Bicara soal sinkronisasi pendidikan dengan perkembangan teknologi digital, kita harus hadapi secara positif. Agar tak tertinggal dari arus digitalisasi, kita sebagai pengguna media digital di ranah pendidikan harus tingkatkan kemampuan berpikir kritis, adaptif, dan berorientesi pada kemajuan. Harus diingat bahwa teknologi hanyalah sarana dan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang utama dalam memajukan pendidikan di Indonesia.

Menyikapi hal itu, lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Peran Literasi Digital dalam Dunia Pendidikan”. Webinar yang digelar pada Selasa (29/6/2021), pukul 13.00-15.30 diikuti oleh ratusan peserta secara daring.

Dalam forum tersebut, hadir Ridwan Muzir (peneliti dan pengasuh tarbiyahislamiyah.id), Septyanto Galan Prakoso SIP MSc (dosen HI UNS dan IAPA), Sandy Nayoan (pengacara dan dosen Universitas Gunadarma), Roza Nabila (Kaizen Room), dan Shafinaz Nachiar (influencer) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Ridwan Mudzir menyampaikan, “Digitalisasi dalam dunia pendidikan telah membawa berbagai perubahan, terutama dalam cara belajar yang kini lebih bersifat mandiri, eksploratif, inisiatif, dan kreatif. Terkait itu, pengajar perlu mengubah cara mengajarnya menjadi lebih bersifat dialogis daripada monologis, memberi arahan daripada memberi instruksi, serta lebih apresiatif daripada evaluatif. Sebenarnya terdapat banyak peluang dari digitalisasi dalam dunia pendidikan ini, seperti informasi melimpah dan lebih mudah diakses, berbiaya murah, hemat ruang dan waktu, dan bahkan bisa melahirkan profesi dan disiplin baru.”

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Ruby menyampaikan, “Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat anak-anak saat ini sudah dapat menguasai berbagai teknologi seperti menggunakan ponsel pintar dan laptop. Itu membuat saya sebagai kakak dan mungkin seluruh orangtua saat ini menjadi khawatir jika anak-anak mengakses konten atau informasi yang negatif atau tidak sesuai usianya yang tidak berkaitan dengan pendidikan. Berkaitan dengan digital ethics, bagaimana cara memberi edukasi terkait batasan-batasan yang ada dalam dunia digital bagi anak-anak, tetapi tetap membuat anak-anak produktif dalam menggunakan teknologi?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Sandy Nayoan, “Sebagai kakak atau orangtua, kita harus mampu memilah terlebih dahulu karena terkadang anak-anak sampai tertentu masih bisa dikontrol. Kita bisa mengawasi dan mengecek history-nya; apa saja yang ia akses saat menggunakan internet. Namun, untuk anak yang sudah menginjak usia 12 tahun ke atas, selain tetap mendampingi, kita memerlukan juga satu metode pendekatan yang bersahabat agar mereka tidak terlalu bebas dalam menggunakan teknologi tersebut.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.