Semarang (11/11/2022). Dalam era globalisasi, terutama pascapandemi Covid-19, persaingan bisnis antarperusahaan semakin ketat, baik di pasar domestik maupun internasional. Hal ini menuntut perusahaan untuk lebih agresif dalam mengambil keputusan sehingga menjadi lebih unggul dari perusahaan lainnya. Namun, ini tidak mudah. Selain pengelolaan yang profesional, diperlukan juga kecermatan strategi dari para pengambil keputusan dan kinerja perusahaan yang maksimal.
Hal itu mengemuka pada Prime Topic Dialog Bersama DPRD Provinsi Jawa Tengah, Kamis (10/11) di ruang Bahana, Noormans Hotel Semarang, Semarang, Jawa Tengah. Agenda ini mengusung tema “Digitalisasi Perbankan”.
Hadir sebagai narasumber pada acara tersebut anggota Dewan Komisi C DPRD Provinsi Jawa Tengah, Agung Budi Margono; Executive Senior IT Bank Jateng, Yudiana Mustari; dan Dosen FEB Udinus dan Koordinator Kerja Sama Internasional FEB Ana Kadarningsih SE MM AKT CA dengan moderator Advianto Prasetyobudi.
Untuk mencapai kesuksesan, perusahaan harus menerapkan strategi jitu. Kemampuan perusahaan dalam menyelaraskan strategi dan kinerja akan memberikan hasil yang maksimal. Persaingan global yang kian ketat mendorong teknologi informasi menjadi suatu kebutuhan primer.
Saat ini banyak perusahaan berinvestasi dalam dunia teknologi informasi. Selain untuk bertahan, juga agar mampu bersaing dengan kompetitor. Terutama pada institusi keuangan, semakin maju lembaganya maka semakin cepat pula perekonomian tumbuh dan berkembang.
Perkembangan teknologi informasi memacu pertumbuhan aplikasi bisnis berbasis digital. Perbankan digital (digital banking) adalah salah satu jasa bank yang memungkinkan nasabah untuk melakukan transaksi, mendapatkan informasi, dan melakukan komunikasi perbankan melalui jaringan dalam waktu yang relatif sangat cepat. Tanpa harus datang ke kantor bank.
Perbankan digital membuka paradigma, struktur, dan strategi baru bagi perbankan untuk menjawab tantangan baru dan memenuhi kebutuhan nasabah. Terlebih kalangan milenial yang menuntut layanan cepat, membuat layanan perbankan digital sangat dibutuhkan.
Harta karun
Agung Budi Margono mengatakan, ada tiga alasan mengapa kita harus masuk ke perbankan digital. Pertama, peluang digital; kedua, perilaku perbankan; dan ketiga, transaksi digital. Dengan demografi generasi milenial yang serba instan, keberadaan layanan perbankan digital menjadi sangat penting.
“Anak muda zaman sekarang jarang yang memiliki uang tunai di dompet. Mereka umumnya melakukan transaksi digital. Bukan hanya itu, pertumbuhan transaksi digital juga kian meningkat. Bahkan hal ini sudah merambah ke kaki lima,” katanya.
Senada, Yudiana Mustari menjelaskan, digitalisasi di Bank Jateng terbagi menjadi tiga area, yaitu digitalisasi layanan nasabah, digitalisasi proses internal agar dapat beroperasi secara lebih efisien, serta digitalisasi data.
“Data ini dapat menjadi ‘harta karun’ yang dapat dimanfaatkan bank jika dikelola semaksimal mungkin. Tentu saja layanan digital perbankan ini akan sangat bermanfaat jika sasarannya tepat,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, Ana Kadarningsih menyebutkan dalam konteks kemudahan masyarakat melakukan transaksi digital, hal ini tergantung pada basis atau model konsumennya. Jika banyak UMKM yang literasi keuangannya masih rendah, maka keberadaan teknologi bukan menjadi hal yang penting.
“Lain halnya jika nasabahnya banyak pengusaha yang membutuhkan ketepatan dan kecepatan waktu, maka keberadaan teknologi dalam hal ini digital perbankan menjadi sangat penting,” kata Ana.
Terlepas dari itu semua, semua pihak harus dinamis dalam menghadapi perubahan. Sebab, bila tidak inovatif maka akan segera ditinggalkan. [ADV-AYA/ANF]