Nilai utama dalam dunia digital adalah kreativitas, kolaborasi, dan kritis. Ketika memiliki ketiga kemampuan ini, kita sebagai pengguna media digital dapat berkontribusi pada hal positif seperti meningkatkan jumlah ide atau solusi di ranah digital. Terkait itu, perlu diketahui pula bahwa ada dampak terhadap rendahnya pemahaman nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kaitannya dengan dunia digital, yaitu tidak mampu memahami batasan kebebasan berekspresi dengan perundungan siber, ujaran kebencian, pencemaran nama baik atau provokasi. Hal tersebut dapat mengarah kepada perpecahan di ruang digital, dan bahkan di dunia nyata. Oleh karena itu, perlu adanya penguatan literasi digital bagi pengguna media digital supaya terhindar dari hal yang tidak diinginkan, baik di dunia maya maupun nyata.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Positif, Kreatif, dan Aman di Internet”. Webinar yang digelar pada Selasa, 14 September 2021, pukul 09:00-11:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Zahid Asmara (Art Enthusiast), Aidil Wicaksono (CEO Pena Enterprise), Sandy Nayoan (Lawyer IT & Dosen Universitas Gunadarma), Oka Aditya, ST, MM (Research Analyst), dan Suci Patia (Author) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Sandy Nayoan menyampaikan informasi penting bahwa “Di dunia maya pun kita wajib menetapkan ketertiban, kenyamanan, keamanan, dan kebahagiaan. Untuk dapat melakukan itu, perlu memahami ruang lingkup etika yang terdiri dari kesadaran, kebajikan, kejujuran, dan tanggung jawab. Mengapa demikian? Tentu saja publik memiliki kesadaran menjadikan etika digital sebagai panduan menggunakan media digital agar pengguna media digital melakukan tindakan yang etis pula. Tidak lupa bahwa sudah ada UU ITE yang mengatur tentang informasi serta transaksi elektronik, atau teknologi informasi secara umum, termasuk dalam hal car akita menggunakannya. Sebagai pengguna internet kita diharapkan memahami aturan hukum yang mengatur gerak-gerik kita di dunia digital.”

Suci Patia selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa kita bisa tahu cara memberdayakan teknologi tanpa diperdayakan oleh teknologi itu sendiri. Ia secara pribadi cenderung menghasilkan konten dengan tulisan yang menarik, kreatif, positif, edukatif, dan dilakukan dengan konsisten dan bisa berhasil memanfaatkan media sosial. Ia memanfaatkan media sosial untuk memperluas pertemanan dan mengajak kolaborasi. Potensi apapun yang ada di dalam diri bisa diwujudkan jika ada keinginan. Kalau sudah mempunyai konten, kita harus konsisten untuk membuat kontennya lagi. Harus bisa membedakan antara mana yang fakta dan mana yang hoaks, dan dengan adanya literasi digital kita akan mampu memilah mana yang fakta dan tidak.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Tika Agustina menyampaikan pertanyaan “Bagaimana sebagai content creator pemula membuat konten yang menarik sehingga insight atau viewers kita meningkat?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Oka Aditya, ST, MM, bahwa “Buatlah konten yang menarik yang mengandung temanya. Pastikan ada aspek edukatif dan hiburan seperti yang lucu-lucu, tetapi jangan menghina. Lalu, jawab saja jika ada yang mengomentari konten kita, tetapi kalau ada yang memarahi dan menjelekkan maka hiraukan saja.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.