Kemudahan bersosialisasi menggunakan beragam platform digital harus diimbangi sikap dan perilaku yang bijaksana serta pemahaman atas aplikasi. Hal itu mengemuka dalam webinar dengan tema “Positif, Kreatif, dan Aman di Internet” diselenggarakan khusus bagi 14 kabupaten/kota di wilayah DKI Jakarta dan Banten pada Rabu (9/6/2021).

Webinar termasuk dalam sosialisasi dan pendalaman Seri Modul Literasi Digital dilakukan dalam ranah media digital pun, dalam bentuk seri webinar Indonesia #MakinCakapDigital yang menjangkau sebanyak 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Kali ini, webinar mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yaitu Septyanto Galan Prakoso SIP MSc (IAPA), Siska Sasmita SIP MIPA (IAPA), Dr Lintang Ratri Rahmiaji SSos MSi (Dosen Fisipol Universitas Diponegoro & Japelidi), dan Gilang Jiwana Adikara SIKom MA (Japelidi). Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety.

Tetap positif

Yossy Suparyo mengawali webinar dengan pemaparannya yang berjudul “Mengenal Macam-macam Aplikasi Percakapan, Perbedaan, dan Fitur-fiturnya”. Dalam pemaparannya, ia menjelaskan berbagai cara agar tetap positif di dunia digital.

“Sebarkan hal-hal yang menyenangkan, ikuti contoh yang baik, berkomentar dengan bijak, berikan respons terhadap hal yang negatif dengan tepat, dan jangan lupa selalu siap untuk rehat sejenak,” ujarnya.

Terkait cara agar tetap kreatif, ia menambahkan bahwa penting untuk mengenali potensi diri yang bisa ditularkan ke orang lain dan sebarkan kreativitas dengan baik dan tetap patuh kepada aturan yang berlaku.

Siska Sasmita SIP MIPA melanjutkan dengan pembahasan mengenai digital ethics. Dalam pemaparannya yang berjudul “Bijak di Kolom Comment”, Siska mengungkapkan, “Sebanyak 64 persen dari penduduk Indonesia adalah pengguna internet, dengan durasi hingga 8 jam dalam sehari.”

Melihat hal itu, ia menekankan pentingnya memperhatikan etiket di ruang digital, seperti menyadari adanya jejak digital dan membentengi diri dari tindakan negatif.

“Pengguna internet berasal dari beragam negara dan kita sebagai pengguna harus menyadari bahwa tiap negara memiliki sanksi terhadap pelanggaran etiket saat menggunakan internet,” ujarnya mengingatkan.

Toleransi

Dalam pembahasannya mengenai digital culture, Dr Lintang Ratri Rahmiaji SSos MSi memaparkan mengenai “Penggunaan Bahasa yang Baik di Dunia Digital”. Ia awali dengan pernyataan, “Kita sebagai warga negara harus memiliki ruang yang luas untuk menerima keberagaman toleransi, sehingga penting untuk menerapkan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam era digital agar tidak terbentuk filter bubble atau echo chamber, yaitu sebuah kondisi yang membentuk penyeragaman pemikiran yang resisten terhadap pemikiran berbeda.”

Melihat permasalahan dunia digital saat ini kebanyakan dikarenakan tren, penting untuk menjadi warga digital yang Pancasilais agar tidak terserat arus ujaran kebencian.

Gilang Jiwana Adikara SIKom MA lalu membahas digital safety terkait “Dunia Maya dan Rekam Jejak Digital”.

“Gawai kita adalah pintu ke dunia digital. Seperti di dunia nyata, kita tidak akan keluar pintu tanpa persiapan,” ujarnya.

Menurut Gilang, data kita adalah sumber daya yang berharga, dan kebocoran data bisa dijual dengan harga yang sangat mahal. Oleh karena itu, penting untuk selalu aman dalam bermedia digital.

“Selalu kunci perangkat dan tautkan dengan perangkat pribadi lain, jangan mudah menyebar data diri dan jaga identitas pengguna lain, waspada terhadap penipuan digital dengan cara cek setiap penawaran yang masuk dan bersikap kritis, berperilaku baik agar jejak digital tetap bersih dan selalu bijak dalam bertindak di media digital, serta selalu awasi anak ketika beraktivitas di dunia digital dan aktifkan fitur parental control untuk mempermudah pengasuhan,” jelasnya terkait aman bermedia digital.

Saat sesi tanya-jawab, ada pertanyaan yang muncul terkait langkah atau hal hal apa saja yang harus diperhatikan dan tidak boleh dilakukan sebelum menggunakan media sosial agar tidak menimbulkan konflik, melihat kebebasan berpendapat kadang membuat netizen berperilaku “sembarang”.

Siska menanggapi, “Kita harus sadar ketika berinteraksi di ruang digital adalah dengan sesama manusia. Kita akan merefleksikan diri kita sendiri; apakah kata-kata kita sudah sopan atau tepat belum sehingga orang yang menjadi target kita berkenan dengan baik. Terlihat sederhana, tetapi bisa meredam konflik karena penggunaan kata yang tidak tepat mungkin akan menyakiti hati orang lain. Hal ini serupa dengan interaksi di dunia nyata.”

Seperti yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo, “Literasi digital adalah kerja besar. Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Perlu mendapatkan dukungan seluruh komponen bangsa agar semakin banyak masyarakat yang melek digital.”

Presiden memberikan apresiasi pada seluruh pihak yang terlibat dalam Program Literasi Digital Nasional. “Saya harap gerakan ini menggelinding dan terus membesar, bisa mendorong berbagai inisiatif di tempat lain, melakukan kerja-kerja konkret di tengah masyarakat agar makin cakap memanfaatkan internet untuk kegiatan edukatif dan produktif,” ujar Presiden.

Seri webinar Indonesia #MakinCakapDigital terbuka bagi siapa saja yang ingin menambah wawasan dan pengetahuan mengenai literasi digital sehingga sangat diharapkan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Rangkaian webinar ini akan terus diselenggarakan hingga akhir 2021, dengan berbagai macam tema yang pastinya mendukung kesiapan masyarakat Indonesia dalam bermedia digital secara baik dan etis. Para peserta juga akan mendapatkan e-certificate atas keikutsertaan webinar. Untuk info lebih lanjut, silakan pantau akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.