung perkembangan industri asuransi secara keseluruhan, termasuk industri asuransi jiwa secara spesifik. Generali Indonesia melihat jiwa kompetitif dan kecermatan para generasi milenial dalam melihat tren terkini bisa membantu perusahaan untuk tumbuh, termasuk industri asuransi jiwa secara keseluruhan di masa depan.

Untuk mendukung pergerakan para agen asuransinya, Generali juga mengembangkan digital sales tools bernama iConnect 2.0. Digital ini sales ini memberikan pengalaman semudah melakukan kendali dari tangan sendiri, aman, serta tanpa batasan waktu.

Aplikasi ini mengerti kebutuhan nasabah dan dapat memberikan rekomendasi solusi-solusi berdasarkan tujuan proteksi jiwa. Didesain khusus untuk tablet agar tenaga pemasar keagenan semakin profesional, lebih gesit melangkah, dan mampu menjangkau komunitas masyarakat yang variatif, tersebar di berbagai pulau di Indonesia, dan memiliki 3 zona waktu yang berbeda.

Aplikasi ini juga memudahkan pemberian pelatihan dalam bentuk e-learning sehingga di manapun agen berada mereka dapat dengan mudah mengakses materi. Lebih dari 300 agen Generali Indonesia sudah memiliki situs web personal dengan tampilan yang profesional sehingga menjadikan para agen seperti memiliki ‘toko’ sendiri di dunia digital. Hal ini dapat mempermudah para calon nasabah yang ingin mendapatkan informasi lebih jauh mengenai produk-produk Generali.

Merekrut agen milenial juga dilakukan Allianz. Mereka meluncurkan program rekrutmen bertajuk Life Changer pada 2017 sebagai salah satu langkah strategis untuk mengoptimalkan pertumbuhan pasar di masa depan. Country Manager & Direktur Utama Allianz Life Indonesia Joos Louwerier mengatakan, program rekrutmen ini fokus pada milenial yang ingin membangun kemampuan kewirausahaan dalam bidang jasa keuangan asuransi.

“Allianz menyadari bahwa perlindungan asuransi maupun perencanaan keuangan yang baik merupakan bagian penting dalam upaya mengubah diri sendiri maupun orang lain (secara finansial). Melalui program Life Changer, Allianz memberikan kesempatan bagi milenial untuk mewujudkan aspirasinya, yakni membangun bisnis yang dapat membawa perubahan positif bagi diri sendiri dan sesama,” ujarnya.

Semua inisiatif ini diharapkan dapat menarik lebih banyak wirausaha milenial untuk menjadi bagian dari jaringan distribusi perusahaan. Sejak Allianz Life memulai Program Life Changer kembali pada tahun 2017, Joos menambahkan, Allianz telah merekrut lebih dari 11.000 mitra bisnis generasi milenial (usia 18-36 tahun) atau telah mengisi 50 persen dari total mitra bisnis (data per kuartal I 2018). [VTO]

Apresiasi untuk Agen Asuransi Jiwa

Perhelatan akbar Top Agent Awards Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) 2018 baru saja selesai digelar di Manado, Kamis (9–10/8). Dalam forum besar ini, ditegaskan kembali peran agen asuransi jiwa dalam meningkatkan literasi keuangan masyarakat.

Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim mengatakan, “Agen asuransi jiwa diharapkan dapat berperan aktif dan menjadi bagian dari perkembangan sektor finansial, baik bagi peningkatan pengetahuan rakyat Indonesia dalam bidang finansial maupun peningkatan teknologi finansial yang maju. Dengan begitu, industri asuransi jiwa dapat menjadi pemimpin dari industri-industri keuangan nonbank dalam membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.”

Seperti dilansir koran ini pada Sabtu, 4 Agustus 2018, pada 2017 premi yang dihimpun dari industri asuransi jiwa di Indonesia tercatat Rp 195,72 triliun. Dari total penjualan premi pada 2017, sebanyak 37 persen di antaranya merupakan kontribusi dari jalur keagenan. Tak hanya premi, jumlah agen pun meningkat. Berdasarkan data AAJI, pada triwulan pertama 2018 terdapat 592.913 agen asuransi jiwa berlisensi di Indonesia. Jumlah agen ini meningkat 4,7 persen dibandingkan pada triwulan pertama 2017, yang sebanyak 566.356 agen.

Hendrisman menambahkan, melalui kegiatan Top Agent Awards (TAA) yang sudah menjadi kalender rutin kegiatan AAJI, agen juga dapat saling bertukar pandangan dan pengalaman. Hal ini akan bermanfaat untuk kinerja para agen sekaligus lebih jauh lagi edukasi kepada masyarakat.

Semangat inklusi

Pemilihan Manado sebagai tempat penyelenggaraan TAA AAJI tahun ini juga melalui pertimbangan matang. Ketua panitia TAA AAJI 2018 Rinaldi Mudahar mengatakan, pemilihan kota Manado sebagai tempat dilangsungkannya TAA AAJI memperhatikan banyak faktor, seperti sosial, budaya, pariwisata, dan lain-lain. Dengan begitu, kegiatan TAA ini berkait pula dengan peran serta industri asuransi jiwa dalam membangun sektor ekonomi daerah.

Rinaldi menambahkan, “Selain itu, semangat edukasi dan inklusi industri asuransi jiwa dalam memberikan informasi tentang pentingnya asuransi dalam kehidupan juga menjadi penyemangat dan motivasi bagi para insan asuransi jiwa untuk terus memasyarakatkan asuransi bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya di Kota Manado.”

Tahun ini, diadakan pula beberapa kegiatan selama dua hari penyelenggaraan TAA AAJI. Salah satunya, program tanggung jawab sosial industri yang difokuskan bagi para pelaku usaha bahari dan keluarga nelayan dalam bentuk pemberian edukasi tentang pentingnya asuransi. Panitia juga memberikan 600 paket sembako dan cool box. Ada pula acara Pasar Rakyat, edukasi kepada masyarakat tentang asuransi oleh beragam perusahaan asuransi jiwa. Program ini dimeriahkan dengan permainan gim, aneka kuliner, penampilan tari, lomba mewarnai, dan lain-lain.

Peserta juga dapat mengikuti program Motivasi Agen. Melalui acara ini, peserta secara otomatis mendapatkan kredit satu poin sebagai pilihan efektif di dalam program Continuous Professional Development (CPD) AAJI. Hadir pula Tony Christiansen, motivator asal Selandia Baru, yang secara fisik memiliki keterbatasan tetapi justru mampu menunjukkan prestasinya yang luas biasa. Selanjutnya, pemberian penghargaan kepada para agen asuransi jiwa terbaik dilaksanakan pada malam puncak kegiatan yang bertema “Mahakarya Budaya Bangsa”. Menutup penyelenggaraan acara ini dengan semangat baru untuk berkarya.
[*/NOV]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 14 Agustus 2018.