Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Menjadi Masyarakat Pancasila di Era Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat, 12 November 2021 di Kabupaten Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Muhamat Taufik Saputra (Kaizen Room), Iding Rosyidin (Ketua Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Jakarta dan Konten Kreator Youtube), Denik Iswardani Witarti (Dosen Magister Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur), dan Maryam Fithriati (Co-Founder Pitakonan Studio and Management/Pegiat Literasi Komunitas).
Muhamat Taufik membuka webinar dengan mengatakan, digital skill adalah kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital.
Mulai dari website hingga beragam aplikasi di smartphone. Media sosial adalah sebuah media daring yang digunakan satu sama lain yang para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berinteraksi, berbagi, dan menciptakan isi blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.
“Dampak positifnya yakni mudah berinteraksi dengan banyak orang, memperluas pergaulan, jarak dan waktu bukan lagi masalah, mudah mengekspresikan diri, memperoleh informasi dengan cepat dan biaya lebih murah,” ujarnya.
Sementara dampak negatifnya, selalu merasa kurang, FOMO (fear of missing out), gangguan kesehatan, kurang bersosialisasi di dunia nyata, terpapar hoaks. Dampak rendahnya pemahaman nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yakni tidak mampu memahami batasan kebebasan berekspresi dengan perundungan siber, ujaran kebencian, pencemaran nama baik atau provokasi yang mengarah kepada perpecahan di ruang digital.
Tidak mampu membedakan keterbukaan informasi publik dengan pelanggaran privasi di ruang digital. Tidak mampu membedakan misinformasi, disinformation, dan malformasi. Menjadi warga digital yang pancasilais bisa dengan berpikir kritis, cerdas dalam menyeleksi konten hingga akun media sosial.
Iding Rosyidin menambahkan, etika adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari.
“Tiga prinsip utama beretika, yakni jangan pernah menyakiti dan membahayakan orang lain, jangan pernah melanggar kesepakatan, jangan pernah melanggar peraturan negara,” jelasnya.
Nilai-nilai Pancasila di ruang digital yang harus ditanamkan yaitu kejujuran, tanggung jawab, kepedulian, kesantunan, toleransi, tepo seliro, kebebasan, kesetaraan, penghormatan, dan penghargaan.
Denik Iswardani turut menambahkan, masyarakat digital adalah hubungan antarmanusia yang terjadi melalui teknologi dengan memanfaatkan jaringan internet dan media atau platform tertentu. “Nilai ketuhanan di ruang digital, ada banyak konten-konten yang sebenarnya merefleksikan dari nilai ketuhanan.”
Sebagai pembicara terakhir, Maryam Fithriati mengatakan, semakin tinggi penggunaan media digital, semakin tinggi ancaman, dan serangan digital berkembang lebih canggih (mitigasi risiko).
“Untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa di ruang digital, maka enali tantangan dan tren kejahatan siber, produksi konten positif dan menginspirasi, partisipasi dan kolaborasi dalam membangun kerukunan bangsa, melindungi data pribadi dan rekam jejak digital, hormati kepentingan publik dan privasi orang lain,” jelasnya.
Dalam sesi KOL, Ken Fahriza ada batasan-batasan di dunia digital, sama seperti kita berpendapat di dunia nyata. “Jadi ada hal-hal yang seharusnya kita bahas. Sikap kita di dunia nyata maupun sikap kita di dunia digital itu harus sama, nantinya ekosistem digital di Indonesia jadi bagus lagi yang sesuai nilai-nilai Pancasila.”
Salah satu peserta bernama Puteri Yasmin menanyakan, bagaimana cara anak muda bisa lebih mengoptimalkan kecakapan digital dan dan pengetahuan Pancasila?
“Cara yang saya gunakan adalah kita membuat sebuah jadwal atau semacam roadmap dari media sosial kita, tentunya di setiap jadwal tersebut ada konten-konten yang kita buat dan kemudian targetnya seperti apa. Itu membuat posting–an kita lebih konsisten yang lebih positif agar media sosial kita dipenuhi dengan hal-hal yang positif lalu kita harus evaluasi apa yang kita posting,” jawab Muhamat.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]